Jungkook cukup terkejut begitu mendengar kalimat barusan dari sunbae-nya, jujur jantungnya menjadi berdegup semakin kencang setelah mendengarnya.
Tapi detik berikutnya terlihat Jungkook menggeleng pelan, ia berusaha mendorong tubuh Taehyung agar berjarak dengannya. Kepalanya sedikit tertunduk karena tidak berani menatap sunbae-nya saat ini.
"Tidak bisa sunbae, aku tidak mau," ucap Jungkook dengan lirih.
Entah kenapa ia ingin berkata demikian, tapi yang jelas perkataan Yoongi mengiangi benaknya dan ia sendiri pun masih belum yakin dengan perasaannya pada Taehyung. Mereka memang sudah sering bersama, apalagi pemuda itu memberi perhatian lebih padanya. Tapi Jungkook juga belum yakin dengan perasaannya, dan jika ia menerima pun ia takut itu adalah pilihan yang salah.
"M-maaf hyung, aku pergi dulu," pamit Jungkook selanjutnya saat dirasa tidak ada yang perlu mereka bicarakan kembali.
Lantas ia pun berjalan, pergi meninggalkan Taehyung yang terdiam. Kepala pemuda itu tertunduk tanpa ada niatan ingin menahan kepergian Jungkook. Setidaknya ia bisa mendengar alasan mengapa adik kelasnya itu menolaknya.
. . . .
Kantin tampak ramai dan Jungkook tidak kesulitan saat harus menemukan sahabatnya yang memang terlalu mencolok. Jungkook menghampiri Mingyu yang tengah makan sendirian di salah satu meja yang masih kosong. Ia tersenyum memandang sahabatnya yang cukup terheran akan kehadirannya.
"Sudah?" tanya pemuda jangkung itu yang dibalas anggukan kecil.
"Tumben, cepat sekali. Kupikir kau akan makan siang bersamanya," lanjut Mingyu yang mulai merasa penasaran.
Jungkook tersenyum kecil, "Tidak. Dan sepertinya aku dan Tae Hyung tidak akan dekat lagi," ucapnya dan entah kenapa ada sesuatu yang retak di hatinya.
Mingyu menaikkan sebelah alisnya heran, ia seolah menjadi lemot dan tidak paham apa-apa. "Maksudmu?"
"Dia memintaku untuk menjadi kekasihnya dan aku menolak," terang Jungkook singkat namun jelas.
"Kenapa?"
Selanjutnya Jungkook agak terkejut mendengarnya, ia berpikir Mingyu akan merasa cukup senang atau masa bodoh dengan hal ini. Tapi kini, tampak jelas kalau pemuda itu terlihat peduli.
"Karena ...."
"Kookie, aku lupa memberitahumu satu hal."
"Apa?"
"Sebenarnya aku dan Tae Hyung merupakan sepupu. Dan aku akan memberitahumu mengapa kami terlihat tidak akrab dan sifat dia selama ini."
. . . .
Jimin berjalan dengan tergesa-gesa hampir ke setiap daerah di wilayah sekolah. Wajahnya terlihat cemas dan khawatir, ia juga sudah bertanya kepada beberapa siswa yang lewat dan selalu mendapat gelengan tidak tahu.
Sebenarnya jam ini kelasnya ada praktik dan seluruhnya sedang berada di lab. Namun, Jimin tidak mendapati keberadaan Taehyung sejak istirahat. Ia jadi cemas dan di sisi lain ia butuh Taehyung karena mereka satu kelompok.
Sampai akhirnya ruang atap sekolah sebagai pilihan terakhir, dan begitu Jimin membuka pintu itu ia terkejut namun ada perasaan lega saat mendapati sahabatnya yang sedang duduk di bangunan beton di sana dengan asap yang mengepul dari mulutnya.
Sejujurnya Jimin sudah lama meninggalkan rokok dan membenci aroma khasnya. Ia pun berusaha mendekati Taehyung sembai menahan rasa pusingnya pada aroma khas nikotin.
"Kau kenapa? Lebih baik kita ke lab sekarang sebelum Im Ssaem mengomeli kita," ajak Jimin menepuk sebelah bahu sahabatnya.
Tapi tak ada balasan apapun, bahkan Taehyung malah kembali mengisap batang rokoknya entah yang keberapa karena sudah banyak abunya yang bercecer di lantai.
"Percuma Jim, lagian tubuhku sudah terlalu bau dengan rokok," balas Taehyung tak acuh, sama sekali tidak menoleh ke arah sahabatnya.
Jimin menatap heran pada Taehyung, sepertinya ada yang salah dengan sahabatnya itu. Dan seingatnya Taehyung sudah berjanji tidak akan merokok lagi di sekolah, janji itupun sebenarnya harus ia ingatkan terus karena nyatanya Taehyung selalu membawanya entah di saku celana maupun di dalam tas.
"Kau habis melakukan apa?" ucapnya bertanya, alhasil Jimin memilih ikut duduk di sebelahnya.
"Mau rokok?" tawar Taehyung sambil menyodorkan bungkus berwarna putih, Jimin mendelik tajam dan memilih menoleh ke depan.
Di sini mereka seolah dapat melihat seluruhnya, bangunan-bangunan yang tinggi, burung-burung yang beterbarang atau pesawat yang melintas jauh di atas mereka. Angin di sani selalu terasa sejuk dan kebetulan panas tidak terlalu terik siang ini.
Taehyung kembali menaruh bungkus rokoknya di samping, "Aku habis mengajak seseorang untuk menjalani ikatan bodoh yang orang bilang itu indah," jelasnya kemudian kembali mengepulkan asal dari belah bibirnya.
Penjelasannya itu seketika membuat Jimin menoleh ke arahnya, tampak raut pemuda itu terkejut. Tapi sedetik kemudian ia kembali berekspresi seperti biasa.
"Bodoh," komentar Jimin kemudian tertawa sinis.
Kali ini Taehyung yang menoleh ke arah sahabatnya itu. Entah kenapa ia menjadi emosi mendengar reaksi Jimin, sebelah tangannya terkepal erat.
"Kau mengajaknya di saat yang kurang tepat. Dan kau sendiri belum memberinya kepercayaan bahwa dia bisa mempercayaimu. Sebuah hubungan baru bisa terjalin jika kedua orang itu sudah yakin satu sama lain, selanjutnya tinggal bagaimana mereka menjaga kepercayaan masing-masing. Semuanya tidak bisa spontan atau sesuai dengan yang akan datang, bukannya kau tahu itu sendiri?"
Perlahan emosi itu hilang seiring dengan asap yang mengepul di ujung batang rokok. Taehyung menahan napasnya tanpa sadar kemudian menghembuskannya, ia sendiri juga pusing.
Hidupnya terlalu berliku-liku, dan saat seseorang hadir—atau mungkin lebih tepatnya saat Taehyung hendak menarik orang itu. Langkah yang ia pilih memang salah, dan ia sendiri seharusnya tahu bahwa yang bisa ia lakukan hanya menyusahkan orang itu.
"Yang seharusnya kau lakukan sekarang adalah, ubah dirimu sendiri. Biarkan mereka tahu bahwa sebenarnya kau itu pantas untuk mereka lihat," cercah Jimin sembari menepuk bahu Taehyung.
. . . .
Jam pulang sekolah sudah berlalu dan kini Jungkook tengah berdiri di dekat pintu gerbang, kedua matanya sedari tadi mencari keberadaan satu orang yang sepertinya belum keluar dari kelasnya.
Dalam hatinya kini Jungkook merasa bersalah, tak seharusnya ia melakukan ini pada sunbae-nya itu saat jam istirahat. Setelah Mingyu menjelaskan semuanya padanya, mengenai keadaan keluarga Taehyung yang memang cukup drama dan rumit.
Kedua matanya tak sengaja menatap sosok tegap yang tengah berjalan menghampir motor sport yang sudah beberapa kali Jungkook naiki. Ia baru saja hendak menghampiri Taehyung di sana, tapi langkahnya tertahan saat melihat seorang perempuan dengan pakaian kasual serba hitam menghampiri Taehyung, dengan santai perempuan memeluk sebelah lengan Taehyung erat.
Mereka berbincang dalam durasi yang singkat, hingga akhirnya wanita itu ikut menaiki motor Taehyung. Dengan santai memeluk pinggang pemuda itu, sampai motor sport itu berlalu melewati Jungkook dan saat itu juga ia sendiri sadar. Sadar bahwa mungkin Taehyung sudah bertingkah tidak mengenalnya lagi, bahkan pemuda itu terlihat seolah tidak meliriknya sama sekali.
To Be Continued ....
©leenamarui
KAMU SEDANG MEMBACA
Nur Uns✔ [TAEKOOK]
Fanfiction[COMPLETED] Perjuangan seorang Kim Taehyung dalam mendapatkan hati adik kelasnya Jeon Jungkook yang masih sangat polos. [ taekook ; bxb ; au ; ooc ; chaptered ] ©leenamarui