Jungkook melangkahkan kedua kakinya ke luar kelasnya, dan baru saja ia keluar. Seseorang di hadapannya membuat tubuhnya stagnan terhenti di ambang pintu.
Kedua pasang mata itu bertemu secara tak sengaja. Ada debaran yang nyatanya pernah dirindukan, baik keduanya perlahan memberikan perasaan rindu yang masih tertahan.
"Ada apa sunbae?"
DEG!
Taehyung merasa tubuhnya seolah membeku. Raut wajahnya tampak tenang namun siapa yang tahu isi hati dan benaknya? Ia pun berdeham guna meredam rasa gugupnya yang tiba-tiba melanda.
"Mau pulang bersama--"
"Kookie, ayo pulang."
Mingyu datang dari dalam kelas, menepuk bahu teman sekelasnya itu. Raut wajahnya langsung terlihat canggung manakala baru menyadari bahwa teman sekelasnya ini ternyata tidak sendiri.
"Oh, hi hyung. Apa kabar?" Mingyu tersenyum dengan spontan, sementara dua orang lainnya benar-benar sudah tenggelam akan canggung.
"Maaf sunbae," ucap Jungkook, yang selanjutnya ia menarik tangan Mingyu agar mereka keluar dari kelas.
Keduanya berjalan, meninggalkan sang sunbae yang hanya diam menatap punggung keduanya yang mulai menghilang saat harus berbelok ke kanan.
"Apa maksudnya?"
- - -
Nyatanya, suasana canggung masih terus menderai pada pemuda bermarga Jeon ini. Dan Mingyu sebagai teman dekatnya merasa kurang nyaman, tak masalah jika Jungkook ingin terus diam tapi setidaknya tidak dengan aura yang membuat siapa saja tidak nyaman berada di dekatnya.
"Kau, menolaknya?"
Jungkook agak tersentak mendengar pertanyaan Mingyu yang tiba-tiba. Raut wajahnya tampak bahwa ia seperti baru sadar dari lamunannya. Ia pun mengedarkan pandangannya dan baru menyadari bahwa mereka sudah berjalan keluar daru area sekolah.
"Mingyu-ya, kau tidak bawa kendaraan?"
"Tidak. Aku sudah memberitahumu tadi pagi, kau lupa ya?"
Jungkook tersenyum kikuk mendengarnya. Efek dari kedatangan Taehyung yang tiba-tiba, memang kuat sekali dengan membuatnya menjadi tidak fokus ke sekitarnya.
"Kau kenapa? Ada masalah?"
"Tidak. Aku hanya ... ya, kurang sehat. Itu saja," jelas Jungkook yang dibarengi dengan senyum manisnya.
Yang memberitahukan bahwa ia baik-baik saja. Tapi tidak ada yang tahu bagaimana hatinya saat ini.
"Gyu, apa aku boleh berharap pada orang yang pernah melukaiku?"
Mingyu lantas berhenti. Kini mereka sudah tiba di halte bus yang cukup lengang, ia tepat berdiri di sebelah Jungkook. Raut wajahnya mulai tampak sedang berpikir.
"Tergantung. Kau masih mencintainya atau tidak."
- - -
Yoongi sore itu sedang berbaring malas di kamarnya. Setelah usai kuliah yang penuh akan aktivitas yang gampang membuat tubuh dan pikirannya seperti dipaksa untuk kerja rodi. Tapi, ia menikmati semua itu. Setidaknya, ada hasil yang akan ia dapat di akhir nanti.
Pintu kamarnya kebetulan sedang tidak dikunci, dan begitu saat lelap hampir sampai. Gebrakan pintu terdengar nyaring, memaksa kedua matanya kembali terbuka dan Yoongi nyaris mengumpat tapi tertahan begitu tahu siapa pelakunya.
Ia tidak jadi marah. Tapi kini yang terlihat adalah wajah adiknya yang tampak marah.
"Heh?"
"Hyung!"
Jungkook berjalan memasuki kamar, menuju kasur dan kemudian menidurkan badannya tepat di atas tubuh kakaknya yang terbaluti selimut. Yoongi mengerang namun sang adik tidak acuh sama sekali.
"Yak! Kau kenapa bocah?"
"Aku membecinya!"
Yoongi mengernyit, dan jujur ia mulai agak sesak. Tubuh Jungkook itu tidak ringan! Ditambah tubuhnya kecil, tapi tidak terlalu kecil juga. Jungkook pada akhirnya turun dari atas tubuh kakaknya, memilih berbaring di bagian kasur yang kosong sembari memeluk boneka kura-kura milik kakaknya.
"Aku membenci seseorang tapi, aku juga merindukannya," jelas Jungkook, ambigu.
"Apa maksudmu?!" tanya Yoongi garang. Ia tak paham, dan kini Jungkook bertingkah seperti gadis yang tengah dilanda asmara.
Tunggu, apakah adiknya tengah kasmaran?
"Dia berubah! Dia selalu pergi dan datang dengan mudah! Dia baik namun jahat juga! Aku benci hyung! Tapi aku tidak bisa bohong kalau senang saat dia kembali datang padaku!" ungkap Jungkook, kali ini dengan nada menggebu seolah ia tengah menceritakan gigi pertamanya yang tanggal.
Yoongi masih diam, kerutan di keningnya jelas terlihat walau agak tertutupi poninya. Ia menggaruk bagian belakang kepalanya yang gatal. Astaga, sebenarnya apa yang adiknya tengah bicarakan?
"Aku bingung! Sebenarnya aku ini menyukainya atau tidak?"
"Siapa?"
"Taehyung hyung."
"Yang bertanya?"
Keduanya membulatkan kedua matanya secara bersamaan. Jungkook menatap kakaknya dengan pelototan sementara Yoongi terkejut karena sadar apa jawaban adiknya.
"Kau!" Yoongi menatap adiknya dengan tajam, kini posisinya sudah duduk di atas ranjang.
Sementara Jungkook, ia menutup mulutnya dengan sebelah tangan. Menatap kakaknya dengan kedipan polos, ia kelepasan berbicara!
"Kau menyukainya?!"
"Tidak!" elak Jungkook. "Tidak tahu maksudnya."
Yoongi geram, ia pun turun dari kasur dan hendak meraih ponselnya yang berada di dalam tas, namun suara adiknya membuat pergerakannya terhenti.
"Kenapa?" tanya Jungkook dengan nada lirih, "kenapa hyung begitu melarangku suka padanya?"
Jungkook tidak tahu sampai sekarang, apa alasan Yoongi melarangnya menyukai Taehyung. Ia sudah lumayan tahu seluk beluk hidup sunbae-nya itu, dan setelah dipikir-pikir tidak terlalu buruk. Dan Jungkook memiliki anggapan bahwa Taehyung tidak seburuk yang orang lain bicarakan, buktinya Jimin masih tetap bersahabat dengan pemuda dingin itu.
Akhirnya Yoongi berbalik. Menghela napas pelan, kemudian ia menatap adiknya yang sudah berposisi duduk di atas kasur dengan memeluk boneka kura-kura berwarna hijau tua.
"Kau mau dengar?"
Jungkook mengangguk kecil.
"Taehyung, dia mantan kekasihku."
To Be Continued ....
A.N
Maaf ya, kalau pada lupa sama jalan ceritanya :') dan makasih banyak yang udah bela-belain baca ulang hehehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nur Uns✔ [TAEKOOK]
Fanfiction[COMPLETED] Perjuangan seorang Kim Taehyung dalam mendapatkan hati adik kelasnya Jeon Jungkook yang masih sangat polos. [ taekook ; bxb ; au ; ooc ; chaptered ] ©leenamarui