Sehabis kejadian barusan di depan kediamannya. Jungkook jadi dibuat kepikiran terutama pada sunbae-nya, Taehyung. Ditambah perkataan kakaknya yang memang tak pernah main-main.
Entah kenapa Jungkook merasa kurang nyaman, hatinya jadi tidak enak memikirkan sunbae-nya yang sudah sangat baik padanya.
"Jungkook?"
Yang punya nama pun menoleh saat pintu kamarnya terbuka, di sana sudah ada Yoongi yang tengah melipat tangannya di depan dada sembari menatap datar pada adiknya.
"Ya, hyung?"
"Sudah kubilang jauhi dia. Kau akan menyesal nanti," titah Yoongi dengan tegas dan juga datar.
Jungkook hanya dapat terdiam, ia sendiri bingung mengapa hyung-nya selalu melarangnya untuk dekat dengan Taehyung.
Padahal setahunya sunbae-nya itu orang baik, perhatian, dan ya menyenangkan. Buktinya mereka cepat akrab dan dekat dalam waktu kurang dari dua hari.
Tampak Yoongi menghela napasnya, ia pun berjalan menghampiri sang adik yang sedang duduk di kursi meja belajar. Sepertinya Jungkook sedang belajar-atau lebih tepatnya melamun.
"Pokoknya jauhi dia sebisamu. Karena penyesalan selalu datang di akhir."
"Tapi, kenapa hyung? Memangnya Tae Hyung orang jahat?" tanya Jungkook akhirnya setelah pertanyaan itu terus berputar di benaknya.
Yoongi berdecak pelan. "Kurasa kau tidak harus tahu," ucapnya.
###
Dari dalam kamarnya Jimin dapat mendengar suara jendela yang terbuka, ia pun lantas menoleh ke arah jendela kamarnya.
Kedua matanya mengernyit saat mendengar suara jendela yang kali ini ditutup. Ia pun kemudian berjalan menghampiri jendela kamarnya lalu membukanya. Ia dapat melihat si luet berbaju serba hitam yang hendak berjalan dari jendela kamar yang tingginya hanya kurang dari satu meter.
"Kau mau ke mana?"
Langkah kaki itu terhenti seolah pertanyaan Jimin menjadi interupsi untuknya. Itu Taehyung yang kemudian menoleh ke arah jendela kamar sahabatnya.
"Aku bosan. Tempat biasa, mau ikut?" tawar Taehyung dengan cuek.
Jimin mendesah kesal, sikap Taehyung memang tidak pernah berubah dari mereka kelas satu SMA.
"Kapan kau berhenti? Dan untuk apa kau mendekati Jungkook kalau nyatanya kau masih tetap ke sana?"
Pertanyaan Jimin kemudian menjadikan Taehyung terdiam di posisinya. Ia terdiam sementara kedua matanya menatap ke mana saja asal jangan wajah sahabat sekaligus tetangganya itu.
Jungkook ya? Adik kelasnya yang manis dan menggemaskan itu. Ya itu menurut Taehyung dan begitu pula dengan orang-orang yang mengenalnya.
Taehyung menghela napasnya pelan, ia tersenyum tipis menatap Jimin yang sedari tadi menatapnya.
"Lalu? Aku tetap ingin ke sana, sudahlah. Jangan lupa kunci jendela Jim, nanti sadako masuk ke kamarmu."
"Sialan kau alien!"
Selepas itu Taehyung kembali melangkahkan kedua tungkainya, keluar dari perkarangan rumahnya sendiri.
Orang tua? Keluarga? Cih, bagi Taehyung mereka hanya orang-orang untuk mengurus kehidupan pendidikannya saja.
Atau lebih tepatnya Taehyung sendiri adalah seorang anak broken home.
Jimin menatap miris kepergian sahabatnya itu. Ia selalu merasa kasihan jika harus dihadapkan dengan sosok Taehyung yang seperti barusan, begitu haus akan kebebasan dan perhatian.
Sudah berulang kali Jimin mencoba mengajak Taehyung keluar dari dunia malamnya itu, tapi selalu saja ada yang membuat pemuda itu kembali ingin memasuki dunia yang seharusnya mereka tidak mengenalnya.
"Sebenarnya kau membutuhkan siapa, Tae?"
.
.
.
.
.
.
.
Pagi ini Jungkook bersekolah seperti biasa. Tidak ada sosok Taehyung seperti kemarin yang mengajaknya ke kantin atau cokelat yang berada di atas mejanya.
Semuanya terasa kembali seperti biasa. Sejujurnya Jungkook sedikit, hanya sedikit menaruh rasa penasaran dan keheranan atas atensi Taehyung yang tiba-tiba menghilang dari pandangannya.
Hingga jam pulang sekolah tiba, bahkan yang biasanya Jungkook dapat melihat Taehyung di kantin tapi kali ini tidak ada.
"Oppa, kau mau menerimaku?"
Pendengaran Jungkook merasa semakin peka saat mendengar suara seorang siswi di balik tembok belakang gudang sekolah. Ia kebetulan lewat sini karena ingin mengambil lukisan-lukisan lama di gudang penyimpanan karena suruhan guru seninya.
Tapi ia urungkan niat itu, yang ada kedua tungkainya malah perlahan berjalan mendekat ke arah balik tembok itu. Mencoba mengintip ada apa gerangan di sana.
Dan begitu ia mencoba mengintip dari balik tembok, kedua matanya langsung disuguhkan dengan adegan di mana dua orang yang tengah berciuman.
Tae Hyung?
Jungkook menatap dua orang yang sedang berciuman itu dalam diam. Yang laki-laki itu adalah Taehyung karena dari sini Jungkook dapat melihat sosoknya dengan jelas, sementara yang perempuan Jungkook merasa cukup asing karena ya ia tidak banyak memiliki kenalan di sekolahnya.
Ciuman itu berlangsung hampir satu menit lamanya dan Jungkook terus menyaksikan itu dalam diam. Sampai ciuman itu usai dengan napas siswi itu yang berantakan seolah habis maraton.
"Sudah sana, jangan menggangguku lagi," titah Taehyung terkesan cuek pada siswi itu yang malahan tersenyum sambil mengangguk.
Jungkook buru-buru kembali bersembunyi di balik tembok, begitu siswi tadi berjalan melewatinya tanpa melirik ke arahnya sama sekali.
"Jungkook-ah?"
To Be Continued.
©leenamarui
![](https://img.wattpad.com/cover/102251950-288-k724050.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nur Uns✔ [TAEKOOK]
Fanfiction[COMPLETED] Perjuangan seorang Kim Taehyung dalam mendapatkan hati adik kelasnya Jeon Jungkook yang masih sangat polos. [ taekook ; bxb ; au ; ooc ; chaptered ] ©leenamarui