BAB 22 : Terjawab Sudah

567 67 12
                                    

Beberapa hari ini, pikiran Keano terusik akan dua nama. Entahlah, Keano seperti ingin membenarkan semua gosip yang tersebar di SMA Abdi Bangsa. Tentang Anna dan Alvaro yang menjalin asmara.

Tapi sebelum bertanya, ia sempat memikirkan kejadian beberapa minggu yang lalu di club. Dia terus teriang-ngiang dengan setiap kata yang keluar dari mulut laki-laki itu. Anehnya, setelah malam itu, Keano tidak pernah mendapati laki-laki itu di sekolah.

Mungkinkan dia pindah sekolah? Atau menghindarinya? Keano juga tidak tahu. Bila bertanya pada perempuannya, pasti juga tidak tahu. Lalu kepada siapa Keano bertanya? Salah satu kunci hanya ada pada teman-teman laki-laki itu.

Keano bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ke lantai tiga. Menghampiri beberapa kawannya laki-laki itu. Kebetulan, kawan-kawannya sedang berada di luar kelas. Keano tidak perlu susah-susah mencari atau melongok ke kelas.

Keano berjalan menghampiri sambil berdeham. Membuat tiga orang tersebut mengalihkan tatapannya menjadi ke arahnya. Salah satu dari mereka diam dengan pandangan menusuk. Keano tahu hal itu, tapi sekarang ia tidak sedang mencari masalah.

"Ngapain ke sini?" tanya salah satu dari mereka yang Keano kenal bernama Elang. Kedua tangannya terlipat di depan dada dengan pandangan benar-benar menghunus.

"Eit, santai," katanya dengan wajah sesantai mungkin. "Gue ke sini buat tanya sesuatu."

"Sesuatu?"

Keano menganggukkan kepala. "Bos lo kemana? Kok nggak pernah kelihatan? Pindah sekolah?"

Pertanyaan Keano sontak memancing emosi Elang dan Bayu. Namun Vigo berusaha menahan mereka agar tidak terjadi perkelahian yang berujung masuk ke ruang BK.

"Sabar-sabar,"

"Dia macem-macem sama kita."

"Asal lo tahu, ya, Alvaro bukan bos kita." Pertegas Elang. "Dia. Teman. Kita."

Keano hanya mengangguk. "Terus, dia kemana? Kok nggak--"

"Ada." Elang berusaha menjawab dengan sesantai mungkin. Mengingat temannya yang hampir dua minggu lebih belum sadar dari komanya. "Di rumah sakit. Diambang batas."

"Oh, di rumah sakit." Keano mengangguk pelan sebelum tersadar akan sesuatu yang mengganjal. "Diambang batas?"

****

Sepanjang pelajaran, Keano terus saja melamun tanpa mendengarkan guru yang tengah berdiri di depan. Menerangkan materi baru.

Menyadari Keano sedang melamun, Bu Sri pun memanggilnya.

"Keano?"

Keano pun tersadar dari lamunannya. "Eh, iya, Bu," katanya seraya mengalihkan pandangan ke arah Bu Sri.

"Kamu sedang ada masalah?"

"Ah, nggak, Bu."

"Tolong, perhatian untuk semuanya. Kalau sedang ada masalah, jangan pernah kalian bawa pada saat jam pelajaran. Nanti kalian nggak akan fokus."

Serempak murid berkata, "Baik, Bu,"

"Oke, saya lanjutkan kembali."

Bu Sri kembali menerangkan materi. Selama hampir satu jam, baik pikiran maupun hatinya seperti tidak ada di kelas ini. Yang ada dan nampak hanya raganya saja. Yang lainnya entah pergi kemana.

Dua jam pelajaran Bu Sri berakhir dengan berbunyinya bel istirahat kedua. Seluruh siswa berhamburan keluar untuk makan siang dan beribadah. Termasuk Keano yang meransel tasnya keluar dari kelas. Anna yang melihat pemandangan tersebut sempat mengerutkan dahi. Namun ia pura-pura tidak peduli dan tetap mendengarkan musik melalui headset yang menyumpal di telinganya.

About Time ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang