Seorang gadis melangkah dengan pasti menuju "SMA ANAK BANGSA", tak ada yang berbeda dari hari sebelumnya selalu sama dan akan tetap begitu.
"Hai!" sapa seorang gadis yang tingginya tidak berbeda dengan cinta hanya saja badannya lebih berisi, Cinta menatap bingung apakah ingin membalas sapaan itu dan berarti membuka sebuah lembaran baru berjudul 'pertemanan'.
"Gue Gisel, anak 10 IPA 2."
"Cinta." Jawabnya sambil menyambut uluran tangan seseorang di hadapannya
"Murid baru ya? Pindahan mana?" Gisel begitu semangat karna memang kepribadiannya yang terlampau ramah.
"Iya, SMA KASIH." Jawab Cinta tersenyum kaku, mengingat alasan ia pindah sekolah agar hatinya terbiasa melupakan semua tentang Juna, agar dia dapat melanjutkan hidup, semakin lama ia mengenang Juna akan semakin pedih hatinya.
"Oh gitu, kita masuk aja yuk lanjutin ngobrol di dalam kelas." Gisel menunjuk ke arah dalam sekolah dan beranjak meninggalkan gerbang sampai ada suatu suara yang menghadang mereka .
"Gisel, tungguin gue!" suara cempreng menggema diantero sekolah sampai membuat kuping bergema, seperti tidak berdosa gadis yang tadi berteriak dengan semangat menghampiri sahabat karibnya.
"Oh jadi udah punya temen baru, yang lama di lupain." Sindirnya menatap sinis ke arah Gisel kemudian Cinta
"Aduh lo nih berisik tau gak? Liat tuh semua orang udah mau sambit kita pake buku." Gisel menatap jengah dan memutar kedua bola matanya.
"Lagian lo, biasa kan masuk gerbang bareng gue. Ini siapa?" tatapan July langsung sinis ke arah Cinta, dan yang ditatap menunduk ke bawah dan berusaha tak menghiraukan tatapan mematikan itu.
"Ini Cinta anak baru yang pindahan itu loh." Ucap Gisel menjelaskan.
"Oh anak baru, yang diceritain Bu Citra? Yang katanya pintar gak ketolongan itu?" kalimat itu meluncur mulus tanpa hambatan.
"Aduh bawel banget deh lo, udah yuk masuk dulu." kini Gisel menggandeng Cinta dan July masuk ke lapangan sekolah.
"Kelas lo yang mana?" tanya Gisel kepada Cinta "Kelas 10 IPA 3" Cinta menjawab kelewat singkat
"Asik gue dapet temen baru nih, kenalin gue July, dan selamat kita sekelas." July mengulurkan tangan dan dengan ragu Cinta menjabat tangan itu. Entah ini awal pertemanan baru yang akan di mulai.
*******
"Sumpah ya, lo mesti tau Cin baru kali ini ada anak yang bisa dapet nilai 100 di kuis pak Rico." July langsung duduk di hadapan Cinta.
"Iya Cin, lo tuh hebat banget akhirnya gue punya temen yang pinter juga." Gisel langsung duduk di samping Cinta.
"Eh maksud lo gue apa? Gue bodoh gitu?" dengan gaya melipat legan seragam dan melipat kedua tangan didepan dada akhirnya dibalas cengiran oleh Gisel.
"Kalian berlebihan, gue gak sehebat itu." Cinta kikuk mendengar pujian mereka.
"Merendah banget sih, udah deh daripada kita bahas nilai terus yang bikin gue emosi mending ke kantin yuk, laper nih." Gisel yang memang sangat mencintai siomay kantin.
"Ah males gue, pasti si Reihan ada di kantin." July terlihat malas dan ingin menghentikan pembicaraan ini.
"Reihan?" Cinta langsung bertanya seperti ini topik menarik.
"Awas lo suka dia!" July mengeluarkan ultimatumnya dengan telunjuk mengarah didepan wajah Cinta
"Lo suka?" tanya Cinta was-was
"Suka? Lo bilang gue suka sama makhluk menjijikan macam Reihan, amit-amit tujuh turunan deh!" July langsung mempraktekan gaya mualnya.
"Udah deh kenapa jadi bahas dia sih? Orang gue kangen siomay ibu kantin." Gisel yang sedari tadi jengah dengan pembicaraan ini, akhirnya membuka suara.
"Yauda kalau gitu gue sama Cinta yang ke kantin dan lo di sini aja, mau nitip gak?" tanya Gisel yang berada di ambang pintu.
"Es jeruk deh, jangan kemanisan." July langsung mengambil uang di kantong seragamnya
"Gak ada kembalian ya, ongkos jalan." Gisel kali ini tertawa lepas sambil berlari dan diikuti Cinta yang menggelengkan kepala bingung.
"Ya Tuhan, punya temen kok gini banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Cinta Jatuh Hati
Teen FictionKisah seorang cowok nakal berparas rupawan dan gadis yang mencintai kata-kata puitis. Kisah antara Reihan dan Cinta yang menemukan romansa manis khas SMA, tentang bagaimana berjuang dan menyuarakan isi hati. Karena hal yang tersulit bukanlah memilih...