"Kau itu sudah dewasa nay, cobalah mengalah pada adikmu"
"Jangan jadi kakak yang jahat nay, appa tidak suka"
"Nay cukup! Jangan membuat adikmu menangis lagi!"
"Apa kau tidak bisa bersikap baik dengan adikmu?!"
"Usiamu saja yang dewasa tapi pikiranmu sama saja dengan anak kecil"
"Harusnya kau yang membereskannya, bukan malah membuat adikmu menangis"
Seketika ucapan-ucapan amarah orangtuanya melintas di kepalanya. Nayeon memegangi pipinya yang memerah, bukan rasa sakit di pipinya yang membuat air mata nayeon, bukan itu, tetapi rasa sakit di dalam hati nayeon, 6 tahun nayeon menahannya, tidakkah mereka mengerti?
"Aku tak percaya appa bisa melakukan ini padaku" ucap nayeon menatap sang ayah
"Ku kira appa berbeda dengan ahjussi-ahjussi itu, ternyata aku salah, appa sama saja dengan mereka. Kalian itu pilih kasih!" Lanjut nayeon
"Kau harus tau, semenjak kau ada bahkan saat kau masih di perut eomma, kau sudah merebut appa dan eomma, aku iri padamu, sangat iri, kau tak pernah merasakan apa yang aku rasakan, kau tak pernah dibenci oleh keluarga im, kau dinanti oleh keluarga jeon, kau tumbuh karena kasih sayang. Sementara aku? Aku dibenci keluarga im, dihina, dicaci, aku hadir karena dosa. Karena kehadiranmu, aku kehilangan dubu, satu-satunya kenangan yang aku miliki dengan yein, bahkan karena kau appa akan membuang rumah dubu, dan kini karena kau appa menamparku, sisi mana lagi yang bisa aku suka dari kau? Hiks...hiks..hiks" jelas nayeon dengan suara lirih dan diakhiri dengan pecahnya tangisan nayeon, lihatlah kini pipi nayeon sudah di basahi dengan air mata.
Dengan segera nayeon berlari memasuki kamarnya, sementara Jaebum dan Hye Won mencerna semua ucapan anak sulungnya itu, mereka tak menyangka semua yang mereka lakukan pada nayeon menyakiti hati anaknya.
Hye Won yang menyadari sikapnya pun mulai menitihkan air matanya, sungguh ia tak bermaksud menyakiti anak sulungnya itu."Nay..."ucap hye won dengan suara lirih
"Maafkan eomma, eomma tak bermaksud menyakitimu" lanjut hye won yang menatap pintu kamar anak sulungnya itu. Sementara jaebum masih terpaku setelah mendengar ucapan anaknya, jiyeon yang tak mengerti maksud sang kakak pun hanya terdiam.
***
"Hiks...hiks..hiks" hanya terdengar isak tangis di kamar nayeon ini, diraihnya kotak yang telah nayeon di simpan selama 6 tahun.
"Dari awal... aku memang sudah tak menyukai adik... lalu... apa ini salahku?" Ucap nayeon pada dirinya sendiri. Di raihnya frame foto di atas meja.
"Kini, aku sudah tak tau harus percaya pada siapa, orang yang sangat-sangat aku hormati dan sayang pun, tega memparku" curhat nayeon pada foto itu, air mata nayeon pun berjatuhan ke kaca foto itu.
"Jika aku mati, apa kita bisa bersama di sana?" Tanya nayeon sambil mengusap air matanya yang ada di kaca itu.
Karena lelah menangis, tanpa sadar nayeon pun tertidur sambil memeluk frame foto yein.
Hari berganti, sang fajar pun telah bernapakkan wujudnya di atas sana, nayeon yang baru bangun pun segera melirik jam dindingnya.
"Ah, sial. Ini sudah sangat terlambat" ucap nayeon setelah melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 8 pagi. Diraih ponselnya itu, lebih dari 20 kali dahyun menelpon dan juga 10 sms dari dahyun
KAMU SEDANG MEMBACA
Trauma (외상)
Short StorySeorang gadis kecil yang harus tumbuh dalam ketidak harmonisan keluarga ayahnya lambat laun merubahnya dari gadis kecil yang sangat ceria menjadi gadis remaja yang sangat pendiam dan tertutup tak ada yang dapat menjangkau kehidupan gadis itu, meski...