Chapter 4

1.8K 179 22
                                    

Ceklek

"Silahkan masuk"
Chanyeol mempersilahkan Sehun memasuki kamarnya.

Chanyeol dan Sehun terlihat lelah karena serangkaian acara pernikahan dan resepsi yang mereka lakukan. Mulai malam ini Sehun harus tinggal bersama Chanyeol dan keluarganya.

Sehun memasuki kamar Chanyeol dan mengedarkan pandangannya ke seluruh kamar Chanyeol.

Kamar yang cukup rapi untuk ukuran seorang namja dan juga pengusaha. Pasti maid rumah ini sangat rajin.

"Apakah kau akan membersihkan dirimu? Itu adalah kamar mandi. Kau bisa menggunakannya lebih dulu. Oya, karena mendadak aku belum memerintahkan maid untuk membereskan pakaianmu. Kopermu masih disana"

Sehun mengikuti arah pandang Chanyeol yang menunjuk ini itu dengan tangannya.
"Tidak perlu. Aku akan membereskannya sendiri. Baiklah aku akan ke kamar mandi sekarang"

Sehun mendekati kopernya dan mengambil piama yang akan digunakannya malam ini.

Sesungguhnya dia sedang merasa aneh sekarang. Dia terlalu gugup. Jantungnya berdebar kencang. Setelah pernikahan tadi siang, Sehun merasa canggung dengan Chanyeol. Begitupun Chanyeol, mereka seperti orang asing sekarang.
.
.
.
.
Chanyeol memasuki kamarnya. Dia melihat Sehun tengah berbaring di ranjangnya. Chanyeol tersenyum melihat Sehun. Namun kemudian Chanyeol mengernyit ketika merasakan tubuh Sehun seperti bergetar.

Chanyeol mencoba mendekati Sehun dan terperanjat kaget karena sebenarnya Sehun sedang menangis sekarang. Dia menghela nafasnya. Dia harus mengerti keadaan Sehun sekarang. Sehun berhak menangis sepuasnya.

Lalu Chanyeol membaringkan tubuhnya dan memunggungi Sehun. Entah kenapa rasanya Chanyeol ingin sekali memeluk Sehun sekarang, dia ingin membuat Sehun tenang dan menghentikan tangisnya serta kesedihannya. Tapi mungkin lain kali, ini adalah waktunya Sehun untuk sendiri. Perlahan dia tertidur , begitupun Sehun, Sehun jatuh tertidur karena lelah menangis.
.
.
.
.
Keesokan harinya, tampak Sehun mengerjapkan matanya perlahan. Sinar matahari yang menembus kaca jendela menyinari wajahnya. Matanya bengkak karena efek dari menangis semalaman.

Sehun mengedarkan pandangannya pada ponselnya, dan Sehun menghela nafasnya ketika waktu menunjukkan pukul 10 pagi.
Dia kesiangan. Awalnya Sehun tidak peduli, tapi dia melebarkan matanya ketika dia sadar bahwa ini bukan kamarnya dan juga bukan rumahnya. Apa yang akan dikatakan pemilik rumah ini nantinya jika ia bangun kesiangan.

Sehun bergegas mengambil pakaian dari kopernya lalu memasuki kamar mandi.
.
.
.
.
Sehun kini sudah rapi dengan balutan gaun selutut sederhana namun anggun. Sehun keluar dari kamarnya dan mencari Chanyeol, karena pagi ini dia belum bertemu dengan Chanyeol.

Apa dia sudah berangkat kerja? Bukankah dia bilang dia akan cuti?
Batin Sehun.

Sehun melangkahkan kakinya ke sebuah tangga. Di ujung tangga, dia tersenyum tipis ketika melihat Kyungsoo dan Chen sedang duduk bersama keluarganya, maksudnya keluarga Chanyeol.

Dengan cepat Sehun segera menuruni tangga dan ingin bergabung dengan mereka semua. Dia sempat berpikir, ternyata menikah dengan Chanyeol bukanlah hal yang sulit, justru dia terbantu dengan adanya Chanyeol.

"Yeolie, apakah kau akan memberitahukan Hunnie? Apa dia siap mendengar semua ini? Menurutku tidak. Setelah apa yang terjadi kemarin dan sekarang jika dia mengetahui bahwa Kai tewas dalam kecelakaan mobil di Jepang, itu akan membuatnya semakin hancur Yeolie. Aku sungguh tidak mengerti dengan takdir mereka. Takdir mereka begitu kejam"

"Aa...apa..."
Gumam Sehun.

"Sehun!"
Ibu Chanyeol terkejut ketika menyadari jika Sehun sudah berdiri di ujung bawah tangga dan telah mendengar semua pembicaraan mereka.

Semua berdiri melihat Sehun.
Tatapan Sehun kosong. Sehun merasa seperti nyawanya tercabut seketika.

Kyungsoo segera berlari menghampiri Sehun.

"Apa yang baru saja kau katakan itu Kyungie?"
Sehun bertanya sambil menangis pada Kyungsoo.

Kyungsoo tidak menjawab apapun pertanyaan Sehun. Kyungsoo yang melihat Sehun tidak bisa menahan tangisannya dan memeluk Sehun erat.

"Hiks.. hiks.. tidak.. hiks...mungkin..
Hiks.. kalian pasti berbohong... hiks...
KAI...KAI...hiks..."
Sehun menangis keras dan meronta hingga Kyungsoo sulit menahan tubuh Sehun yang memang lebih tinggi dan besar darinya.

"Hiks... Sehun... ku mohon tenanglah.. hiks..."
Rengek Kyungsoo dan mencoba untuk menenangkan Sehun.

Melihat Sehun yang tidak terkendali, Chanyeol langsung berlari dan memeluk Sehun. Sehun terus memberontak dalam pelukan Chanyeol, namun dengan sekuat tenaga Chanyeol menahannya.

"Kalian tenang saja. Aku akan menenangkan Sehun"
Chanyeol menatap Kyungsoo. Kemudian Chanyeol berusaha menggiring Sehun menaiki tangga dan kembali ke kamarnya.

"Hiks.. lepaskan aku! LEPASKAN! aku ingin Kai! Aku ingin Kai! Hiks..."
Chanyeol menulikan pendengarannya dan terus membawa Sehun ke kamarnya.

Ketika sampai di kamar, Chanyeol dengan segera menutup dan mengunci pintu kamarnya.

"YAK! Kenapa kau menguncinya! Hiks... hiks.. aku ingin melihat Kai! Kalian pasti berbohong. Aku tidak percaya dengan kalian! Kalian jahat! Hiks..hiks..."
Sehun berlari menuju pintu dan berusaha membukanya.

Chanyeol hanya diam memperhatikan Sehun yang tengah menangis dan berteriak di hadapannya.

"Tenang dulu Hunnie!"
Chanyeol menahan kedua lengan Sehun.

Sehun menatap tajam Chanyeol dan menepis kasar genggaman Chanyeol.
"Tenang? TENANG HAH! Bagaimana aku bisa tenang setelah kalian mengatakan itu! Awalnya Kai menghilang dari pernikahan kami, lalu kini dia dinyatakan tewas karena kecelakaan. Lalu apa kau bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi Park Chanyeol? Ini semua terjadi begitu saja, dan kau masih bisa menyuruhku untuk tetap tenang? Kau gila?"

Setelah mengatakan itu, Sehun kembali menangis.

"Baiklah kita akan melihat dan datang kepemakaman Kai. Bagaimanapun juga dia adalah sahabatku. Tapi sebelum itu, kau harus bisa mengendalikan dirimu. Aku tidak suka melihatmu terpuruk seperti ini"

Sehun menggelengkan kepalanya,
"Apa pedulimu? Apa? Bagimu Kai adalah sahabatmu, tapi tidak untukku. Dia adalah calon suamiku, cintaku, nafasku, hid..."

Cup

"Mmpphhh.... ppppphhhh.... chanmmppp..."
Chanyeol yang tidak tahan melihat Sehun terus berteriak, dengan cepat dia mencium dan melumat bibir Sehun. Sehun terus memberontak, namun Chanyeol telah memeluknya dengan erat hingga Sehun tidak bisa berkutik.

Chanyeol melepaskan ciumannya karena kebutuhan oksigen yang mendesak mereka. Nafas mereka tersengal. Chanyeol menatap Sehun dan di hadiahi tatapan nyalang dari Sehun.

"Kau.."

"Aku ingin kau tetap menjadi seorang Wu Sehun yang kuat. Kendalikan dirimu atau aku tidak akan pernah mengizinkanmu menghadiri pemakaman orang yang telah meninggalkanmu dan membuatmu seperti ini"

Sehun terperangah mendengar perkataan dan tatapan gelap Chanyeol.

"Ck, memangnya siapa kau? Siapa kau bisa mengaturku seperti itu?"

Rahang Chanyeol mengeras, lalu dia memegang kedua bahu Sehun,
"Dengar!
Aku adalah Park Chanyeol, suami sah dari Wu Sehun dan sekarang telah menjadi Park Sehun. Jadi aku memiliki seluruh hak atas dirimu!"

Melihat Sehun membatu dan menatap tidak percaya padanya, Chanyeol langsung memeluk Sehun erat.

"Maafkan aku Hunnie. Aku tidak bermaksud berkata seperti itu. Aku hanya tidak bisa mengendalikan diriku setelah melihatmu terpuruk seperti ini. Maafkan aku Hunnie"
Chanyeol terus meminta maaf dan mengatakan hal itu pada Sehun.

Entah kenapa Sehun mulai tenang dan luluh. Dia mulai terbiasa akan kehangatan Chanyeol disaat dirinya sedang tidak terkendali. Akhirnya Sehun perlahan mengangguk dan masih melanjutkan tangisannya. Chanyeol bersyukur karena walaupun Sehun masih menangis tapi Sehun sudah mulai tenang.
.
.
.
.
.

Tbc...
Thanks sudah mampir di ffku

Bye
Noe

Last Bad Boy, Now PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang