Malamnya, Jungkook terduduk diam di kursi meja belajarnya. Menunggu balasan dari ponselnya, ia sudah mengirimi seseorang pesan sejak sejam yang lalu namun balasan belum ada yang datang satupun.
Sampai lampu berwarna hijau berkedip di ponselnya, Jungkook lantas membuka lockscreen ponselnya dan tanpa sadar bernapas lega begitu mendapat balasan dari orang yang ia tunggu-tunggu.
Jimin Park
Ya? Kau mau tahu?
Kupikir kalian sudah tidak dekat lagi.Jujur jawaban Jimin membuat Jungkook agak kecewa. Tapi apa yang pemuda itu katakan sedikit benar, Jungkook menghirup napasnya agak kasar sebelum membalas pesan.
Jimin Park
Boleh saja, kapan kau ada waktu?+++
Sebuah restoran cepat saja menjadi tempat mereka bertemu. Jungkook mengedarkan pandangannya di tempat yang sedang ramai ini sampai ia menemukan seseorang yang sedang menggunakan ponsel.
Mulanya dengan ragu, Jungkook mencoba menghampiri Jimin. Dan ia merasa lega teramat karena pemuda itu langsung menyambutnya. Ia pikir akan ada suasana canggung berkepanjangan yang sangat tidak ia sukai.
Setelah memesan menu, mereka pun sebentar terdiam dengan isi kepala masing-masing. Suasana restoran memang sangat ramai, tapi di spot mereka berada setidaknya mereka masih dapat mendengar suara satu sama lain tanpa harus saling berteriak.
"Jadi, kau penasaran padanya?" tanya Jimin mengawali topik yang sudah direncanakan dari awal.
Ia tidak masalah saat Jungkook memintanya untuk memberitahukan cerita hidup sahabatnya sendiri. Tapi ia hanya merasa penasaran, Jimin pikir Jungkook memang tidak menaruh apapun pada sahabatnya dan itulah mengapa mereka berpisah.
"Ya begitu," jawab Jungkook, agak canggung.
Yang lebih tua mengangguk.
"Ada banyak sih, tapi aku mulai dari paling awal saja ya?" ucap Jimin yang hanya diangguki dalam hening.
Bermula dari bagaimana kehidupan keluarga Taehyung yang semula sangat harmonis. Mereka tinggal bersebelahan sejak umur lima tahun, dan saat mereka menginjak umur sepuluh tahun.
Malam itu hujan sedang turun deras, keduanya berada di rumah keluarga Park tengah bermain di dalam kamar. Saat itu pukul 8 malam, suara mobil terdengar memasuki pekarangan rumah keluarga Kim.
Taehyung jelas merasa senang. Sudah 3 hari lamanya sang ayah tidak pulang tanpa ia ketahui; ia berpikir karena sibuk. Tapi selanjutnya hal yang tak pernah ia duga seumur hidupnya terjadi di depan kedua matanya langsung.
Hujan malam itu sangatlah dingin, Taehyung tertahan di teras rumah keluarga Park karena Jimin menahannya. Sementara kedua matanya terpaku pada pemandangan di halaman garasi kediamannya sendiri.
Bagaimana perdebatan di tengah hujan itu terjadi dan untuk pertama kalinya Taehyung melihat sisi lain ayahnya, sisi yang tak pernah ia ketahui.
Mengakibatkan ibunya terjatuh, menangis lalu beberapa saat kemudian terdengar kalimat-kalimat kasar dan sebuah tamparan yang ditahan oleh ayahnya sendiri.
Malam itu, kedua orangtuanya tak sadar bahwa anak pertama mereka melihat itu semua dalam diam. Taehyung tidak berkutik, tapi air mata merembes deras dari kedua pelupuknya.
Lalu keesokan harinya sosok Kim Taehyung yang dikenali mulai berubah. Jimin dapat melihat semuanya dengan jelas seolah itu semua adalah film lama.
Semakin ke sini sifat sahabatnya semakin kasar dan sulit ditebak. Bahkan pernah beberapa kali Taehyung mendapat kekerasan fisik dari ayahnya saat ia masih SMP. Kala itu ibunya sedang tidak di rumah dan adiknya sedang tidak ada.
Dari situlah, mengapa Taehyung dapat menjadi dirinya yang sekarang. Pendiam, tak acuh, membangkang pada apa yang tidak ia sukai.
Sebagai sahabat sejati, jelas Jimin sudah berusaha mengembalikannya. Tapi terakhir kali, Taehyung mengancamnya untuk tidak menasihatinya lagi. Jimin bungkam kala itu karena Taehyung berkata ia bisa saja membunuhnya tanpa rasa bersalah sama sekali.
Jungkook terdiam selama mendengar cerita tersebut. Itu jelas dan murni tanpa ada karangan sama sekali. Wajahnya menyiratkan bagaimana rasa turut prihatin dan agak kesal. Orang tua Taehyung memang kejam, tapi ia tidak bisa turut campur dalam masalah keluarga orang lain.
"Maka dari itu, dia juga suka sekali bermain dalam hubungan. Jika dia sudah bosan, maka akan ditinggalkan. Tapi kasus padamu itu yang pertama, di mana dia tidak mendapatmu dengan mudah. Kau yang pertama menolaknya dan well ... aku tak menyangka! Kupikir kau benar-benar menurut pada perintah hyung-mu ya?"
Pertanyaan di akhir tidak dapat Jungkook angguki maupi tolak. Ada benar dan salahnya, tapi separuh dirinya berkata bahwa ia sedikit menyesal menolak pemuda itu.
"Eum ... lalu sekarang, di mana Tae Hyung?" tanyanya yang tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Kisah yang kelam dapat memberikan bekas mendalam pada tokoh utamanya. Dan dari banyak kisah yang ada, kisah Taehyung lah yang paling kelam menurut Jungkook.
"Tidak tahu. Biasanya dia bersama komunitasnya, dan ya dia juga sering pulang larut."
"Apa dia sering bermain bersama wanita?"
Jimin terkejut mendengarnya, ia tidak menduga kalau Jungkook akan bertanya seperti itu. Tapi ia kembali pada awal.
"Ya, bahkan hampir semua mantan kekasihnya adalah perempuan. Taehyung biseks dan aku sedikit tidak paham dengan jalan pikirannya," terang Jimin, agak sedikit ragu.
Dan saat itu juga Jungkook merasa hatinya retak sedikit demi sedikit. Taehyung adalah cinta pertamanya, memang dalam waktu singkat. Tapi apa salah? Sehingga ia mendapat balasan semacam ini.
"Jungkookie, kupikir kau harus merelakan Taehyung. Anggaplah dia hanya seseorang yang datang untuk mampir kemudian kembali pergi," saran Jimin, bijak.
Sore itu Jungkook mulai menerima semuanya. Membiarkan sakit mendera karena ia yakin akan ada obat atau sesuatu yang dapat membuatnya sembuh.
Toh, selama ini Taehyung belum banyak mengisi hari dan juga hatinya.
Bersambung ...
Akhirnya aku bisa up cerita ini u,u maaf ya slow-update dan kalian pasti udah lupa sama jalan ceritanya, also me /plak.
Terima kasih sudah membaca sampai sini!^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Nur Uns✔ [TAEKOOK]
Fanfiction[COMPLETED] Perjuangan seorang Kim Taehyung dalam mendapatkan hati adik kelasnya Jeon Jungkook yang masih sangat polos. [ taekook ; bxb ; au ; ooc ; chaptered ] ©leenamarui