3. [MPB] Kangen

225K 13.2K 246
                                    


Entah apa yang sudah dikatakan oleh Reza, Dara sudah duduk di bangkunya dengan manis. Dia berhasil lolos dari hukuman miss killer. Andai Reza bukan pemilik sekolahan ini, pasti tamat sudah riwayat Dara.

Dara kembali memperhatikan papan putih di depan yang memperlihatkan bermacam macam rumus. Jengah dengan pemandangan di depan, Dara menoleh pada Eva sahabatnya yang tampak serius memperhatikan papan tulis.

"Serius amat lo." Merasa kata kata itu ditujukan padanya, Eva menoleh ke samping.

"Gue itu bukan elo Ra, yang sekali lihat rumus langsung ngerti. Lo tau sendiri kan otak gue nggak tinggi tinggi amat kayak elo," ucap Eva kesal karena konsentrasinya terganggu oleh kata kata Dara.

Kalau kalian pikir Dara itu anak yang memiliki otak pas pasan, kalian salah besar. Walau tak jenius seperti Reza, Dara mempunyai otak di atas rata rata. Ia selalu mendapat nilai tertinggi di kelasnya.

"Udahlah gak usah ganggu konsentrasi gue," lanjut Eva kembali berkonsentrasi.

Dara mengeluarkan hp nya ketika dirasa ada pesan masuk. Dara tersenyum senang ketika sms itu dari mamanya. Mamanya mengatakan kalau hari ini sudah berada di rumah. Dara sangat merindukan orang tuanya. Padahal cuma ditinggal lima hari, karena pekerjaan papanya di Jepang.

Setelah bertempur dengan rumus rumus yang rumit itu akhirnya bel pulang berbunyi. Siswa siswi berhamburan keluar kelas. Dara masih sibuk memasukkan buku bukunya ke dalam tas ranselnya. Terlihat di depan kelasnya sudah berdiri pangerannya. Dara tersenyum manis pada Reza dan menghampirinya.

"Udah selesai?" Tanya Reza sambil mengelus pipi Dara.

Dara mengangguk " Udah. Ayo pulang Za." Dara semangat sekali.

"Kayaknya pacar aku lagi seneng banget nih." Tebak Reza.

"Tau nggak Za?" Reza menggeleng kepalanya.

"Hari ini mama sama papa udah pulang," ucap Dara senang. Reza juga tersenyum manis pada Dara. Reza bahagia melihat Dara tersenyum manis seperti itu.

"Yaudah. Sekarang kita pulang princes." Di balas anggukan oleh Dara. Reza menggandeng tangan Dara menuju mobilnya.

"Terus mobilku gimana Za?" Tanya Dara setelah sampai di mobil Reza.

"Aku udah panggil seseorang buat bawa mobil kamu." Jelas Reza. Lalu melajukan mobilnya menuju rumah sang kekasih.

Suasana makan malam di rumah Dara diiringi canda tawa mereka berempat. Mama Intan dan Papa Wijaya nampak bahagia melihat kedua anaknya yang beradu mulut. Pemandangan yang sangat menyenangkan. Bagi mereka, waktu waktu seperti ini sangat berharga. Tak jarang mama dan papa menggoda Dara. Begitupun kakaknya, Andra.

"Ih nggak usah godain Dara mulu. Lagian kenapa juga harus ngomongin hubungan Dara sama Reza." Ucap Dara dengan pipi yang menggembung. Keluarganya tampak menertawakannya, membuat Dara semakin kesal.

"Dek seharusnya itu kamu bersyukur bisa meluluhkan hati seorang Reza. Kamu tahukan kalau dia itu dinginnya minta ampun sama orang lain. Dan satu satunya wanita yang bisa meluluhkannya cuma kamu dek." Dara membenarkan ucapan Andra dalam hati. Dia sangat bersyukur bisa jadi pacar seorang Arreza. Walau sifatnya yang kadang amat menyebalkan tapi Dara mengakui kalau dia sangat mencintai Reza.

Setelah makan malam selesai, Dara pamit untuk ke kamar. Dengan posisi tengkurap di king sizenya bermotif bunga itu, Dara memainkan ponselnya. Dara tersenyum ketika ada pesan dari Reza.

Malam cantik. Udah makan belum?😚

Malam jelek😛 udah tadi sama mama, papa dan kak Andra😘

Besok ikut aku yuk?

Kemana?

Ke dokter mata

Ngapain?

Meriksa mata kamu

Mataku nggak kenapa napa kok

Mata kamu sepertinya rusak deh. Soalnya kamu nggak bisa lihat mana yang cakep mana yang jelek. Masa aku dibilang jelek😠

Ih gitu aja ngambek 😶

Tidak ada balasan di seberang sana. Mungkin Reza ngambek, pikir Dara. Dara menarik selimutnya dan bergegas ke alam mimpi. Belum ada 15 menit ponsel Dara berbunyi ada sambungan telepon. Dara kesal, siapa yang mengganggu malam malam begini. Dengan malas Dara mengangkat ponselnya.

Halo

Aku udah di depan rumah kamu nih. Cepat turun

Hah. Ngapain Za?

Sambungan telepon diputus sepihak oleh Reza. Dara turun lalu menuju ke depan rumah. Di depan Reza terlihat tersenyum saat melihat Dara menghampirinya. Dara makin kesel terhadap Reza karena saat di tanya kenapa kesini , Reza bilang kalau dia kangen sama Dara.

"Jadi kamu kesini cuma gitu?" Reza tersenyum mengangguk sambil mengelus pipi Dara.

"Yaudah. Gih sana pulang." Usir Dara lembut. Reza menggeleng tidak mau.

"Aku kan kesini ingin bertemu kamu. Aku kangen tahu." Reza cemberut.

"Za, tadi udah seharian bareng aku juga." Dara memberi pengertian

"Jadi kamu ngusir aku gitu?" Tanya Reza mulai bete

"Bukan gitu Za. Ini kan udah malem nggak baik anak cowok main ke rumah cewek." Ucap Dara

"Yaudah." Reza membuka pintu mobilnya hendak pulang.

"Ih kok ngambek sih Za." Dara mencegah Reza masuk mobilnya. Reza hanya menatap datar pada Dara. Dara yang mulai gemas dengan tingkah Reza yang menurutnya nggak pantas berwajah datar dihadapannya itu, ia berjinjit dan mencium kening Reza. Awalnya Reza kaget tapi dia langsung tersenyum.

"Seharusnya aku yang cium kening kamu, bukan kamu yang cium kening aku." Reza mengikuti kata kata Dara saat di UKS. Dara tersenyum menanggapinya.

"Oh iya sayang. Ini titipan dari bunda buat kamu." Reza menyerahkan bingkisan yang dibelikan bundanya untuk Dara.

"Ini apa Za?" Tanya Dara sambil mengambil bingkisan itu.

"Aku juga nggak tahu. Tapi disitu katanya bunda ada note nya."

"Seharusnya bunda kamu nggak usah repot repot beliin ini buat aku. Aku kan jadi nggak enak sama bunda kamu."

"Kamu itukan calon mantu bunda, wajarlah bunda memperlakukan kamu kayak gitu. Aku aja iri sama kamu." Dara bersemu merah saat Reza mengucapkan kata kata itu. Hatinya ditumbuhi bunga bermekaran di sana.

"Yaudah aku pulang dulu. I love you sayang. Mimpiin aku ya." Reza mencium kening Dara lalu menyuruh Dara untuk ke dalam rumah. Setelah Dara masuk, barulah Reza menyalakan mesin mobilnya lalu bergegas pulang.

Tbc.

Reader yang baik harus Vote and coment guys.

My Possesive BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang