Part 12 - Truth

2.3K 101 0
                                    

Mulutku berkata, "Aku baik." Jemariku mengetik, "Aku baik-baik saja." Hatiku berkata, "Aku sakit."

---

Fando sedang menunggu seseorang di restoran. Tiba-tiba Rival datang dan langsung duduk di depan Fando.

"Ooo udah berhasil ya?" tanya Rival dengan suara yang disedih-sedihkan

"Brengsek! Gue mau batalin perjanjian kita. Gue ngga bisa mainin Velvet." kata Fando kesal.

"Udah setengah jalan dan lu mau batalin semuanya? Pengecut! Setelah dulu lu sok-sok an bakal menang? Gue sih ngga papa kalau lu mundur. Untung juga buat gue. Gue bisa dapetin Velvet dan lu bisa dapet hadiah dari taruhan kita. Deal right?"

"Brengsek lu! Gue ngga akan lepasin Velvet! Gue ngga butuh hadiah itu! Semua ini gara-gara lu yang maksa gue!" teriak Fando dan langsung menonjok muka Rival.

"Ngga bisa gitu dong. Lu mau batalin tapi mau tetep sama Velvet? Itu namanya lu egois!" kata Rival sambil mengusap sudut bibirnya.

"Gue ga peduli lu mau bilang apa tentang gue yang pasti gue bakalan tetap sama Velvet!" seru Fando keras.

"Fando? Kenapa?" tanya Velvet lirih. Ia mendengar semua pembicaraan Rival dan Fando. Tadi Rival mengajaknya ketemuan disini tapi ternyata pertemuan ini malah membongkar semua kebohongan.

"Kenapa kamu jadiin aku bahan taruhan? Aku baru sadar kalau selama ini aku yang berjuang sendiri. Selama ini aku kira kita berjalan bersebelahan. Tapi ternyata cuman aku yang terus berlari tanpa menyadari kalau kamu udah diam di tempat. Aku sadar kalau aku ngga sepantas itu untuk berdiri di samping kamu. Tapi aku baru tahu kalau aku seburuk itu sampai kamu bahkan ngga mau berdiri di sebelah aku." kata Velvet bersamaan dengan air mata yang terus keluar dari mata indahnya.

Fando terdiam mematung menatap Velvet

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fando terdiam mematung menatap Velvet. Dia tidak mengira bahwa Velvet akan mengetahuinya dari cara seperti ini.

"Mungkin kamu udah sakitin aku sampai ke relung terdalam hatiku. Tapi aku cuman mau bilang kalau aku cinta sama kamu. Makasih karena kamu udah bikin hari-hariku berwarna. Aku duluan ya." Dengan cepat Velvet berlari dengan beruraian airmata.

Velvet terus berlari. Ia tidak menyangka bahwa Fando akan melakukan hal sejahat ini. Mengapa selalu seperti ini. Ibunya, ayahnya semua perlahan pergi dari sisinya.

Tanpa mempedulikan air hujan yang semakin deras Velvet terus berlari berusaha menyamarkan airmatanya dengan air hujan.

"Aku bener-bener sayang kamu Do. Apa ini balesannya?" tanya Velvet dalam hati.

Ia terduduk di halte menangis terus menerus. Ia kecewa. Tidak hanya pada Fando tapi Rival juga. Ia sudah menganggap Rival sebagai teman atau bahkan sahabat. Tapi ternyata semuanya hanya kebohongan. Pada akhirnya dia hanya sendiri tanpa seorang pun lagi disisinya.

Velvet bangkit berdiri dan berjalan pulang. Baru saja Ia akan melangkah, seseorang yang tak akan pernah Ia lupakan memanggilnya. "Ai! Aku cinta sama kamu!" teriak Fando keras.

"Ngga Do kamu ngga cinta sama aku. Selama ini aku selalu berpikir kalau kamu cinta sama aku. Tapi aku baru sadar kalau kamu pernah bilang sama aku kalau cinta kamu ke aku itu tanpa alasan. Sedangkan segala sesuatu di dunia ini hadir karena alasan dan sekarang aku tau kalau ngga ada yang benar-benar tulus sama aku."kata Velvet tanpa melihat ke Fando. Ia lalu pergi berlalu dengan cepat.

Fando langsung terdiam. Tidak menyangka bahwa segala sesuatu dapat berubah secepat ini. Kemarin Ia melihat Velvet tersenyum, tertawa, ngambek, kesal, tapi hari ini segalanya berubah Velvet tidak tersenyum melainkan menangis karena dirinya. Satu-satunya hal yang tidak diinginkannya adalah Velvet menangis karena kesedihan. Fando menyesal. Kenapa Ia harus melakukan perjanjian brengsek itu dengan Rival. Semuanya sudah terlanjur. Apa Ia bisa membuat semuanya kembali ke semula.

Fando pulang seperti mayat tak bernyawa. Ia berharap Velvet mau memaafkannya dan membuat segalanya kembali seperti semula.

"Karena aku baru menyadari kalau aku tanpa kamu itu seperti aku tanpa udara."

Hurts (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang