14. Makan Malam Memuakkan

180 50 0
                                    

Andara tidak suka ada di situasi seperti ini.

Rasanya, duduk bersebelahan dengan Keenan terasa lebih mencekam daripada menonton film horror tengah malam sendirian di dalam bioskop. Atau, Andara lebih baik milih naik rollercoaster saja daripada berada di mobil yang sama dengan Keenan. Gadis itu memang punya phobia ketinggian. Namun ia rasa kini ia ada phobia baru, yaitu takut bila berada di jangkauan cowok itu.

"Uhm, lo nggak mau mampir dulu?" Tawaran konyol, tapi mana mungkin Andara tidak menawarkan Keenan sedikit minuman setelah berjuang di tengah kemacetan Kota Jakarta hanya untuk mengatarnya pulang? Ia pasti harus menawarkan hal itu walaupun dalam hati ia memohon agar Keenan menolak saja. Bukannya ingin pelit, tapi Keenan ini masih baru, lho. Apa kata Saras nanti kalau dia ketemu sama Keenan (lagi)?

"Nggak usah. Gue balik aja."

Ah, untung deh...

"Oh, gitu. Yaudah. Gue turun dulu, ya? Hm, makasih udah repot-repot nganterin gue balik ..."

Sesudahnya, tidak ada sahutan dari Keenan. Cewek itu pun tersenyum lantas bersiap untuk melompat turun ketika tangannya ditahan oleh cowok itu—membuatnya otomatis tidak jadi melangkah.

"Makasih siapa?"

"Maksudnya?"

"Lo tadi bilang makasih. Buat siapa?"

Dalam hati, Andara mendengus keras-keras. Berada di sekitar Keenan benar-benar adalah pilihan yang salah. Buktinya, jantungnya selalu bekerja diluar batas normal hanya karena mendengar suara Keenan. Apalagi kali ini, ia benar-benar malu. "Oh. Makasih ... Keenan," balas Andara pada akhirnya dengan gejolak aneh yang tak tertahankan.

Keenan menarik sudut bibirnya tipis membentuk senyuman tatkala ia melepaskan genggamannya pada tangan mungil Andara, yang secara otomatis membuat Andara cepat-cepat turun sebelum ia kehabisan napas di dalam sana.

Keenan pun hanya diam memperhatikan perempuan itu yang kini membuka pintu pagarnya dengan terburu-buru. Keenan tentu tahu kalau Andara tengah salah tingkah. Tapi Keenan suka itu. Setelah memastikan kalau gadis itu benar-benar sudah masuk ke dalam rumah, Keenan pun hanya bisa geleng-geleng kepala dengan bibir yang tertarik ke atas. "Sama-sama, Ra." gumamnya pada diri sendiri, lantas menekan pedal mobilnya dan berlaju dari situ.

••o0o••

"Lo ketemu Rayanna?"

Denira yang tengah duduk termangu di depan layar televisi tiba-tiba menatap cowok yang kini berdiri di bawah depan tangga. "Maksud lo?"

Davin berdecak kesal, lantas melangkah sambil berkata, "Ah, lupain." Cowok itu pun menuju ke dapur hendak mengambil minuman dingin rasa jeruk ketika ia mendengar derap langkah kaki seseorang yang kini mengikutinya. Setelah mengambil satu kaleng minuman rasa jeruk itu, Davin lantas membanting pintu kulkas lalu memutar badannya. "Gue udah bilang lupain aja."

"Nggak semudah itu lo minta gue lupain hal yang kemungkinan penting itu." balas Denira, terdengar memelas dan Davin benci mendengar itu. "Siapa tadi lo bilang? Rayanna? Maksud lo, cewek yang lagi deket sama Keenan?"

Davin tidak mengindahkan ucapan Denira, lantas melangkah melewati cewek itu sambil meminum minuman di tangannya. "Rayanna yang datang kesini tempo hari?"

Home Is In Your Eyes (was Let Me Love You)Where stories live. Discover now