Part 10 - Silent

2K 90 0
                                    

Beberapa orang bilang ada kebohongan untuk kebaikan, tapi bukankah dari awal kebohongan merupakan kejahatan?

---

Velvet memegang kepalanya yang terasa pusing. Badannya melemah semua. Ia tak sengaja menggoreskan sisi tajam kertas ke tangannya.

Dengan tenaga yang tersisa ia mengambil pil di meja nakasnya dengan tangan yang gemeteran.

Setelah itu Velvet langsung menghempaskan tubuhnya kembali ke kasur berusaha untuk menikmati rasa sakit yang menggerogoti tubuhnya.

Tanpa sadar ia sudah memejamkan mata bukan tertidur tapi tidak sadarkan diri.

"Non. tadi ada telepon dari cowo namanya Fando. Non? Bangun non. Bibi buka ya pintunya." Bibi terus bicara sambil mengetuk pintu.

Bibi membuka pintu dan menghampiri Velvet. Berkali-kali bibi berusaha membangunkan Velvet tapi Velvet tidak bangun.

"Tolong! tolong mang bantu!" Bibi terus berteriak berusaha memanggil supir keluarga Velvet. Saat Mang Udin datang Velvet sudah semakin pucat dengan segera Mang Udin mengangkat tubuh atasannya dan membawanya ke rumah sakit.

***

Velvet mengerjabkan matanya berusaha untuk membuka mata melawan cahaya.

"Non udah bangun?" tanya bibi retoris.

"iya bi. aku gapapa kok. Lagian kan ufah biasa bi. Bi jangan kasih tau siapa-siapa ya. Cuman bibi yang tau kalo aku punya penyakit ini. Bibi juga jangan kasih tau papa. Meskipun bibi kasih tau papa, papa ga akan percaya."

"Non jangan gitu bibi teh yakin Bapak pasti langsung temenin non kalau bibi kasih tau. Meskipun Bapak sejak kecil ndak pernah ngerawat non. Bibi yakin Bapak pasti sayang sama non." kata Bibi sambil terisak

"Bi.. jangan nangis. Velvet ngga mau satu-satunya orang yang urus aku dengan tulus sedari kecil nangis." ujar Velvet sambil mengulurkan tangannya untuk menghapus airmata di pipi bibi nya.

"Iya non maafin Bibi ya. Bibi yakin non bisa hidup selayaknya manusia normal." Velvet hanya tersenyum terpaksa menanggapi perkataan Bibi.

"Bi tolong bilangin dokternya ya aku mau pulang sekarang. Aku bosen hehe." kata velvet sambil menyengir

"tapi non Dokternya tadi teh bilang harus istirahat dulu."

"nggapapa bi aku udah baik-baik aja. Sekarang aku mau siap-siap." Velvet bangkit dari duduknya dan berjalan perlahan. Bibi segera keluar untuk meminta ijin kepada dokter. Setelah itu bibi langsung menuntun Velvet untuk pulang.

***

Velvet terdiam merenung. Sebenarnya selama ini ia merasa takut. Takut tidak dapat merasakan hidup lebih lama lagi. Masih ingin bersama Fando yang bersedia menemaninya melewati segala kesulitan selama ini.

"Aku takut. Aku tau selama ini aku udah nyusahin semua orang termasuk mama. Seseorang yang bahkan aku ngga pernah rasain keberadaanya."

Velvet bingung untuk apa dia meminum semua obat-obatan yang pada akhirnya tidak dapat menyembuhkan segalanya. Rasanya lelah. Mungkin kalau tidak ada Fando disisinya, Ia lebih baik mati. Velvet terisak semakin lama semakin keras saat mengetahui bahwa ia hidup dengan tujuan yang tidak jelas.

Ia tidak bisa hidup selayaknya manusia normal yang bisa olahraga dengan bebas, bergerak dengan bebas selama ini ia hanya pura-pura ceria untuk menutupi rasa irinya saat melihat semua orang bisa hidup layaknya manusia normal. Meskipun ia bisa berlari dan melakukan aktifitas yang lumayan keras, sehari setelahnya atau bahkan beberapa menit setelahnya semua badannya akan melemah.

Dering telephone menyadarkannya dari lamunannya ia menatap telephonenya dan mengangkat panggilannya.

"halo? ai?"

"iya kenapa do." balas Velvet masih dengan suara yang lemas.

"kamu gapapa kan? kok suaranya lemes gitu?" Velvet terdiam memikirkan mengenai segala hal yang ia tutupi dari Fando. Ia takut Fando akan meninggalkannya setelah mengetahui segala hal yang menimpanya.

"vel? halo?" panggil Fando memastikan bahwa telephone masih tersambung.

"eh iya. aku gapapa kok" Velvet berusaha tersenyum berusaha menutupi mulutnya agar tidak mengeluarkan tangisan sedikitpun.

"Ai kamu ada di rumah kan? sekarang aku ke rumah kamu ya?"

"engg- lagi dirumah sih tapi kamu datengnya sore an aja ya? soalnya aku lagi ada urusan nih." Meski bagaimanapun Ia tidak mau menunjukkan muka pucatnya. Velvet tidak mau Fando mengkhawatirkannya.

"Urusan apa? ngga ada yang kamu tutupin kan dari aku?"

"eng- biasa banyak tugas hehe. udah dulu ya? nanti sore kamu kesini aja. bye." tanpa menunggu balasan Velvet mematikan sambungan.

"Maafin aku Do aku ngga ada maksud untuk ngerahasiain ini dari kamu. Tapi kayaknya aku ngga bisa kasih tau ini dulu ke kamu. Aku sayang kamu Do." batin Velvet

Hurts (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang