Aku selalu mencari alasan.
Agar tetap bisa menjadi diriku sendiri.
Tapi itulah penyebab sebenarnya mengapa aku kehilanganmu.
Saat aku tak mampu menjadi apa yang kau inginkan. Tak bisa memberi apa yang kau impikan.
Kita yang dulu berbagi cerita.
Kini tak lagi ada berita.
Hingga tak bisa ku sebutkan namamu pada tiap bait-bait aksaraku.
Jika setelah cerita ini berakhir aku jadi seseorang yang berbeda.
Ingatlah, bukan demi dirimu aku menjadi orang yang baru.
Tapi melupakanmu adalah alasan mengapa aku harus jadi orang lebih baik dari aku di masa lalu.
Sungguh, aku pun menyukai diriku yang dulu. Saat kau menyatakan rasa yang sama padaku.
Jika saja masih ada sisa-sisa diriku diingatanmu.
Ku harap diriku di masa lalulah yang tertinggal di hatimu.✴✴✴
Entah ada angin apa keinginanmu yang satu ini selalu saja aku ingat.
Kita baru saja melewati lampu merah perempatan simpang tak jauh dari kos-kosanmu.
Kita berhenti di salah satu toko roti di sana. Karna beberapa hari yang lalu. Kau katakan padaku bahwa kau ingin makan brownis. Kue kukus rasa coklat yang akhirnya aku harus mencarinya di google. "Kue brownis terbaik".Aroma wangi berbagai macam kue langsung menyerang hidung begitu ku buka pintu toko.
Ada beberapa orang pelayan di sana. Serta terlihat beberapa pasangan suami istri sedang memilih-milih kue yang akan mereka beli. Raut wajah suaminya terlihat kesal. Aku sudah bisa membaca penyebabnya saat melihat bakul belanjaan yang berisi kue di tangan istrinya.Lalu kami, sampai pada rak yang penuh dengan berbagai macam brownis. Dan kalimat pertama terlintas di pikiranku "mampus aku". Mengingat lebel harga yang tak sedikit. Serta menimbang keuangan anak kos perantau.
Kau sedang memegang dua buah brownis. Tangan kananmu memegang rasa pisang, dan tangan kiri memegang rasa keju dengan taburan parutan keju di atas brownis.
"Mau pilih yang mana, mana, mana ?". Aku bertanya dengan nada lagu dangdut Rita Sugiarto dengan judul-siapa. Iramanya terngiang-ngiang di telinga saat kami lewat di pasar malam penjaja VCD bajakan.
"Sabar !!!". Jika saja kita tinggal di dunia animasi. Aku yakin akan ada tiga tanda seru keluar dari mulutmu. Tapi tenang, kau tetap cantik.
Kau menimbang-nimbang kedua brownis itu. Aku tau kau ingin mencicipi keduanya. Tapi aku juga tau kau tak akan bisa menghabiskan keduanya. Dan kalimat paling sakti yang akan keluar dari mulutmu "ntar bawa pulang ya". Dengan mengangguk manja minta di suap aku menganggukkan kepala.
Tapi yang lebih luar biasa lagi.
Setelah menimbang brownis pisang dan keju. Kau malah langsung membeli rasa coklat dengan taburan kacang di atasnya.Sambil tersenyum lalu berkata " Udah ni. Pulang yuk".
Aku melihat ekspresi kecewa pada kedua brownis yang baru saja kau PHP.
Mereka tergeletak dan kembali akan di pegang-pegang. Namun tak di beli.
***
Kemudian, tepat 2 bulan setelah ulang tahunku.
Kau bilang padaku bahwa semua harus berhenti di sini. Kau harus pergi dengan alasan yang aku tak mengerti sama sekali.Lalu ku bawakan kau brownis coklat yang kau suka. Namun ku yakin sudah terasa hambar di lidahmu.
Aku tak bisa menahanmu. Tak punya daya mengubah keadaan. Aku berusaha untuk percaya berkali-kali. Bersitegang dengan pikiran yang tak sejalan lagi dengan hati. Hingga kepergianmu terasa hanya satu kedipan mata. Kau sudah tak lagi ada.
***
Aku datang lagi ke toko roti yang kita kunjungi dulu.
Tak ada apa yang berubah. Hanya aneka kue saja yang nampak bertambah. Tapi suasananya selalu membawa bayangmu berdiri di rak brownis. Dengan wajah bingung memegang bibir.Masih ada brownis rasa pisang dan keju. Mereka tersusun bersebelahan.
Lalu di atasnya ada brownis kesukaanmu. Rasa coklat. Aku tersenyum melihat taburan kacang di atasnya. Kau tak mengukai kacang. Dengan alasan jerawat, kacang-kacang itu akan kau singkirkan lebih dulu.Aku mengambil rasa coklat. Tapi terhenti saat aku menatap brownis pisang dan keju. Lalu sadar satu hal. Betapa miripnya aku dengan kedua brownis itu.
Yang tergeletak setelah tak jadi kau pilih.
Sampai di kos. Anehnya aku membawa dua jenis brownis. Pisang dan keju.
Setelah mencicipi keduanya. Aku malah menangis. Dengan mulut yang penuh brownis.Karna aku tau mengapa kau tak jadi mengambil kedua pilihan itu.
Bukan karna rasanya. Tapi kau paham, coklat selalu punya rasa lebih baik.
Kedua brownis itu tak ku habiskan. Hingga berhari-hari ia tergeletak di bawah tudung saji kemudian berjamur.***
Karna alasan cerita itulah brownis selalu saja mengingatkanku padamu. Meski kita tak lagi pergi bersama. Ku harap ada yang mau membelikan brownis kesukaanmu.Aku tau betapa sulit memilih sesuatu yang berbeda sementara ada pilihan lain dengan hasil yang lebih baik tentunya.
Tapi aku hanya ingin kau ingat.
Akulah yang menyuapkanmu brownis pada malam kau terlihat sangat manja.Aku bisa saja memberikanmu banyak rasa. Membuatmu bingung dengan banyak piilihan berbeda. Namun aku tau kau hanya butuh sesuatu yang sempurna.
Sayang, aku punya banyak cinta yang ingin ku ceritakan. Berdua saja denganmu. Di temani secangkir teh hangat dan brownis coklat. Tapi mungkin di lain waktu. Bahkan mungkin saja di dalam cerita berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUKMA
Cerita PendekBeberapa jiwa diciptakan dengan tujuan untuk sengaja pula dilupakan. Entah siapa yang harus dijadikan kambing hitam ketika kesulitan diangkat dengan berbagai alasan. Tapi, untuk beberapa jiwa yang merasa dilupakan. Aku ingin berbagi kisah tentang h...