17. Sore Hari & Sebuah Rasa Yang Tak Terdefinisikan

300 34 22
                                    

"Dara!"

Suara teriakkan dari seorang perempuan itu sukses mengundang perhatian Andara yang tengah mengisi buku dalam lokernya. Gadis itu pun segera menutup lokernya setelah memastikan kalau semua buku peminatannya sudah berada di dalam dan menoleh ke asal suara yang rupanya Karenina. "Ya?"

"Sebagai pembuka, gue mau mengingatkan ke lo untuk nggak pake bahasa formal buat ngomong sama gue. Oke? Gue-lo aja, its sounds better," cetus Karenina. Selain mengangguk dengan patuh, Andara rasa dia tidak punya pilihan lain. "Oke. Gue mau nanya, lo lusa nggak ada acara, kan?"

"Acara?" ulang Andara. "Kayaknya sih, nggak ada."

"Bagus," seru Karenina langsung. Andara pun sudah berniat untuk bertanya kenapa ketika Karenina langsung saja menjawab apa yang ingin ditanyakan Andara. "Jangan lupa datang di acara gue ya, Ra." Karenina berujar, sambil menyodorkan sebuah undangan dengan dominan warna abu dan emas ke arah Andara. "Nggak terlalu formal sih, cuma kayak birthday dinner gitu. Jadi terserah lo mau pake dress code macem apa," perjelas Karenina saat Andara tengah memperhatikan isi undangan itu dengan seksama.

Andara mendongak—mendapati wajah Karenina yang seakan tengah menanti jawabannya. "Yaudah. Nanti diusahin datang, kok."

"You should, Dara," balas Karenina. "Gue nggak menerima balasan yang nggak pasti seperti apa yang lo bilang. Jadi, datang ya?"

"Tapi-"

"Udah, nggak usah dipikirin. Lo nggak akan digigit hewan buas kok, disana. Jadi datang aja, your presence such a pleasure for me."

Andara menggaruk bagian belakang lehernya yang tak gatal setelah Karenina menjauh dari hadapannya. Ia lalu beralih menatap undangan yang kini tergenggam di tangannya, seraya meringis pelan. Bukan apa-apa, tapi Andara hanya merasa tidak pantas untuk menghadiri acara gadis itu. Orang-orang pasti akan bertanya apa hubungan antara Karenina yang famous di kalangan sosial media karena kemahirannya dalam makeup-nya dengan sosok yang tidak ada apa-apanya seperti Andara.

Membayangkan saja Andara merasa malu dengan diri sendiri.

"Pulang, Ra?" Suara yang tak asing itu langsung membuat perhatian Andara tertoleh padanya. Sosok itu—yang rupanya Keenan—lantas menatap sejenak undangan di tangan Andara sebelum meraih benda itu.

"Kamu pergi juga?" tanya gadis itu, sewaktu Keenan tengah mengamati undangan itu.

"Hm." gumam Keenan kemudian mengembalikkan undangan itu ke tangan Andara. "Gapapa, datang aja. Bareng gue."

"Serius?" tanya Andara—setengah berteriak.

"Kenapa nggak? Kan sama lo."

"Oh." Giliran Andara yang bergumam pelan. Setelah menyadari betapa berlebihannya ekspresinya barusan, Andara mendesis pelan dalam hati.

Melihat itu, Keenan hanya geleng-geleng kepala sambil mendengus geli. "Yaelah, Ra. Baru aja digodain dikit udah blushing. Gimana nanti kalo makin parah?"

Itu dia. Keenan memang selalu bisa untuk membuat Andara merasa malu hanya dalam hitungan detik. Walaupun sebenarnya itu bukan kesalahan Keenan sepenuhnya, atau kesalahan karena kemampuannya itu. Melainkan, kesalahan gadis itu sendiri yang mudah sekali terbawa perasaan.

Home Is In Your Eyes (was Let Me Love You)Where stories live. Discover now