10

5.9K 875 22
                                        

Ruang berukuran 6x5 meter itu tampak ramai. Ada pesta kecil-kecilan yang sedang diadakan di dalam ruangan yang sudah penuh dan berantakan itu. Bau alkohol dan asap rokok menyeruak di dalam ruangan dengan ventilasi besar di sisi kanan.

Tepat di atas sofa hitam yang lebar itu. Hanya ia sendiri, duduk dengan diam sementara teman-temannya yang lain sibuk bercengkerama ataupun memainkan permainan kecil untuk memperamai keadaan. Kaleng-kaleng bir sudah berserakan di dekat kakinya, sampah makanan kecil, dan puntung rokok yang tinggal sedikit lagi, dan juga di selipan antar jari tengah dan telunjuknya, sebuah batang kecil yang tidak dinyalakan.

“Hei bro, ada masalah?” tanya seorang pemuda dengan rambut silver-nya yang dipotong cepak kiri kanan.

Ia merangkul sahabatnya, Taehyung yang sedari tadi paling diam di pesta ini. Padahal biasanya ia yang paling bersemangat, apalagi jika ditambah banyaknya anggota baru berupa wanita-wanita cantik yang mengasyikan.

“Ada yang terkena karma dari jatuh cinta,” timpal seorang pemuda lain dengan surai merah gelap yang mengkilap, ia sedang duduk di atas speaker yang menyala pelan sembari menyesap kaleng birnya.

“Karma jatuh cinta? Wow, finally you are falling in love, Tae?” ucap pemuda bersurai silver itu.

Taehyung mengerang pelan, melempar puntung rokok di jarinya yang tidak menyala. Mood-nya untuk merokok malah hilang.

Cinta? Satu kata untuk itu, bullshit. Tapi Taehyung tidak dapat menolak kalau ia jatuh cinta pada adik kelasnya yang manis.

Tiba-tiba seorang wanita cantik bersurai hitam legam ikut ke dalam pembicaraan ketiganya.

“Namanya, Jeon Jungkook. Dia manis dan menggemaskan, sungguh polos. Bagaimana bisa dia menarik perhatian uri Taetae?” ucapnya lalu tertawa yang diikuti yang lain.

Fakta bahwa Taehyunglah yang termuda di sini. Ia menggertakkan giginya hingga berbunyi, pemuda bersurai silver di sebelahnya agak terkejut melihatnya. Namun ia beralih menepuk-nepuk pelan bahu tegap Taehyung.

“Sudah saatnya, Tae. Perjuangkan apa yang seharusnya kau perjuangkan,” ucapnya yang disoraki oleh yang lain.

Mr Sexy Brain’s time now!”

Wohoo~ we wait for your quote of today!

Taehyung menoleh pada pemuda itu. Pemuda yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri. Pemuda itu pintar, namun kepintarannya tak berguna di sekolah dan ia dapat hidup tenang tanpa harus mengenyam pendidikan yang layak. Otodidak lebih baik ketimbang sekolah, menurutnya sendiri. Dan Taehyung diam-diam sering meniru segala pemikiran maupun gaya hidup pemuda itu.

Banyak orang yang bilang bahwa kelompok ini akan membawa pengaruh buruk. Tapi, mereka semua tidak tahu kenyataannya. Sekalipun gaya hidup mereka terkesan bebas, namun mereka masih memiliki moral dan pemikiran yang tak jarang lebih rasional ketimbang orang normal pada umumnya.

Dan Taehyung nyaman berada di sini, Jimin mengetahui kelompoknya namun pemuda itu menolak saat dihadapkan dengan gaya hidup anak-anak di sini. Balapan liar, meretas web, alkohol, rokok, itu memang berbahaya namun mereka semua masih dapat hidup tenang. Tidak ada campur tangan orang dewasa di sini, orang tua mereka tak mendapat hak sama sekali untuk masuk ke dalam dunia mereka ini.

“Menurutmu, aku harus kembali berjuang?”

Mendadak hening melanda, semuanya diam. Mereka masih memiliki respect terhadap satu sama lain, kepedulian dan kebersamaan adalah motto mereka.

Pemuda bersurai silver itu mengangguk, “Tentu. Daripada kau akan kecewa nanti.”

“Tapi bagaimana jika aku kembali kecewa nanti?”

Semua yang di sini tahu bagaimana kehidupan kelam yang paling muda ke belakang. Semuanya hanya dapat memberi semangat dan harapan padanya kala itu. Taehyung tidak tahu lagi harus ke mana jika tidak punya mereka.

“Suatu hubungan tidak akan sepenuhnya indah, ada saatnya kita kecewa namun, jangan biarkan kecewa itu membuatmu terlarut yang akan membawa kehancuran. Kembalilah berjuang, kau masih berhak mendapatkan kehangatan dalam mencintai, Tae. Jadikan masa lalumu sebagai pelajaran,” jelas pemuda itu dengan senyum tulusnya.

Suara tepukan riuh menggema di ruangan ini, mereka-mereka pun bergatian menyemangati Taehyung dan seolah itu adalah asupan yang bermanfaat. Ia kembali mendapat tekad dan tujuannya.

Benar, masa lalu hanyalah sebuah pelajaran.

xxx

Senin pagi yang cerah, dan sekolah cukup dikejutkan dengan kehadiran si berandal sekolah yang turut hadir dalam upacara pagi. Apalagi dengan atribut lengkap dan juga gayanya yang sudah normal. Sudah tak ada pierching, rambut berwarna-warni, maupun seragam yang digunakan asal.

Kim Taehyung, hari ini benar-benar terlihat seperti siswa normal pada umumnya.

“BODOH! KAU SIAPA?!”

Sebuah buku paket menghantam bagian belakang kepalanya. Jika itu bukan Park Jimin, maka sudah dipastikan pelakunya tidak akan bisa berjalan besok. Taehyung menatap datar pada sahabatnya yang menatap dirinya dengan sangat-sangat tidak percaya, seperti melihat mayat 1000 tahun yang kembali hidup.

Tsk, berisik,” balasnya cuek.

“Kau dapat pencerahan dari Namjoon Hyung, ‘kan?”

Walau Jimin tidak bergabung dalam kelompok itu. Namun ia mengenal beberapa anggotanya, dan wanita yang saat itu bersama Taehyung di parkiran juga termasuk kelompok tersebut. Dan Jimin tahu kalau keduanya tidak memiliki hubungan apapun.

“Jim, menurutmu aku harus kembali berjuang tidak?” tanya Taehyung yang kini mulai tampak serius.

Sepertinya hari ini ia benar-benar tobat, dengan bukti mengikuti jam pelajaran full seharian ini tanpa membuat masalah sama sekali.

Jimin yan tengah merapikan bukunya lantas tampak berpikir. Ia jadi ingat pertemuannya dengan Jungkook saat di kafe, dan ia dapat menyimpulkan bahwa pemuda manis itu akan mengikuti sarannya saat itu.

“Terserah. Tapi, sepertinya kau akan semakin sulit mendapatkannya.”

“Mengapa?”

Jimin menceritakan semuanya. Bagimana Jungkook yang mencarinya dan mengkhawatirkannya, termasuk bagian di mana Jimin menyuruh Jungkook untuk segera melupakannya. Mulanya Taehyung ingin marah namun ia mengurungkan niat itu, tak ada gunanya marah dan saran Jimin memang masuk di akal.

“Maaf, kawan,” Jimin menepuk bahu Taehyung, “Lagian, mau bagaimana lagi? Kau sih, selalu bermain-main dan sulit serius. Dan kali ini kau harus serius.”

Taehyung yang mendengarnya hanya dapat mengangguk lesu, benar juga. Selama ini ia memang tidak pernah serius dalam sebuah hubungan, salahkan saja orang-orang yang mudah menerima segala perasaan dan perilakunya. Itu membuat Taehyung merasa ia tak perlu serius, dan lagi masa lalunya yang seolah menjadi tamengnya.

Tapi ini berbeda pada adik kelasnya yang manis. Bagaimana perasaannya yang berbeda dari biasanya dan reaksi Jungkook yang di luar dugaannya.

Ya, ia perlu berusaha lebih keras dan serius mulai sekarang.

To Be Continued ....

Nur Uns✔ [TAEKOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang