Setelah pertemuannya dengan Sakura hari itu, Sasuke tidak bisa menahan kesedihannya.
Waktu berjalan dengan lambat, namun Sasuke masih merasakan sakit hati yang menjalar di sekujur tubuhnya.
Andai saja dirinya tidak kekanakan, andai saja dirinya mencegah kepergian Sakura. Andai saja dirinya menyelesaikan masalah mereka dengan kepala dingin, mungkin saja hal ini tidak akan terjadi padanya.
Andai itu ia lakukan dulu, Sakura pasti masih disisinya.
Sasuke telah menutup pintu hatinya setelah kejadian itu.
Sasuke juga semakin menjadi dingin terhadap sekitar. Begitu juga dengan Sakura yang kembali ke Paris setelah menyelesaikan semuanya, tidak tahu akan kembali lagi ke sini atau akan menetap dengan kekasihnya di Paris.
Sudah terhitung seminggu lamanya semenjak pertemuan itu. Sasuke tetap tidak bisa menghapus bayang-bayang Sakura dari hatinya.
Sasuke masih mengharapkan kehadiran Sakura.
Lamunan Sasuke buyar ketika bunyi bel pintu berdering, menandakan seorang pelanggan datang.
"Maaf, Ms, tapi kami sudah tutup."
"Vanilla Latte satu."
"Maaf, tapi kami sudah tutup."
"Hm. Kalau begitu, teh hitam saja."
Sasuke merasakan urat kekesalannya timbul ketika berhadapan dengan pelanggan satu ini.
"Sudah kubilang, Ms, toko kami sudah tutup. Pergilah."
Orang yang mengenakan pakaian tertutup beserta masker dan topi yang menghalangi wajah dan rambutnya itu mengelus dagunya berpikir sebelum kembali berkata,
"Aku pesan Affogato saja kalau begitu."
"Sudah kubilang kami sudah tutup! Pergilah, aku sedang tidak ingin melayani pelanggan saat sedang tutup!"
"Kasar sekali." Orang itu membuka topi dan maskernya perlahan.
Sasuke terkejut.
"Kau?!"
"Padahal menurutku, pelanggan adalah raja, bukan begitu?"
"Sakura?"
"Hai, lama tak jumpa."
Sasuke mendengus geli. Apa-apaan wanita ini? Seminggu yang lalu dia datang dan meruntuhkan hatinya. Dan sekarang dia datang lagi, untuk apa?
Sasuke kembali pada mengelap gelasnya, mengacuhkan kehadiran Sakura di sana.
"Pergilah."
Sakura mendecak kesal.
"Dingin sekali."
Sasuke tidak membalas dan memilih untuk diam.
Jika dirinya tidak bertindak seperti ini, hatinya akan goyah. Otaknya masih mengulang perkataan yang sama, Sakura sudah memiliki kekasih.
"Bagaimana kabarmu, hm?" - sakura
"Buruk tanpamu."
"Huft! Aku tahu. Pesonaku tidak bisa ditolak oleh siapapun. Senang bertemu denganmu. Aku kembali."
"Hn, pulanglah."
Sakura mengerutkan keningnya.
"Kenapa aku harus pulang?"
"Kekasihmu bisa salah paham jika kau pergi menemuiku."
Sakura terdiam ketika mendengar hal itu.
Salahnya yang menghancurkan hati Sasuke setelah kedatangannya minggu lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Omoide No Hotondo ✔️
FanfictionLewat pertemuannya dengan Sakura serta secangkir teh hangat yang menemani kehangatan di antara mereka berdua, Sasuke diingatkan kembali tentang masa lalunya yang abu-abu. Mengapa hanya Sakura yang bisa membuatnya dimabuk cinta? Dan benang merah apa...