"Assalamualaikum" ucap Dina sambil memasuki rumah. Dina langsung pergi menuju ke dapur untuk meletakkan belanjaannya lalu menaiki tangga menuju kamar untuk mengganti bajunya menjadi baju rumahan lengan panjang dan memasangkan Hijab Bergo untuk menutupi auratnya.
Dilain tempat, Arash sedang tertidur pulas di dalam gelutan selimut sambil mengeluarkan nada-nada dengkuran yang mengusik pendengaran Dina.
"Suara siapa sih? " gumamnya heran.
"Ah, paling juga halu doang" lanjutnya sambil keluar dari kamar dan pergi ke dapur untuk memasak makan malam."Assalamualaikum... papa pulang" teriak Fikri memasuki rumah.
"Waalaikumsallam pa..." jawab Dina dari dapur.
"Tumben lama pa" ucapnya sambil menyalim tangan Fikri.
"Iya ma, tadi papa meeting dulu. Arash belum sampai ma? " tanya Fikri sambil melihat ke seluruh penjuru rumah.
"Belum pa, mama telfon tadi juga ga diangkat sama Arash" jawab Dina sambil mengambil alih tas di tangan Fikri.
"Kok belum sampe ya? Bentar deh papa coba telfon" Fikri langsung men-dial nomor Arash. Tak berselang lama kemudian…
"DIEM LU" teriak Fikri tiba tiba sambil memutuskan telfon.
"Kenapa sih pa? " tanya Dina heran.
"Ini ma, masa yang angkat telfon perempuan" dumel Fikri.
"Ha? Beneran pa? " tanya Dina penasaran.
"Iya ma, papa serius" ucap Fikri meyakinkan
"Apa katanya pa? " tanya Dina semakin penasaran.
"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada diluar jangkauan,mohon coba beberapa saat lagi tuttt...tuttt...tuttt" ucap Fikri sambil menirukan suara operator tadi.
"YA ALLAH PAPA!!! " ucap Dina geram melihat tingkah suaminya itu.
"HAHAHAHAHAHA" tawa Fikri pecah begitu saja saat melihat wajah istrinya yang menahan geram.
*flashback*
Zirca terus berlari dengan sesekali mengusap air matanya. Saat ini Zirca butuh tempat yang dapat menenangkan pikiran serta hatinya. Dia berlari menuju taman komplek di dekat gerbang masuk perumahan. Tempat itu sunyi karena jam sudah menunjukkan pukul 22.30 wib.
Zirca berjalan gontai ke arah salah satu bangku taman. Dia termenung masih dengan air mata yang mengalir.
"Gue jadian sama Arash" pernyataan itu terus saja terngiang-ngiang di pikirannya. Sekali lagi, dia kecewa kepada yang namanya Cinta dan kepercayaan.
"KENAPA TUHAN?! KENAPA?! " teriak Zirca frustasi sambil menjambak rambutnya.
"Kenapa selalu aku yang disakiti? Aku capek hiks" ucapnya sambil sesegukan.
"Dulu aja kak Arash bilang sayang. Tapi apa? Sakit kak sakit, hati Odi bukan untuk jadi bahan permainan. Odi capek. Tapi sekarang Odi paham,kalo sayang nya kak Aradh hanya sebatas kakak dan adik" gumamnya seakan-akan berbicara kepada Arash.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE END( On Going)
Novela JuvenilKetika Zirca jatuh cinta, dia sebenarnya sudah salah. Dia terlalu menaruh hati kepadanya.Sakit? Ya. Zirca merasa tersakiti. Dengan cara mencintai dalam diam mungkin caranya untuk bersikap biasa saja, memendam perasaan yang dia bangun dengan seiring...