9.Harapan

2.3K 205 57
                                    

.
.
.
.
.
Heni dan Prasaja melangkah dengan terburu buru menyusuri koridor Rumah Sakit. Raut wajah cemas terlihat jelas di wajah mereka. Setelah mendapat panggilan bahwa si bungsu collapse, mereka segera meninggalkan pekerjaan masing masing. Yang terpenting sekarang adalah semoga Afkar baik baik saja.

Setelah menemukan kamar rawat sang putra, Heni dengan terburu buru memutar knop pintu tersebut.

'klek'

Ia langsung menghampiri putrannya itu yang tengah bersandar pada ranjang Rumah Sakit seraya serius memainkan ponselnya. Heni dekap Afkar dengan penuh perasaan lega. Tak hentinya juga memberi kecupan hangan pada kening putrannya. Sungguh, tak ada hal yang mampu membuat jantungnya hampir berhenti begitu saja dari aksi kambuhnya Afkar.

"Kamu ya udah tau baru sakit masih aja main game terus" ucap Heni dengan tegas sembari merebut ponsel sang putra.

"Bunda apa apaan sih dateng dateng main rebut handhphone aku gitu aja. Nyium nyium Afkar lagi. Malu Bunda. Afkar udah gede" sanggah Afkar dengan raut wajah kesal. Tak sadarkah Bundanya itu bahwa di ruangan ini ada seseorang lagi selain dirinya dengan sang Kakak.

"Gak ada siapa si__" Penuturan Heni seketika terhenti kala pandangannya juga berhenti pada Zetta yang sedang berdiri di samping Akhdan sembari memasang senyum ramahnya. Ah, ia terlalu khawatir terhadap Afkar hingga tak mendapati seseorang selain kedua putrannya dan suaminya.

"Halo tante. Nama saya Zetta, pacarnya Akhdan"

Kata 'pacar' yang dengan luwes terucap di bibir Zetta itu membuat Akhdan membolakan matanya.

"Lo apa ap__"

"Ssutt udah sayang jangan gitu. Aku sama dia tadi beneran gak ada apa apa. Jangan marah lagi ya" ujar Zetta meletakkan jari telunjukknya di bibir Akhdan. Bukannya segera menyanggah, Akhdan justru dibuatnya terdiam membeku. Jantungnya seolah sedang melakukan konser kala matanya bertabrakan dengan Zetta.

"Kamu kok gak bilang bilang kalau kamu sudah punya pacar Akhdan ? " tanya Prasaja menimpali.

"Itu om gak enak aja kalau hubungan diumbar umbar. Takutnya kalau diumbar umbar nanti malah gak jadi kejenjang yang lebih serius. Nanti jadi malu kan. Makanya itu dulu saya sama Akhdan memutuskan untuk merahasiakan hubungan kami"

Alibi Zetta itu membuat Akhdan memutar bola matanya jengah. Akhdan semakin kesal tak kala melihat Afkar terkikik geli melihat drama random dihadapannya itu. Mungkin juga akan lebih baik ia turuti saja sandiwara gadis aneh itu.

"Pemikiran kalian memang dewasa. Bunda bangga sama kalian. Eh tapi kok kamu pakek baju kebaya gitu kayak orang mau kawinan ? Emang kalian ngebet banget kawin ya ?" Pertanyaan konyol yang terlontar dari mulut sang Bunda itu membuat Afkar menahan tawanya yang ingin meledak.

"Eh iya gini tante jadi tadi itu saya habis jadi model kebaya pengantin disalah satu butik kebaya gitu. Buat promosi. Ya hitung hitung melebarkan sayap menjadi model"

Penjelasan Zetta membuat Akhdan tersenyum kecil. Jika dipikir pikir memang Zetta adalah gadis yang unik. Lain dari pada yang lain. Namun tetap saja bagi Akhdan walau terdapat beribu atau bahkan berjuta gadis unik ataupun langka di dunia ini ia akan tetap memilih dia yang istimewa. Biarlah waktu yang menjawab kapan mereka berdua akan disandingkan.

***

Vina mengusap lembut selembar foto berisikan dua balita perempuan berusia berbeda dengan baju kembarnya yang tampak sangat lucu dikenakan oleh mereka. Tak pernah terasa bahwa kini, sang buah hati satunya telah pergi meninggalkannya dan sampai sekarang belum kembali.

BetweenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang