Baik/buruknya sesuatu tergantung bagaimana caramu dalam memandang suatu hal
.
.
..
Sasuke memiringkan kepalanya kala melihat kerumunan gadis-gadis di sebuah cafe kecil, bahkan laki-laki juga ikut dalam kerumunan itu, sebenarnya apa yang menarik dari tempat itu? Ataukah hal lain? Mungkin saja kualitas dan rasa makanan dan minuman di sana lebih nikmat, karena itu mereka mengerumuni cafe itu.
Mungkin saja seperti itu, pikir Sasuke.
Kaki panjangnya yang terbalut oleh boots berwarna coklat mendekati keramaian itu untuk memesan sesuatu di sana.
Sasuke kemudian membelah kerumunan remaja-remaja yang terlihat sangat antusias sekali. "Permisi," ucap Sasuke.
Kerumunan para gadis itu sontak saja terdiam mendengar sebuah suara yang terdengar asing. Saat menoleh, mereka semua membulatkan mata dengan mulut menganga lebar, tidak bisa menahan keterkejutannya. "Sasuke? Kau Uchiha Sasuke?" tanya seorang gadis bersurai cokelat.
Sasuke yang sedang dalam mode penyamaran menggeleng lalu menorehkan senyuman tipis, "Bukan, sayangnya bukan. Tapi, bolehkah saya lewat?" tanya Sasuke penuh kesopanan.
"Aku tak mungkin salah, kau CEO terkenal itu, bukan?" desak gadis bersurai coklat itu padanya. Sasuke mulai berkeringat dingin. "Tidak. Kurasa anda salah paham. Saya bukan Uchiha Sasuke."
"Kurasa tidak juga. Kau pasti Sasuke, aku mengenali model rambut unikmu," Gadis lain menimpali.
Sasuke hanya tersenyum dipaksakan seraya mengeratkan genggamannya pada kerah jaketnya yang menutupi hampir seluruh lehernya. Jadi, apa yang harus dilakukannya sekarang? Sasuke menatap horor pada kerumunan gadis remaja yang menatapnya lapar seakan dirinya adalah daging segar.
Astaga.
.
"Terimakasih atas semuanya, Nona. Aku berhutang banyak hal padamu," ucap Sasuke seraya menyesap secangkir teh yang baru saja dipesannya. Kemudian Sasuke mendesah nikmat ketika merasakan hangat yang menyertainya, menimbulkan uap yang berhembus dari bibir manisnya. Sasuke tampak sangat menyukainya.
"Wow, rasanya sangat luar biasa. Kau pandai membuatnya," puji Sasuke
Sakura hanya bergumam aneh menanggapi pujian yang Sasuke lontarkan padanya.
"Hh~ aku mengerti. Apakah ini sebabnya tempatmu sangat ramai pengunjung. Minumanmu sangat nikmat." Sasuke berdecak kagum ketika merasakan kembali teh dengan cita rasa yang unik yang dipesannya semenit yang lalu setelah Sakura menyelamatkannya dari kerumunan yang menyeramkan.
"Mungkin," jawab Sakura singkat. Ia sungguh merasa agak kurang nyaman berada di dekat dengan seorang pria.
Sasuke kembali menyesap dan menikmati rasa dari teh yang diminumnya. Sangat unik dan enak, Sasuke menyukainya.
"Apa nama teh ini?" Sasuke kembali bertanya.
Sasuke memandang ke arah cangkir teh di depannya kemudian tersenyum.
"Itu teh Camomile."
Sasuke mengerutkan dahinya, kemudian ikut memandang ke arah mata Sakura. Camomile?, pikirnya.
"Memangnya Camomile bisa dijadikan teh? Kupikir camomile sejenis bunga?"
"Teh tidak selalu berasal dari daun teh biasa yang sering kau temui di toko-toko maupun tempat biasanya." Sasuke menautkan jemarinya, ia mulai menyukai pembicaraan gadis di hadapannya ini. "Banyak contohnya, seperti teh camomile yang kau minun ini, dan ada beberapa yang lain seperti teh jahe, teh Barley, dan lain-lain."
Sasuke mengerutkan dahinya bingung akan penjelasan Sakura "Aku tidak mengerti."
"Bagi kebanyakan orang, teh yang akan akrab di lidah mereka adalah teh camomile ini selain cita rasanya yang unik dan wanginya yang enak, juga karena khasiat yang diberikan oleh teh ini," jelas Sakura panjang lebar.
Sasuke memandangnya takjub. Sakura menyesap kembali secangkur teh camomile-nya kemudian melanjutkan perkataannya, "Aku memang sengaja memilih teh ini untukmu karena menurutku ini akan berguna bagi tubuhmu."
Sasuke semakin tertarik, terlihat dari raut wajahnya.
"Memang kenapa dengan tubuhku?"
Sakura menaruh cangkirnya kembali dan menatap Sasuke santai sembari melipat kedua tangannya di dada.
"Tercetak jelas pada wajahmu, kau bekerja sangat keras sampai membiarkan tubuhmu pada titik maksimalnya sampai kelelahan seperti itu. Kutebak kau beberapa hari belakangan ini sering mengalami kesulitan tidur. Eum... apakah dugaanku salah?"
Sasuke dengan cepat menyembunyikan raut wajahnya yang terkejut karena ucapan gadis di depannya ini.
"Lalu? Apa hubungannya dengan teh?" tanya Sasuke.
Sasuke mendengus saat menyadari situasi mereka saat ini.
"Konon katanya, jika meminum teh chamomile, baiknya sebelum tidur, dapat mengatasi insomnia yang sedang kau alami saat ini dan membuat tidur lebih nyenyak."
Omong kosong, pikir Sasuke.
Mana ada teh yang membuat tidur menjadi nyenyak, yang ada hanyalah membuat seseorang menjadi diabetes karena teh. Setidaknya, itu yang diyakini oleh Sasuke."Memang kedengarannya seperti omong kosong bagi sebagian besar orang, tapi itulah kenyataannya. Itu yang diyakini oleh orang yang telah meminumnya, dan aku percaya itu karena aku sudah merasakannya. Sebenarnya, kembali lagi kepada orang yang meminumnya."
Sasuke termenung, meresapi perkataan Sakura dalam-dalam, "Sepertinya kau benar. Akan kucoba."
Sakura tersenyum senang, ia sangat bahagia ketika penjelasannya dapat diterima baik oleh pemuda itu. Sakura kembali mendekatkan pinggiran cangkir pada bibir ranumnya, menyesap kembali teh camomile hangat ini.
"Kau baik sekali. Aku menyukaimu. Dan terimakasih atas tehnya, aku akan datang kembali lain kali."
"Pastikan kau membayarnya dan petuah-petuahku tadi lain kali, Mr."
Sasuke tertawa renyah, "Tentu saja, Nona. Aku tidak melupakan itu."
Sasuke kemudian berdiri lalu berjalan keluar dari cafe.
Sakura yang masih pada posisinya yang terduduk pun mendengus geli. "Aku juga menyukaimu, Tuan, aku menunggu 'lain kali'mu itu," gumam Sakura disertai dengan kekehannya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Omoide No Hotondo ✔️
FanfictionLewat pertemuannya dengan Sakura serta secangkir teh hangat yang menemani kehangatan di antara mereka berdua, Sasuke diingatkan kembali tentang masa lalunya yang abu-abu. Mengapa hanya Sakura yang bisa membuatnya dimabuk cinta? Dan benang merah apa...