14: untuk apa

2.3K 454 17
                                    

"Yah, kenalkan ini Wendy calon tunangan Yoongi"

Wendy meremas tangan Yoongi yang menggandengnya. Perjanjiannya 3 bulan nanti baru dia menjadi calon tunangannya, kenapa sekarang?

Yoongi melirik Wendy, dia mengangguk kecil meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik aja. Ikuti semua permainan Yoongi.

Ayah Yoongi menatap Wendy dari atas hingga bawah. Meneliti setiap bagian. Seperti akan melewati tahap pemeriksaan barang.

"Calon tunangan?" tanya Ayah Yoongi.

Yoongi mengangguk.

Ayahnya tersenyum miring. Wendy meneguk air liurnya. Dia menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Yakin? Bukannya kamu suka sama perempuan yang feminim? Seperti mantan-mantan kamu. Siapa ya namanya, Irene, Steffany, Jessica, Cassie"

"Saya cinta sama dia, Yah. Emangnya kalau cinta harus sesuai sama kriteria yang saya ciptakan? Gak kan?"

Wendy menatap wajah Yoongi yang terlihat serius. Kenapa dia sampai terlibat sedalam ini dengan masalah keluarga Yoongi? Seharusnya gak begini. Seharusnya kalau ayahnya gak setuju Yoongi pasrah aja. Toh, hubungannya juga cuma pura-pura. Wendy cuma gak mau kalau akhirnya dia jadi dibenci sama ayahnya Yoongi.

"Kamu dari dulu memang pintar ngelawan ayah. Tetap aja ayah gak setuju sama pilihan kamu" Ayah Yoongi menunjuk Wendy. "Dan kamu, gak usah deketin anak saya lagi"

Yoongi menarik Wendy, ia merangkul Wendy.

"Ayah gak usah merintah-merintah gitu. Ini pilihan saya, ayah yang udah kasih saya kesempatan untuk mengenalkan perempuan yang dekat dengan saya kan?"

"Terserah. Yang pasti ayah gak setuju" Ujar ayah Yoongi sambil berjalan meninggalkan mereka berdua yang masih berdiri dengan posisi yang sama.

Yoongi melepaskan rangkulannya dari Wendy. Tidak lama kemudian, ada ibu Yoongi yang datang membawa minuman untuk disuguhkan.

"Minum dulu ini. Maaf ya nak Wendy, ayahnya Yoongi suka keras kepala" Ujar ibunya lembut. Wajah perempuan itu sangat lembut, tatapan matanya membuat Wendy merasa melihat ibunya.

"Makasih, Tante" kata Wendy.

"Dimana ketemu sama Yoongi?" tanya ibu Yoongi.

Wendy diam.

"Di kampus, Bu" jawab Yoongi.

Ibunya mengangguk mengerti.

"Sudah dari kapan kalian pacaran?"









°°°








"Kamu kenapa sih dari tadi gelisah banget?" tanya Jaebum pada Seulgi.

Seulgi mendesis. "Ini si Wendy ditelepon dari tadi gak diangkat" katanya khawatir.

"Tenang, kali aja dia lagi sibuk. Dia ketemu sama siapa sih emangnya?"

"Yoongi"

Jaebum hanya membulatkan mulutnya sambil mengangguk-angguk.

Saat Seulgi diam melanjutkan menghabiskan makanannya, ada telepon dari seseorang yang sangat disayanginya.

"Iya, Bu. Ini Seulgi, ada apa?" ia mendengarkan dengan seksama. "Kalau gitu Seulgi sekarang balik, Bu. Iya. Waalaikumsalam"

"Siapa?" tanya Jaebum.

"Ibuku tiba-tiba dateng ke sini. Katanya mau jenguk aku"

"Aku anter pulang ya"

"Gak usah aku pulang sendiri aja"

Seulgi memakai tasnya. Ia berjalan menjauh dari kos Jaebum. Dengan setengah berlari ia kembali ke kosnya. Untungnya kos Seulgi dengan Jaebum tidak jauh, hanya berjarak sekitar 100 meter saja.







°°°






"Terima kasih ya, Wen, udah mau bantu gue" kata Yoongi.

Wendy menghela napas. "Kirain bukan hari ini, kaget tau Kak pas lo langsung bawa gue ke rumah lo"

Yoongi tertawa. Cewek di hadapannya itu kini terfokus dengan tawa Yoongi. Begitu renyah di telinga. Tanpa sadar cewek itu tersenyum. Ya, sudah lama dia tidak melihat Yoongi tertawa.

"Kemana aja lo, Kak, gak ada masuk kuliah seminggu?" tanya Wendy.

"Gue kabur dari masalah kemaren. Baru balik hari ini. Ternyata kabur gak buat masalah selesai ya. Gue cape debat terus sama bokap masalah perjodohan. Cuma demi perusahaan bokap terus desak gue supaya nikah sama anak relasi kerjanya"

"Sejak kapan kabur dari masalah membuat suatu masalah itu selesai? Perusahaan itu pasti penting buat bokap lo, dan lo juga kan anaknya, jadi beliau mau lo meneruskan kerja kerasnya" kata Wendy.

Yoongi menggaruk tengkuknya untuk menghilangkan kecanggungan yang menguasai dirinya. Dia gugup sekarang. Ha, Yoongi gugup?

"Gue antar lo pulang, Wen"

"Oke"

Yoongi merogoh kantung celananya, mencari kunci motor. Wendy menunggu dengan sabar di belakang cowok itu. Dia masih mengamati sekeliling perkarangan rumah Yoongi. Ah, sepertinya bukan rumah, tetapi istana.

Halaman depan rumahnya aja banyak lampu-lampu mewah, ada gazebo tempat dimana mungkin Yoongi dan keluarganya bersantai. Mobil-mobil yang terparkir rapi di garasi. Pagar rumah yang menjulang tinggi.

"Kak, lo punya rumah segede ini dan lebih milih tinggal sama temen lo di kos?" tanya Wendy pelan.

Yoongi hanya mengangkat bahu, kemudian ia berkata, "buat apa rumah segede ini kalo di dalamnya gak ada yang buat gue bahagia, kayak gue kalo di kos kecil yang ukurannya 5 x 5"

Wendy terdiam. Ya, nggak seharusnya dia menanyakan itu disaat seperti ini.

"Ayo naik"

Wendy menerima helm yang diberikan Yoongi. Kemudian dia menaiki motor.

Yoongi menginjak pedal untuk menjalankan motor, lalu dia menancapkan gas. Wendy sedikit terkejut, tangan Yoongi ke belakang mengambil tangan Wendy yang memegang erat jaketnya, kemudian dia menaruhnya di atas perutnya. Posisi Wendy saat ini memeluk Yoongi.

Fairy Son Wendy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang