Waktu hari ini terasa begitu lambat berjalan. Dosen di depan kelas masih menjelaskan materi yang sebenarnya sudah tidak bisa dicerna sama Seulgi. Sejak kedatangan ibunya ke kos minggu kemarin, hidupnya jadi gelisah. Pasalnya, dia disuruh mengubah status hubungan spesial yang dijalaninya sama Jaebum menjadi status teman.
Sedangkan Jaebum bingung, kenapa selama lima hari itu Seulgi mendiamkan dia. Pesan-pesan yang dikirimkan sama dia cuma dibaca atau dibalas dengan singkat. Kalau ditelepon jarang diangkat. Alasan yang diberikan Seulgi, ponselnya di-silent.
Begitu juga, sama halnya dengan Wendy. Seulgi tidak pernah cerita apapun, dia cuma bilang kalau ibunya menyuruh dia putus dengan Jaebum.
"Seul, abis kelas ini bisa kita bicara?" tanya Jaebum yang duduk di sebelah Seulgi.
Seulgi diam. Dia terlihat seperti berpikir, kemudian ia mengangguk tanpa melihat ke arah yang bertanya.
°°°
"Malem ini ada makan malam di rumah. Bokap undang cewek yang mau dijodohin sama gua. Lo dateng ya? Gue jemput, Wen."
Mata Wendy membulat. "Kok mendadak, Kak?"
"Gue juga baru dikabarin tadi pagi." Yoongi melirik Wendy yang gelisah. Cewek itu memegangi kepalanya, dan setengah menjambak rambutnya. "Tenang, masalah baju gue udah siapin."
Wendy mendongak, menatap Yoongi setengah sangsi. "Lho, kok? Ck, bukan masalah itu, Kak. Gue gak masalah sama baju, tapi gue jadi…."
"Udah, kayak mau ketemu sama calon mertua aja. Eh, tapi emang calon mertua, 'kan?" Potong Yoongi.
Napas cewek itu tertahan. Mulutnya sedikit terbuka. Pipinya memerah. Sedangkan, Yoongi malah asik mengacak-acak rambut Wendy.
"Cie, pipinya merah." Yoongi menusuk-nusuk pipi Wendy menggunakan telunjuknya.
"Ih, mana ada!"
Hanya begitu. Yoongi merasakan kebahagiaannya ada disaat dia bersama dengan cewek yang dicap sebagai cewek begajulan di kampus.
°°°
Terik matahari siang itu menusuk kulit setiap orang yang berada di bawahnya. Namun, sepertinya hal itu tidak berlaku untuk sepasang kekasih yang nyatanya sedang berdiri berhadapan di tempat parkir. Saling menatap, juga saling bungkam.
"Kenapa, Seul?" tanya Jaebum.
Dahi Seulgi berkerut, bukankah seharusnya dia yang bertanya; kenapa Jaebum mengajaknya bicara?
"Apa, Jae?"
"Kenapa kamu menghindar dari aku? Sms, line, atau telepon dari aku jarang kamu respon. Kamu kalo ada masalah cerita sama aku."
Seulgi menggeleng lemah. "Aku gak apa-apa. Gak usah khawatir."
"Gak apa-apa nya cewek itu, artinya dia lagi kenapa-kenapa. Kamu ada masalah? Seenggaknya bilang, walaupun gak bisa secara detil. Bilang sama aku, 'Jae, aku ada masalah. Tolong tenangin aku, aku butuh kamu'. Bukan diam begini, Seul."
Seulgi bungkam, tidak membalas apapun yang dikatakan cowok itu. Benar apa kata Jaebum, seharusnya dia cerita apa yang menjadi bebannya sekarang. Tapi, dia tidak bisa. Bagaimana mungkin, dia cerita tentang hubungan mereka yang harus usai—lebih tepatnya harus diselesaikan secara paksa.
"Kamu anggap aku apa? Pacar, 'kan? Kita itu bukan cuma sekedar kasih perhatian buat seneng-seneng aja. Kalo sedih juga cerita. Kita udah janji kan untuk saling terbuka? Sekarang, apa yang kamu sembunyikan dari aku?" tanya Jaebum.
°°°
Yoongi mondar-mandir di depan kos Wendy. Dia cemas. Masalah baju yang akan dipakai sama Wendy, cocok atau tidak. Cewek itu bisa dandan atau tidak. Itu yang mengisi otak Yoongi.
Awalnya dia mau bawa Wendy ke salon. Supaya semua diurus sama orang salon. Tapi cewek itu tidak mau. Buang-buang duit katanya.
Kriet.
Bunyi pintu terbuka membuat Yoongi langsung membalikkan badannya menghadap pintu. Matanya bertemu dengan pemilik mata berwarna coklat gelap itu. Hampir selama 1 menit, matanya tidak berkedip melihat Wendy.
"Eh—udah siap?" tanya Yoongi demi mengurangi gugupnya.
"Hm… Jelek ya?"
"Iya jelek, banget" balas Yoongi, membuat Wendy berdecak kesal.
Wendy menutup pintu kemudian menguncinya. Yoongi menuntunnya untuk masuk ke dalam mobil. Percayalah, Wendy terkejut dengan perlakuan Yoongi. Dia membukakan pintu mobil, kemudian ditutup.
Jalanan kota Jakarta tidak penuh tidak juga ramai. Jadi cuma butuh waktu sekitar 20 menit untuk sampai di rumah Yoongi.
Sesampainya di rumah Yoongi.
"Kak, gue malu"
"Gak usah malu, biasanya malu-maluin"
Wendy melotot.
"Udah ayo masuk" kata Yoongi sambil memegang kedua pundak Wendy mendorongnya masuk. "Eh—salah"
Yoongi menggenggam tangan Wendy.
"Kalo ceweknya ternyata cantik gimana, Kak?"
"Bodo amat"
"Cantik banget kayak Selena Gomez?"
"Cantikan elu"
"Apa, Kak?"
"Banyak nanya"
Yoongi dan Wendy berjalan menghampiri tempat makan yang sudah tertata rapi segala jenis makanan, dan jangan lupakan tamu yang sudah duduk manis di hadapan makanan tersebut. Mereka berakting layaknya sepasang kekasih. Tapi sepertinya mereka terlihat tidak sedang akting.
"Selamat malam" sapa Yoongi.
"Yoongi? Wendy?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fairy Son Wendy ✔
Short Story< wenga's area > "Makanya jadi cewek itu lembut dikit" © 2017, choco-kim #9 wendy #37 short story #919 fanfiction Published: 23/03/17