"DIAM !!" Tiba-tiba Mark membentakku. Tangisannya sudah mereda.
"Jangan menangis dihadapanku! Lihat apa yang telah kalian perbuat padaku. Sekarang kalian akan merasakan balasannya! Kau tahu, Louie sudah kubunuh. Jake berhasil meloloskan diri, tapi lebih baik begini. Berkat detektif bodoh itu aku jadi tahu tentang kau. Dan berkat kau, kutahu bahwa Jake akan menjadi seorang ayah. Nanti dia akan merasakan apa yang sudah kurasakan, melihat apa yang sudah kulihat dan mendengar apa yang sudah kudengar. Pembalasan yang sempurna itu butuh waktu. Tapi aku siap menunggu. Buatlah dirimu senyaman mungkin. Ini akan menjadi tempat tinggal barumu." Aku terdiam, sebagian otakku mencerna kata-katanya, sebagian yang lain berusaha menenangkan diriku.
Jake masih hidup. Satu-satunya berita baik yang bisa menenangkanku saat ini.
Melihatku terpaku, Mark melepaskan ikatan tanganku dan pergi. Kakiku di rantaikan ke tiang yang ada di tengah ruangan. Ruangan ini tidak begitu besar. Aku memeriksa sekelilingku untuk mencari celah, kesempatan atau apapun yang mungkin bisa menyelamatkanku. Ada pintu di tembok terdekatku yang setelah kuperiksa ternyata sebuah kamar mandi dan toilet, ada ranjang, ada tangga ke atas dan ada pintu diatas tangga. Rantai kakiku cukup untuk mengitari ruangan dan kamar mandi, tapi tidak cukup untuk naik keatas tangga. Diatasku adalah atap berupa kayu-kayu yang di sejajarkan. Aku tidak memiliki petunjuk waktu, tapi aku bisa menebaknya. Janji dokterku adalah hari Senin siang, lalu aku dibius. Aku tidak mungkin pingsan lebih dari 10 jam. Karena jika lebih dari itu, Mark akan meletakanku di ranjang. Jadi seharusnya sekarang adalah malam hari. Seandainya ada sinar matahari yang bisa membantuku. Aku memutuskan untuk berbaring di ranjang. Tidak hanya tubuhku yang lelah, hati dan pikiranku pun lelah. Setelah berbaring aku menangis, menangisi ketakutanku, menangisi nasib bayiku, menangisi ketidakhadiran Jake di sisiku, aku menangis hingga ku tertidur.Beberapa lama kemudian, aku terbangun karena cahaya yang menyilaukan mataku. Saat kubuka mata, aku dapat melihat sinar matahari di celah kayu-kayu di atap ruangan. Sinar matahari membuatku merasa bahwa aku masih memiliki harapan untuk dapat pulang.
Aku memeriksa kayu-kayu tersebut, sepertinya tidak terlalu tebal, aku berharap aku dapat mencari cara untuk membuka nya.
Tidak lama kemudian, Mark datang membuyarkan lamunanku.
"Ini sarapanmu. Makanlah. Apakah kau merasa lebih baik hari ini?" Mark berkata sambil meletakan sepiring roti dan segelas susu di bangku.
"Terima kasih. Mark, kumohon lepaskan aku. Bayiku tidak berdosa, dia bahkan belum dilahirkan. Kumohon. Malaikat kecilmu akan sedih melihatmu seperti ini. Aku adalah seorang pengacara, aku kenal orang-orang di kepolisian. Aku tahu kepada siapa kita bisa melaporkan kejadian yang kau alami." Aku memelas, mencoba meyakinkan Mark bahwa menculikku adalah sebuah kesalahan.
"Diamlah. Kau pikir kau dapat membodohiku?! Tidak ada apapun yang dapat merubah rencanaku. Dan malaikat kecilku sudah mati. Jadi jangan coba-coba menyebut dia lagi. Atau akan kubuat kau menyesal." Ancam Mark sambil pergi meninggalkanku. Makanan yang diberikannya kubiarkan tak tersentuh. Kurasa tidak akan ada yang berhasil membangkitkan nafsu makanku saat ini.
Aku menghabiskan waktu dengan mencoba melepaskan rantai di kakiku dengan menarik ujung rantai yang terkait dengan besi di kakiku. Tapi tak perduli seberapa keras aku menariknya, rantai tersebut tidak bergeming. Lalu kucoba untuk meloloskan telapak kakiku, tapi tidak berhasil juga. Aku tidak akan menyerah hingga aku berhasil keluar dari tempat ini. Kataku pada diriku sendiri. Aku menghampiri tiang tempat Mark mengunci rantai kakiku, ujung tiang bagian atas hilang menembus celah kayu. Kucoba menggerakan tiang tersebut saat bunyi pintu diatas tangga terbuka dan mengagetkanku..Catatan penulis
Terima kasih sudah membaca, tolong vote kalau kalian suka ceritanya yah :)Silahkan comment kritik dan saran jika ada..
With Love
Nie 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED] Istri Sang Bandar
Storie breviJudith melewati masa muda yang berat. Sekarang dia sudah lulus kuliah, memulai pekerjaan impian dan akan menikah dengan pria idamannya. Judith merasa hidupnya sudah sempurna hingga tamu yang tidak diharapkan datang dan mengubah semuanya. Yang harus...