Part 21 - Real hurts

2.8K 85 0
                                    

Jika kehadiran cinta hanya untuk mengecewakan, lebih baik cinta itu tak pernah hadir.

---

Velvet merasakannya. Fando selalu susah dihubungi, dia tidak pernah bisa pergi lebih dari satu jam bersama Velvet. Fando terasa jauh, sangat sulit dijangkau.

Velvet tidak tahu apa salahnya, tapi satu minggu belakangan ini semuanya berubah 180 derajat.

Fando tidak lagi peduli padanya.

Fando tidak lagi mengucapkan selamat malam atau selamat pagi.

Fando tidak lagi tersenyum dengan tulus.

Fando tidak lagi melihat kearahnya dengan mata berbinar.

Fando tidak lagi mengajaknya pergi setiap hari.

Fando terlihat malas berbicara dengannya meskipun hanya satu kata.

Fando tidak pernah lagi mengucapkan kata cinta.

Tiba-tiba semuanya berubah. Hal yang tidak pernah ia kira akan terjadi selama ini.

Velvet terisak. Ia tidak tahu apa salahnya. Kenapa Ia harus berada di situasi yang tidak menyenangkan seperti ini.

Velvet ingin cerita pada Stella, tapi kalau Ia cerita pada stella, Stella pasti memaksanya untuk bertanya secara langsung pada Fando.

Velvet menarik napas lalu menghembuskannya berkali-kali berusaha untuk tidak menangis lagi, tapi tidak bisa. Air matanya tetap menetes. Velvet bangkit dan berjalan menuju toilet, Ia membasuh wajah dan bersiap-siap pergi untuk melupakan sebentar rasa sakit di hatinya.

***

Fando berjalan beriringan dengan Manda di salah satu mal di jakarta.
Tadi Manda memaksanya untuk menemaninya belanja.

"Babe, ini bagus ngga?" tanya Manda manja.

Fando melihat sebentar dan langsung tersenyum. Tiba-tiba bayangan Velvet muncul di pikirannya. Fando menggelengkan pikiran dan langsung menyahut. "Kamu pake apa aja cantik kok."

Manda langsung tersenyum bahagia. Ia pergi ke kasir sebelum terlebih dahulu meminta uang pada Fando.

Tiba-tiba dering telephone Fando berbunyi. Fando mengangkatnya.

"Fando.. Kamu dimana?"

Fando terdiam. Ia menatap Manda.
"A-aku di rumah."

Seketika satu tetes air mata Velvet menetes. Ia melihat Fando dari kejauhan. Makin lama tetesan air matanya semakin banyak saat melihat seorang perempuan cantik mendekati Fando.

"Aku cuman mau nanya doang. Aku tutup ya." Satu kebohongan. Velvet tersenyum, tepatnya tersenyum paksa.

Apa Ia harus mengakhiri hubungan ini. Tidak! Velvet tidak bisa. Ia sungguh mencintai Fando. Ia menatap Fando dan perempuan itu dengan getir sebelum melangkah balik. Biarkan Fando menganggap dia tidak tahu apa-apa. Mungkin itu hanya teman kelompok?

"Kamu munafik Velvet! Jangan sok berpikir positif! Mana ada teman kelompok yang menemani temannya membeli baju." sisi jahat Velvet.

Velvet tidak peduli apa kata orang-orang. Ia hanya ingin bertahan sebentar lagi. Sampai pada saatnya ia lelah dan ingin melupakan segalanya.

Fando menatap sekelilingnya. Ia merasa ada Velvet disekitarnya, dan tadi Velvet menelfon hanya untuk bertanya dia diamana. Bukankah itu aneh?

" Babe?" Fando tersadar saat Manda memanggil dan melambaikan tangan didepannya.

"eh- apa?" Manda langsung kesel.

"Kamu gimana sih! Aku tuh udah bilang panjang lebar. Taunya kamu ngga dengerin!" Kata Manda kesal.

Fando yang melihat itu menghela napas. "Iya maaf." Lagi-lagi bayangan Velvet muncul. Ini salah. Ia harus memilih diantara Velvet atau Manda.

Fando mengantarkan Manda ke apartemennya dan langsung menuju ke rumahnya.

Ia teringat Velvet. Ia tahu Velvet bingung dengan sikapnya. Fando tidak pernah mempedulikan Velvet lagi. Satu hal itu membuat Fando tersadar bahwa Ia benar-benar telah mengecewakan Velvet.

Fando mencengkram stir. Ia harus memilh. Masa lalu atau masa depan. Melupakan atau mengenang.

Mengenang memang indah, tapi bukankah itu bersifat sementara?

Baru saja Fando memarkirkan mobilnya di halaman rumah. Tiba-tiba Manda menelfonnya dan memintanya untuk balik ke apartemen. Fando menghela napas. Dalam hati mendumel. Mengapa tidak Manda menyuruhnya kesana dari tadi?

Fando memasuki mobilnya dan mulai menjalankan mobilnya. Sesampainya di apartemen, Fando langsung turun dan menaiki lift menuju apartemen tempat Manda tinggal.

***

"Datanglah ke apartemen d'venue no 304 dan lihatlah apa yang pacar kamu lakukan."

Velvet baru masuk ke rumahnya dan langsung meneriman pesan itu. Velvet tidak tahu apa ia harus pergi ke apartemen itu atau tetap di rumah dengan rasa penasaran.

Karena rasa penasaran yang semakin menggerogotinya, maka Velvet memutuskan untuk pergi ke alamat tersebut dan melupakan jadwalnya meminum obat.

Velvet memanggil taksi dan langsung mengarahkan ke alamat yang tidak di ketahui siapa yang mengirimkannya.

Sesampainya di alamat tersebut, detak jantung Velvet berdetak lebih cepat. Ada perasaan sesak didadanya. Ia menghiraukannya dan langsung naik menggunakan lift.

Sesampainya di depan pintu, tanpa mengetuk lagi. Ia langsung membuka pintu dan hal terakhir yang ingin Ia lihat ada tepat di depannya.

Fando sedang tiduran di kasur dengan seorang perempuan yang tadi ia lihat berada diatas Fando. Tanpa menyadari kedatangan Velvet, perempuan itu langsung mencium Fando didepannya. Tepat didepannya!

"Do.." kata Velvet pelan.

Fando mematung. Ia langsung menoleh kearah pintu dan terkaget.

Fando tidak tahu kenapa keadaanya seperti ini. Tapi satu yang Ia tidak inginkan adalah kesalah pahaman antara dirinya dengan Velvet.

Fando langsung mengejar Velvet saat melihat Velvet berlari keluar dari apartemen. Fando langsung menarik tangan Velvet.

Velvet membalikkan badannya dan menatap Fando. "Maaf ya ganggu. Aku harus pulang dulu. Aku lupa belum ngerjain tugas." Velvet tersenyum kearah Fando. Senyum yang terlihat sangat terpaksa.

Fando menatap lebih dalam mata Velvet dan melihat kekosongan.

Fando sadar Ia telah melakukan kesalahan. Tapi semua ini hanya salah paham!

"Ai! Dengerin penjelasan aku dulu!"

"Denger apa? Aku lagi buru-buru do. Kalau mau ngomong nanti lagi ya." Velvet tersenyum sekali lagi.

Lalu Velvet berlari menuju lift. Setelah lift sudah sampai di lobby apartemen, Velvet langsung berlari keluar. Tanpa Velvet sadari Ia telah berada di tengah-tengah jalanan dan..












BRAKK!!..

Hurts (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang