[ 10 ] : Alone

9.5K 815 80
                                    




"Sebenarnya kita memang bisa melakukan semua sendiri, tetapi kita semua butuh seseorang untuk menemani."

★★★

Kenzo kembali ke rutinitasnya lagi, bahkan sekarang tambah parah. Semuanya diperketat, sopir yang biasanya hanya mengantar-jemput saja kini selalu menunggu dirinya. Dan ada pengawal yang menyamar untuk menjaga dirinya.

Kenzo muak dengan hal seperti ini, hanya karena kedua orang tuanya tahu ia diskors dampaknya menjadi sangat buruk seperti ini.

Saat ini Kenzo sedang les khusus manajemen perusahaan yang kebanyakan juga muridnya adalah anak-anak penerus perusahaan orang tua. Tak heran jika ruang kelasnya saja sangat mewah serta dilengkapi dengan fasilitas yang komplit.

Semuanya dipelajari sangat detail, Kenzo sudah mempelajari hal semacam ini sejak duduk di bangku sekolah dasar.

Dan di luar kelas ini ada pengawal yang mengawasi Kenzo.

"Gue udah kayak tahanan aja," ujarnya pelan dengan perasaan muak.

★★★

Seusai les, Kenzo pun pulang ke rumahnya. Sepi, tidak ada siapa pun. Kenzo segera naik ke kamarnya.

Ia mengunci pintu kamarnya, kemudian membuang asal tas ranselnya. Ia langsung merebahkan dirinya di atas ranjang, menatap langit-langit kamarnya yang terdapat lukisan bintang-bintang yang sudah berada disana sejak ia kecil.

Kenzo memejamkan matanya. Ia sedih tapi tak menangis karena kesedihan ini terlalu besar hingga tidak sanggup menitihkan air mata.

Terkadang kesedihan sesungguhnya, tidak menitihkan air mata.

Kenzo merogohkan kantong celananya dan mengambil boneka kecilnya. Lalu, boneka itu ia angkat hingga tepat berada di atas wajahnya.

"Mungkin cuma kamu yang bisa buat aku keluar dari semua kesedihan ini," sahutnya menatap boneka beruang kecil itu dengan penuh harap.

"Aku merindukan orang yang tak pernah kujumpai," tambahnya.

"Aku terlalu menyedihkan untuk hidup!"

Tatapan Kenzo kini hampa, ia menurunkan boneka itu dan meletakkannya di sampingnya. Mukanya memucat dan napasnya berirama sangat kencang.

"Arrgghhh!!" Kenzo melempar boneka itu kesembarang tempat.

Ia menatap lekat boneka itu yang sudah jauh darinya.

"Aku harus mencarimu!" ujarnya lalu mengambil kembali boneka tersebut.

★★★

"Pa, Fio pergi sekolah dulu, ya," ujar Fio lalu mengecup punggung tangan ayahnya itu.

"Sama cowok yang kemarin antar kamu pulang?" tanya ayahnya yang bernama Agus.

Fio mengangguk tersenyum. "Iya, Pa. Dia baik kok orangnya."

'Daripada si Kentus sialan itu' dalam hatinya.

"Kan lumayan ngga usah bayar ongkos," tambah Fio.

Agus melirik putrinya itu. "Hus, ngga boleh gitu."

Fio terkekeh. "Iya, Pa. Dia maksa habis, besok aku suruh dia ngga usah jemput Fio lagi kalau gitu."

Agus tersenyum melihat tingkah laku putrinya itu. "Iya, jangan nakal, ya."

"Oke boss," balasnya lalu segera mencelos pergi ke depan rumah dimana Mario sudah menunggu dengan sepeda motor besarnya.

KENZO [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang