Anna memasuki kelas dengan wajah datar. Headset yang menempel pada telinga pun telah terlepas sejak kepergian Alvaro. Entahlah. Anna merasa ada sesuatu di balik ajakan tersebut.
Anna berjalan menuju bangkunya yang tampak kosong. Mungkin, teman-temannya belum kembali dari kantin. Anna melipat kedua tangannya di atas meja. Lalu menyembunyikan kepala dengan ponsel di dekatnya.
Sembari menunggu teman-temannya balik, Anna memilih untuk memejamkan matanya sejenak. Baru saja matanya terpejam, datang seseorang dari arah pintu. Menghampirinya sambil menggebrak meja. Spontan Anna terbangun dengan tangan memegang dadanya, kaget.
"Nggak usah mukul meja bisa?
Bukannya menjawab, dia malah balik bertanya. "Habis darimana?"
Anna masih diam dengan mengambil napas. Menatap seseorang yang duduk di hadapannya dengan sedikit jengkel. "Kenapa?"
"Nanya doang."
Setelah jantungnya kembali normal, Anna menegakkan duduknya. "Nyariin siapa?"
"Lo," sahutnya tanpa basa-basi. "Temen-temen lo mana?"
Anna mengendikkan bahu cuek. "Masih di kantin mungkin."
Seseorang itu menganggukkan kepala. Anna telah berdamai dengannya. Mereka memutuskan untuk kembali pada jalan masing-masing. Tidak memaksakan kehendak ataupun takdir yang telah di tentukan oleh-Nya. Mereka akan sama-sama belajar bahwa tidak selalu hubungan yang telah lama rusak, dapat kembali lagi. Terutama untuk Keano.
"Pulang nanti mau kemana?"
Anna mengalihkan pandangannya sejenak dari ponsel. "Nggak tahu. Diajak sama Kak Alvaro pergi katanya." Lalu kembali pada ponselnya.
Walaupun ada rasa nyeri di hatinya. Tapi Keano berusaha menutupinya dengan anggukan pelan.
"Yaudah." Keano bangkit dari duduknya. "Gue balik bangku lagi,"
Anna hanya menjawab dengan gumaman. Canggung pasti. Namun Anna akan mencoba untuk biasa saja dan kembali menjadi Anna yang dulu.
Yang pertama kali bertemu dengan Keano. Tanpa ada rasa cinta.
*****
"Jadi?"
Alvaro yang baru datang langsung duduk tanpa mengindahkan pertanyaan dari Vigo. Dia kurang yakin akan rencananya hari ini. Dia takut jika hasilnya tidak seperti bayangannya.
"Masih ragu?" Elang ikut duduk di samping Alvaro yang tengah memejamkan matanya. Dia meraih sekaleng minuman, lalu meneguknya. "Takut?"
Alvaro diam dengan mata yang masih terpejam.
"Ini bukan Alvaro yang gue kenal," ujar Bayu sambil menepuk pundak Alvaro. "Biasanya, kalau di tolak, Alvaro yang gue kenal nggak--"
"Ini beda!" ujarnya dengan nada cukup dingin dan menusuk. Membuat Elang, Bayu, dan Vigo seketika diam. "Dia beda dari cewek-cewek pada umumnya. Dia punya daya tarik yang nggak ada di cewek lain. Bahkan, dalam sekali tatap, lo bisa aja suka sama dia."
"Tenang, bro," tepuk Elang yang duduk di sampingnya. "Percaya dan yakin aja kalau semuanya akan berjalan dengan lancar."
"Gue cuma takut kalau dia masih ada rasa sama mantannya." Alvaro meneguk salah satu minuman yang entah milik siapa. "Ya, walaupun dia udah damai, sih."
"Yakin aja sama diri lo."
****
Ketika sadar bahwa Anna tidak kembali ke kantin, teman-temannya segera beranjak dari tempat duduk dan bergegas kembali ke kelas. Ada yang tidak beres dengan temannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Time ✔
Roman pour AdolescentsSemua tentang waktu. Waktu untuk bertemu. Waktu untuk bersama. Waktu untuk berpisah. Waktu untuk melupakan. Dan waktu untuk memulai hal baru. Dua sejoli yang dipertemukan kembali oleh waktu. Pertemuan yang tidak pernah mereka rencanakan. Pertemuan...