Juna ?

147 14 1
                                    

Reihan sampai di lantai dua tepat di depan kelas Cinta, tapi sepertinya Cinta tidak ada, apa mungkin ia tidak masuk sekolah? Gara-gara kemarin diarena balap? Saat Reihan mengintip tiba-tiba seorang gadis keluar.

"Temennya Cinta ya?" tanya Reihan pada Gisel.

"Iya, ada apa?" tanya Gisel bingung.

"Cintanya gak masuk sekolah ya?" tanya Reihan.

"Tadi masuk, cuman ijin pulang katanya ada urusan." Gisel menjawab seadanya

"Oh gitu, yauda makasih." Reihan memutar arahnya.

"Urusan apa?" tanya Reihan bingung sambil masih terus memungut sampah disepanjang koridor.

*******

"Iya tan, ini aku udah di jalan mau ke bandara."

"Iya tadi udah ijin ke guru."

"Udah bawa kok, oke bye." Cinta memutus sambungan telepon sekarang ada satu masalah besar yang mengancam kehidupannya oh bukan hanya itu mungkin perasaannya juga.

Cinta sekarang sedang membawa karton besar dengan bertuliskan 'JUNA HENDRAWAN' pria masa lalunya, teman kecilnya yang sudah dia rencanakan menjadi teman hidupnya semua sirnah saat kebohongan meracuni segala harapannya.

"Cinta, aku kangen banget..!!" Seorang pria bertubuh atletis dengan kemeja biru memeluknya erat, Cinta tak dapat berkutik rasa ini datang dari masa lalunya. Seseorang membawanya kembali ke ingatan masa lalu tentang sebuah arti cinta, yang pertama kali mengenalkannya tentang bagaimana mencintai dan di cintai tentang sebuah harapan besar tentang sebuah mimpi yang dibangun bersama.

Tapi, Cinta bukan cewek bodoh yang ingin jatuh ke lubang yang sama. "Kita ke mobil, udah ditunggu." Cinta langsung berjalan mendahului cowok itu, rasanya ketika pelukan hangat tadi terlepas ada separuh perasaannya yang juga ikut pergi.

*******

"Tan, aku gak enak badan mau istirahat di atas aja ya." Cinta yang baru sampe rumah langsung naik ke atas dan tidak memperdulikan Juna pemilik hatinya dulu.

Tante yang bingung dengan tingkah laku keponakannya hanya menaikan kedua bahu. "Juna ayo kita makan bareng, tante kangen." Juna memang dekat dengan keluarga Cinta.

"Jadi rencana tinggal diapartemen deket sini? Satu sekolah sama Cinta?" Tante yang memang memiliki suara kencang. Cinta yang sedari tadi menguping pembicaraan itu, sebenarnya ia juga ingin tahu bagaimana keadaan Juna, saat dia menguping mimpi buruk datang, Juna akan satu sekolah dengannya.

Cinta sangat tidak mood hari ini jadi dia mengurung diri di kamar. Satu pesan singkat masuk ke handphone Cinta.

'Gue gak liat lo di sekolah? Kemana?'

'Siapa?'

Cinta membalas, ia menyangka ini pasti pekerjaan July atau Gisel.

'Reihan Gautama, tadi kenapa ijin pulang?' saat Cinta membuka pesan matanya terbelalak dan seketika ia bangkit berdiri.

'Ada urusan keluarga.' balas Cinta sebenarnya ia bingung mengapa Reihan tau nomornya.

'Oh gitu, oke. Gue ijin mau ke diskotik, lo jangan tidur malam-malam sampe ketemu besok di sekolah.' Pesan yang cukup panjang itu membuat Cinta mngernyit aneh kenapa Reihan ijin padanya memang mereka ada hubungan apa? Menyuruhnya untuk tidak tidur malam-malam?

"Cin, boleh aku masuk? Aku ingin bicara banyak, aku kangen kamu dan aku kangen kita." ketukan pintu membuat Cinta menoleh dan akan ada masalah besar lainnya ucapnya dalam hati.

Tapi, ia terlalu berani untuk berlari dia harus menyelesaikan ini atau dia akan terus bersembunyi dari kekesalannya. "Masuk, gak dikunci." Ucap Cinta.

"Banyak yang aku mau omongin, kita mulai dari alasan aku pergi ya." Ucap Juna dan Cinta hanya menatap ke arah lantai.

"Aku pergi bukan gara-gara papa dinas, papa bangkrut Cin. Aku harus numpang sama nenek, aku gak mungkin ngomong karena waktu itu takut bikin kamu kepikiran. Disana aku kerja keras bantu usaha papa supaya bisa kayak dulu dan sekarang aku kembali ke kamu nepatin janji kita." Juna berbicara menggenggam tangan Cinta.

"Susah ya di sana buat hubungin aku?" Cinta bertanya dengan selaput bening yang menggenang.

"Aku sibuk bantu papa Cin, gak ada waktu untuk yang lain semua terfokus untuk itu. Aku gak mau kamu kecewa kalau aku masih bangkrut, aku pengen buat kamu bahagia, aku pengen nepatin janji kita untuk menikah setelah kita udah sarjana dan itu semua gak bisa kalau aku gak punya apa-apa." Juna meluapkan emosinya.

"Hebat Jun, kamu udah punya segalanya sekarang. Tapi maaf aku udah bukan punya kamu. Hati seseorang bisa berubah Jun. Apalagi selama ini kamu gak kasih aku kabar sama sekali." Cinta menatap tepat di manik mata Juna, ia tahu Juna jujur padanya tapi perasaannya tidak seperti dulu.

"Karena ada cowok lain?" tanya Juna tak bereskpresi, namun matanya hanya tertuju pada Cinta.

"Hati yang udah kamu hancurin, dan kamu tinggal gitu aja gak akan bisa kayak dulu pasti ada sisa kehancurannya Jun. Itu hati aku sekarang, tiga tahun kita bareng ngerangkai mimpi besar kita dan kamu hancurin dalam satu hari? Bukankah itu hebat? Kamu pergi dengan janji akan kembali tapi gak pernah kasih aku kepastian? Sekarang kamu datang seolah-olah gak pernah buat salah? Cinta gak sebercanda itu." Cinta melepaskan genggamannya.

"Sekarang kamu bisa keluar, aku ngantuk." Cinta menunduk.

"Aku akan coba memperbaiki semuanya, aku janji." Juna keluar dari kamar Cinta.

Cinta menghampiri sebuah kotak yang berisi kenangannya bersama Juna sang pria masa depannya, lembar demi lembar membuatnya tersenyum saat melihat foto mereka ketika lomba 17 Agustus, Hari Kartini, dan terkahir saat perpisahan sekolah.

'Saat kita berpisah, akan ada saatnya ruang hampa itu datang lalu di isi dengan sesuatu yang ku sebut kenangan' 

Ketika Cinta Jatuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang