Sedari tadi Anna hanya rebahan sambil menatap langit-langit kamarnya. Bosan. Itulah yang sedang Anna alami sekarang. Harapan liburan bersama keluarga menjadi pupus ketika orang tuanya harus pergi keluar negeri untuk mengurus kerja sama dengan perusahaan lain. Dan persetujuannya harus ditanda tangani oleh ketuanya langsung. Tidak boleh di wakilkan oleh bawahan. Hal itulah yang membuat orang tuanya terpaksa meninggalkan Anna sendiri di rumah.
Anna bangkit dari ranjang sambil meraih ponsel serta headset berwarna putih. Kakinya melangkah menuju balkon yang berada di dekat kamarnya.
Biasanya, jika dia sedang ada masalah atau badmood, dia akan datang ke balkon ini. Di sini, dia seperti bisa bercerita dengan angin yang berhembus serta langit yang nampak dari balkon ini.
Anna mulai duduk di kursi dengan memasangkan headset ke telinga. Dia mempunyai daftar musik khusus yang dapat membuat moodnya seketika naik kembali seperti, beberapa lagu dari 5Seconds of Summer.
Lagu pertama yang akan Anna dengar adalah Amnesia. Anna paling suka dengan lagu tersebut. Walaupun lagunya menceritakan seseorang yang ingin amnesia agar lupa dengan masa lalunya. Namun pembawaan serta alunan musiknya membuat siapa saja akan ikut bernyanyi sambil berteriak.
Seperti yang dilakukan Anna sekarang.
I remember the day you told me you were leaving
I remember the makeup running down your face
and the dreams you left behind you didnt need them
like every single wish we ever madeSaat Anna tengah bernyanyi dengan semangat, tiba-tiba dari arah luar terdengar ketukan pintu. Ketika Anna mematikan musik tersebut, suara ketukan pintunya hilang. Tapi ketika dia mulai menyalakan, suara ketukan pintunya muncul. Begitu seterusnya hingga membuat Anna kesal setengah hati.
Setelahnya, dia memutuskan untuk melepas headset dan berjalan menuju pintu kamarnya dengan wajah ditekuk. Ketika pintu terbuka, nampak seorang laki-laki yang berdiri membelakangi pintu dengan kedua tangan memainkan ponsel.
Anna pun kemudian menggeplak punggung laki-laki itu. Sontak saja laki-laki itu menoleh sambil memegang pundak bekas pukulan Anna. "Maksud lo mukul gue apa?" tanyanya sambil menatap Anna dengan menahan sakit.
Sedangkan Anna melipat kedua tangan di depan dada sambil menatap laki-laki itu datar. "Nggak ada maksud apa-apa." Anna menjawab dengan tenang tanpa merasa bersalah karena telah memukulnya. "Lo nggak respon, sih."
"Gue lagi benerin--"
"...game gue."
Bermain game merupakan salah satu kegemaran Vino sejak kecil.
Sewaktu kecil, ketika Anna bermain ke rumah Vino, pasti dia tengah asyik dengan dunianya sendiri. Seolah-olah, di lingkungannya tidak ada orang. Padahal, di situ ada Anna yang tengah menahan marah karena Vino tidak bisa bermain bersamanya. Hal seperti itu sering Anna alami. Dan jika orang tuanya mengajak Anna untuk pergi ke rumah Vino, terkadang dia menolak atau menangis. Alasannya seperti tadi. Tidak dianggap di sana.
"Gue sampai hafal apa yang sering lo lakukan. Keren ya," ucap Anna sambil tersenyum menatap Vino.
Sedangkan Vino menatap Anna bingung. "Lo nyindir gue?"
Anna mengendikkan bahu acuh. "Entah."
Ingin rasanya Vino memukul perempuan yang tengah berdiri di depannya ini. Namun Vino bukanlah cowok kasar yang suka memukul, apalagi perempuan. Dia juga tipe laki-laki yang anti menyakiti perempuan. Karena menurutnya menyakiti perempuan sama saja menyakiti Bundanya sendiri. Begitu juga dengan membuat perempuan menangis. Sama saja membuat Bundanya menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Time ✔
Genç KurguSemua tentang waktu. Waktu untuk bertemu. Waktu untuk bersama. Waktu untuk berpisah. Waktu untuk melupakan. Dan waktu untuk memulai hal baru. Dua sejoli yang dipertemukan kembali oleh waktu. Pertemuan yang tidak pernah mereka rencanakan. Pertemuan...