[ 13 ] : Promise

3.4K 458 175
                                    


"Promise: to  someone that you will  do something."

★★★

       Kenzo tidur di tempat tidurnya, ia menghadap ke atap langit kamar sambil memeluk boneka kecilnya.

       Ia mengingat-ingat kembali kejadian semasa kecil dulu bersama anak kecil perempuan yang ia temui saat berada di tempat penitipan anak.

       Kenzo tersenyum setiap mengingat kejadian masa kecilnya itu.

       Anak kecil perempuan itu memberikan warna di masa kecilnya.

       Kenzo berharap ia dapat segera bertemu gadis kecil itu yang tentu telah bertumbuh seumuran dengannya.

       Kenzo memejamkan matanya.

       Ia semakin bersemangat menemukan gadis itu, semenjak ia tahu Fio mengetahui asal-muasal boneka yang sedang ia peluk saat ini.

       Kenzo menaruh harapan besar pada cewek cerewet itu.

       "I wish I could meet you sooner."

★★★

Jevino merasa gembira dapat skip pelajaran matematika karena hari ini ada latihan untuk tim lomba basket. Momen-momen seperti inilah yang ia tunggu.

       Jevino melirik ke arah kelasnya terdapat Reyno yang melirik balik kepadanya dari balik kaca jendela. Jevino menjulurkan lidahnya sambil menari-nari girang, Reyno membalasnya dengan genggaman tangan seakan ingin menghajar Jevino.

       Suara pluit berbunyi. "Ayo berbaris!" seru Pak Yanto yang tak lain adalah coach tim basket sekolah mereka.

       "Terdapat kabar baik dan kabar buruk pada hari ini," kata Pak Yanto membuat para anggota tim basket penasaran.

       "Kabar buruknya, di pertandingan selanjutnya kita akan melawan sekolah yang memenangkan kejuaraan provinsi tahun kemarin." Pak Yanto berjalan mondar-mandir di depan barisan itu.

       Semua anggota tim basket merasa ketar-ketir, mendengar kabar buruk tersebut. Karena tahun kemarin sekolah mereka hanya bisa membawa pulang piala juara tiga.

       "Tetapi kabar baiknya...," kata Pak Yanto sambil memutus kalimatnya.

       Membuat anak didiknya itu semakin penasaran.

       "Kenzo akan bergabung dengan Tim Basket kita." Lanjut coah tim basket itu.

       Setelah Pak Yanto menyelesaikan kalimat itu, terlihat jelas mimik wajah Jevino berubah drastis. Ia menjadi enggan berada disitu, ia berharap berada di kelas matematika tidur bersama Rey.

       "Ayo, Kenzo masuk ke barisan," perintah Pak Yanto.

       Kenzo melihat Jevino yang tiba-tiba merubah raut wajahnya. Kenzo berusaha untuk tidak peduli.

       Kenzo juga tidak akan masuk tim basket jika Mamanya tidak mencereweti dirinya tadi pagi. Tetapi, beruntungnya Kenzo memiliki alasan lain untuk berada disini.

[flashback this morning] ▶▶▶▶▶

       "Engga, Ma."

       "Pokoknya, kamu harus masuk tim basket."

       "Kenapa?" Kenzo geram dipaksa seperti ini, selain karena jersey yang berwarna merah muda itu Kenzo juga tidak senang berada dekat dengan Jevino.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 07, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KENZO [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang