Pagi ini, Anna berangkat sekolah bersama Ayahnya. Kebetulan, beliau akan mendatangi sebuah kantor yang dekat dengan sekolahnya. Jadi, mereka berangkat bersama.
"Gimana sama keadaannya kakak kelas kamu?" tanya Bunda yang tengah mengolesi roti dengan selai stroberi. Lalu menaruhnya pada piring Anna.
Anna yang tengah meletakkan tasnya di sisi kiri hanya bisa tersenyum. "Doain dia supaya cepat sembuh, ya, Bun, Yah."
Mereka sempat sedih melihat putrinya yang mencoba untuk kuat. "Bunda sama Ayah doain semoga dia cepat sembuh."
"Amin."
Anna mengambil rotinya untuk kemudian dilahap. Sepanjang makan, Anna terus merancang apa yang nantinya akan ia lakukan di rumah sakit. Ah, iya, dia harus ijin pada orang tuanya.
"Oh, iya, nanti Anna pulang telat, Bun."
"Mau nengok?" Anna mengunyah rotinya dengan anggukan. "Pulangnya sama siapa?"
"Nanti diantar sama temannya atau naik Grab." Anna tidak terlalu memusingkan masalah pulangnya.
"Jangan naik Grab sendirian. Apalagi malam," cegah Ayahnya dengan nada dingin. Jika sudah seperti ini, Anna tidak akan bisa membantah. "Diantar sama temannya atau di jemput sama Keano."
"Yah..." Anna memelas menatap Ayahnya. "Jangan sama Keano."
"Kenapa?"
Anna menatap Bundanya dengan meminta bantuan. "Iya-iya, nanti kalau temannya nggak bisa biar Mang Jodi yang jemput."
Seketika Anna tersenyum. "Makasih."
Selepas sarapan bersama, mereka bersiap-siap untuk berangkat. Anna mulai meransel tasnya lalu berjalan keluar untuk memakai sepatu. Ayahnya yang tengah mengenakan dasi pun segera keluar bersama Bundanya yang membantu membawakan tas kerja beliau.
Mobil yang akan mereka naiki sudah siap beserta Mang Jodi yang berdiri di sana.
Anna berjalan mendekat Bundanya guna pamit serta bersalaman. "Bunda, berangkat, ya."
"Hati-hati."
Bundanya menyerahkan tas kerja kepada Ayahnya. Kemudian, beliau menyalami tangan Mario yang dibalas dengan kecupan di dahi. Membuat Anna seketika geli sendiri.
"Huss," pukul Andin pada Mario. "Di lihatin sama anaknya."
"Nggak papa," jawab Mario enteng. "Yaudah, aku berangkat dulu."
"Hati-hati."
Anna dan Ayahnya mulai masuk ke dalam mobil. Sebelum berjalan, mereka mengucapkan salam terlebih dahulu.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
****
Kemacetan menjadi makanan mereka--para pengguna jalan di pagi hari. Apalagi di kota besar seperti ini. Mereka berbondong-bondong menaiki kendaraan dan melajukannya dengan cepat agar sampai di tujuan tanpa kata 'terlambat'. Dan hal seperti itu, mereka lakukan setiap hari. Yah, semua demi kebutuhan.
"Ada jalan pintas nggak?" kata Anna sambil mengamati jam tangannya yang terus berjalan. "Sepuluh menit lagi masuk soalnya."
"Sabar," kata Ayahnya guna menenangkan Anna. "Habis ini kita sampai."
Benar saja, tak berapa lama melewati kemacetan, Anna sampai di sekolah pukul enam lebih empat puluh tiga. Dua menit lagi bel masuk dan gerbang terkunci. Seusai bersalaman, Anna bergegas turun dari mobilnya.
"Assalamualaikum," ucapnya sambil melambaikan tangan, lalu berlari masuk ke dalam sekolah. Bersama murid lain yang juga berlarian masuk ke dalam.
Melihat putrinya telah masuk, barulah mobil mulai berjalan kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Time ✔
Teen FictionSemua tentang waktu. Waktu untuk bertemu. Waktu untuk bersama. Waktu untuk berpisah. Waktu untuk melupakan. Dan waktu untuk memulai hal baru. Dua sejoli yang dipertemukan kembali oleh waktu. Pertemuan yang tidak pernah mereka rencanakan. Pertemuan...