7: penasaran

3.2K 601 79
                                    

Terkejut, terkesima, dan ter- ter- lainnya itu ada di diri Yoongi saat ini. Cowok itu sebelumnya nggak pernah sekalipun mencari tau tentang orang lain. Tapi dengan segala keingintahuan seorang Yoongi, sekarang dia ada di pinggir jalan dekat kampus sedang menatap perempuan yang sibuk dengan kegiatannya.

"Yang kayak gitu katanya mesti mikir dulu kalo suka?" gumam Yoongi.

Senyum mengembang di bibir Yoongi. Bukan hal yang biasa, kalau temannya melihat Yoongi senyum dalam jangka waktu yang agak lama, itu merupakan rekor baru.

Nggak bisa dipungkiri. Yoongi kagum. Kagum sama perempuan yang ada di seberang jalan sana. Kagum dengan perempuan yang katanya preman kampus.

Siapa sangka di balik diri perempuan itu -Wendy, ternyata dia adalah seorang malaikat. Malaikat atau bidadari cantik yang peduli akan sekitarnya.

"Malaikat ketemu gue devil? Kontras banget." Yoongi menggeleng-gelengkan kepalanya.

Ketika dia melihat Wendy akan berbalik badan. Dia lebih cepat membalikkan badannya lebih dulu. Dengan ponsel yang ditaruh di telinganya, membuat gerakan seolah ia menunggu seseorang. Setelah itu baru dia berbalik. Wendy masih berdiri di seberang jalan. Melambaikan tangan. Yoongi menoleh ke kanan-kiri, oh ternyata itu lambaian untuk dia.

Wendy menyeberang jalan. Menghampiri Yoongi.

"Belum pulang, Kak? Ngapain lo?" tanya Wendy dengan sikapnya yang... ya memang agak kasar.

"Nunggu temen. Taunya dia nggak jadi pergi sama gue," ucap Yoongi berbohong. Sejak kapan dia menunggu teman? Daritadi dia memperhatikan Wendy.

Wendy senyum-senyum kikuk, menggaruk lehernya, melirik-lirik Yoongi.

"Kenapa lo?" tanya Yoongi dengan nada sewotnya. Aslinya dia gugup dilihatin begitu sama Wendy.

Cengengesan, lalu Wendy mengeluarkan suaranya, "Anterin gue pulang dong, Kak." pintanya.

Yoongi menatap Wendy dengan tatapan tajam.

Gue nggak boleh langsung bilang iya. Kira-kira begitu batin Yoongi.

Wendy yang ditatap begitu langsung menunduk, nggak berani menatap Yoongi lama-lama. Tapi matanya melirik-lirik ke atas buat melihat Yoongi, masih menatap dia atau nggak.

"Ayo."

"Hah? Beneran mau anterin gue pulang nih?"

Yoongi mengangguk. Wendy kegirangan. Dia senyum terus bilang terima kasih sama Yoongi berkali-kali.

Yoongi senyum. "Lucu juga," ucapnya.

"Apa, Kak?"

"Hah? Nggak apa-apa, itu ada kodok zuma lewat."

Wendy membuka mulutnya, tertawa karena lawakan Yoongi. Entah Wendy yang humornya berenang, atau karena wajah Yoongi saat mengucapkan itu sangat datar. Tanpa ekspresi. Sedangkan Yoongi bingung melihat Wendy tertawa tanpa dia sadari apa yang lucu.

°°°

Jaebum dan Seulgi sedang sibuk dengan proposal agenda yang harus dikumpulkan minggu ini. Satu fakultas, satu jurusan, satu kelas, satu organisasi, tanpa bosan selalu bareng.

"Jae, aku capek," rengek Seulgi seraya merengutkan wajahnya.

Jaebum menoleh. "Mana yang capek?" tanyanya.

Seulgi tersenyum, akhirnya dia diperhatikan sama pacarnya. Daritadi itu mereka benar-benar fokus sama proposal. Bicara juga cuma sekadar 'Ini pake yang mana?', 'Loh proyektor ini kita pakai punya kita sendiri, atau prodi?'.

Jari-jemari Seulgi diurut sama Jaebum. "Kalau capek bilang aja, ntar aku yang urusin ini. Nggak boleh capek banget loh kamu."

Seulgi cuma mengangguk mengerti. "Kalau gitu aku tidur aja ya? Kamu yang ngerjain."

Kening Seulgi disentil sama Jaebum. "Enak aja. Seenggaknya temenin, ngapain kek kamunya."

"Enaknya, aku nonton film. Kamu ngerjain proposal hehehehe."

"Pacar nggak berguna," ujar Jaebum. Lalu mereka berdua ketawa.

"Loh aku berguna, Jae!" protes Seulgi.

"Berguna ngapain?"

"Bantuin kamu kalau lagi war COC."

"Bodo amat."

"Eh Eh, suara motor tuh, Jae." Seulgi membekap mulut Jaebum yang mengomel tiada henti.

Jaebum lagi dikosan Seulgi. Di teras aja. Jadi Seulgi mengintip ke arah pagar yang memang ditutup, dibuka kalau ada mobil sang pemilik rumah mau masuk aja.

"Wendy sama Kak Yoongi?!"

"Wow!"

Fairy Son Wendy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang