"Non, bangun."
Suara ketukan pintu dari arah luar membuat Anna meregangkan badan sambil membuka mata perlahan. Setelah matanya membuka sempurna, barulah Anna bangkit dari tidurnya sambil melihat sekeliling. Ternyata, semalam dia tidur di sofa dengan badan tertutup selimut.
Anna berkerut ketika melihat selimut yang menutupinya. Sejak kapan selimut ini berpindah pada badannya? Anna memutar otaknya sambil berpikir apa yang terjadi semalam.
"Anna, bangun."
Pintu kembali diketuk bersamaan dengan suara laki-laki yang tak lain adalah Vino. Terpaksa Anna bangkit dari sofa dan berjalan menuju pintu.
"Iya, bentar!"
Ketika pintu telah terbuka, ia mendapati Vino dan Bi Ijah yang sama-sama berdiri di sana. Anna pun bingung akan hal itu.
"Kalian... ngapain di sini?"
Vino hanya mendesah pelan sambil berlalu dari mereka. Bi Ijah masih saja berdiri di sana dengan wajah khawatir.
"Non nggak papa?"
Anna jadi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Emang aku kenapa, Bi?"
"Kata Den Vino, kemarin Non Anna teh nangis terus. Sampai-sampai Non ketiduran di sofa."
Anna hanya menjawab dengan senyum. "Aku nggak papa Bi. Beneran."
Anna sempat mendengar Bi Ijah bernapas lega sebelum beliau pamit darinya. Karena masih penasaran akan apa yang terjadi tadi malam. Anna pun memutuskan untuk mendatangi kamar Vino. Dia menutup kamarnya dan berjalan menuju kamar yang terletak tak jauh dari kamarnya.
Dia mengetuk pintu dan tak menunggu lama, laki-laki itu membukakan pintu tersebut. Saat pintu terbuka, Anna segera masuk tanpa menunggu di suruh. Membuatnya terpaksa menutup pintu dan menghampiri Anna yang sudah duduk di kursi dengan tangan memegang rubik miliknya.
"Ngapain di sini?"
"Lo yang ngasih selimut ke gue?" tanya Anna yang masih setia mengutak-atik rubik tersebut. Sedang yang ditanya hanya menggumam sebagai jawaban.
"Tadi malam gue masih nangis?"
"Sampai lo tidur juga masih nangis."
Jawaban dari Vino seketika membuat Anna diam. Pandangannya beralih menatap laki-laki yang duduk di sampingnya. "Tidur? Masih nangis?"
"Hm."
"Terus, lo tanya gue nangis karena apa?" Anna meletakkan rubik tersebut di meja dan berpindah posisi duduk untuk memandang Vino sepenuhnya.
Vino menggumam sebagai jawaban. Dia pun ikut berpindah posisi duduk menghadap Anna. "Dan jawaban lo nggak masuk akal semua. Ditanyain siapa yang datang. Lo jawabnya orang gila."
Anna menahan tawa ketika mendengar tutur Vino dengan memperagakan bagaimana wajahnya semalam. "Beneran gue kayak gitu?"
"Siapa yang dateng kemarin?"
Anna menghembuskan napas kasar sambil menatap ke bawah. Rasanya berat untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Melihat Anna yang sepertinya tidak nyaman dengan pertanyaannya membuat Vino merasa bersalah. Dia pun berkata, "nggak usah dijawab kalau nggak--"
"Dia mantan gue."
****
Seusai acara mendatangi kamar Vino, kini Anna kembali masuk kamarnya. Hanya tiduran sembari menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya dipenuhi oleh hal-hal yang sebelumnya tidak pernah dan tidak ingin ia pikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Time ✔
Roman pour AdolescentsSemua tentang waktu. Waktu untuk bertemu. Waktu untuk bersama. Waktu untuk berpisah. Waktu untuk melupakan. Dan waktu untuk memulai hal baru. Dua sejoli yang dipertemukan kembali oleh waktu. Pertemuan yang tidak pernah mereka rencanakan. Pertemuan...