.
.
.
.
.
Gadis berkuncir kuda itu berlari di koridor Rumah Sakit. Entah mengapa rasa cemas seketika menguasai dirinya, kala tadi Akhdan mengabarinya bahwa Afkar sekarang berada di Rumah Sakit.Ya, Zira gadis itu kini sedang mencari kamar rawat Gladiol bernomor 017 tempat Afkar di rawat. Sejujurnya, ada banyak pertanyaan yang memasuki benakknya. Ia tak paham kenapa tiba tiba Afkar bisa di rawat di Rumah Sakit. Padahal setaunya ia tak pernah melihat anak itu sakit parah hingga mengharuskan menginap di Rumah Sakit. Mengingat Afkar adalah makhluk yang sangat hiperaktiv.
Hingga akhirnya Zira sampai pada pintu ruang rawat yang ia cari. Segera ia putar knop pintu tersebut. Hal pertama yang ia lihat kala ia membuka pintu tersebut adalah Afkar yang menutup matanya dengan tenang, sepertinya pria itu sedang tidur. Selang infuse menancap di tangan sebelah kirinya. Terdapat pula selang oksigen yang membingkai di wajahnya. Wajahnya benar benar pucat. Di samping ranjang Afkar, terdapat Akhdan yang juga sedang tidur. Tangan Akhdan terlihat menggenggam tangan Afkar yang bebas oleh infuse.
Seulas senyum terukir dari sudut bibir Zira. Ia langkahkan kakinya untuk memasuki lebih dalam ruangan itu. Pandangannya mengedar, ia rasa tak ada orang selain Afkar dan Akhdan di ruangan ini. Zira menarik kursi yang berada di samping kiri Afkar, setelah itu mendudukinya. Ia pandang wajah dua pria yang kerap menemani harinya tujuh hari terakhir ini. Baik wajah Afkar maupun Akhdan, sekilas jika di lihat mereka sangat tidak seperti saudara yang hanya selisih satu tahun. Wajah Afkar menurutnya cenderung babby face, sedangkan Akhdan pria itu terlihat lebih dewasa di usiannya yang masih 17 tahun.
"Afkar itu unik. Akhdan itu istimewa" batin Zira yang masih menatap wajah keduanya yang tertidur dengan damai. Sesaat Zira menghela napas. Ada desiran perih di hatinya kala menatap wajah Afkar.
"Lo sakit apa sih sebenernya, Nobita ? " tanya Zira yang masih membatin. Gadis itu tak berani bersuara. Takut mengganggu tidur nyenyak kedua pria Specialnya itu. Hingga memorinya terlempar pada momen dua hari yang lalu.
2 Hari Yang Lalu
"Lo gimana sih yang bener itu kayak gini"
"Bukan yang bener itu di rak sini. Lihat dong huruf abjadnya"
"Tapi kan sesuai tipenya yang bener yang ini"
Keduanya terus berdebat perihal tempat sebuah buku yang akan di tata di rak perpustakaan. Bukan tanpa alasan kini Afkar dan Zira di pertemukan di perpustakaan. Rasanya akan terlihat aneh jika Afkar dan Zira berada di perpustakaan. Mengingat keduanya sama sama tipe orang yang alergi terhadap buku.
Ya, lagi dan lagi keduanya di hukum. Entah kenapa takdir sering mempertemukan mereka pada sebuah hukuman. Walau kini keduanya telah berteman, tetapi tetap saja gaya perteman ala Tom & Jerry masih melekat kepada mereka. Sering sekali mereka bertengkar walau hanya masalah sepele. Sering sekali juga mereka berdua memperbesar masalah hanya karena masalah yang tidak masuk akal. Dan lihatlah kini apa yang terjadi. Keduanya sedang dihukum untuk menata buku di perpustakaan sesuai dengan tipenya masing masing. Namun, apa yang terjadi bukannya segera menyelesaikan hukuman justru berdebat.
"Eh apaan tuh di bawah ?" tanya Afkar yang tiba tiba mengalihkan pembicaraan.
"Apaan emangnya ?" tanya Zira mengikuti pandangan Afkar yang memandang ke bawah.
"Kok kayak kec__"
"A......kecoa! " belum sempat Afkar melanjutkan perkataanya. Gadis itu justru telah lebih dahulu menjerit ketakutan. Tubuhnya juga dengan reflek memeluk Afkar kala hewan menjijikkan itu mulai mendekat. Afkar yang kaget dengan perlakuan Zira yang tiba tiba itu juga hampir saja terjatuh jika ia tak bisa dengan siap menahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between
Teen FictionDiantara mereka ada dia yang menjadi jarak hubungan mereka berdua. Dan diantara mereka juga ada TAKDIR yang menjadi penghalang bersatunya mereka sampai seumur hidup. Sosok Elzira dengan Afkar sangat bertolak belakang. Hingga datanglah Akhdan yang se...