30. [MPB] Sia-sia

75.8K 3.6K 174
                                    

Sudah dua hari semenjak kejadian di rooftop itu membuat hubungan Dara dan Reza semakin renggang. Setiap tak sengaja bertemu di koridor sekolah atau kantin, mereka berdua saling mengacuhkan diri seolah tak saling mengenal.

Hubungam mereka berdua juga banyak diperbincangkan oleh siswa siswi SMA Pratama, mereka semua agak heran dengan pasangan  itu karena akhir akhir ini mereka berdua tak terlihat bersama. Apalagi ditambah dengan kebiasaan awal Reza yaitu dingin tak tersentuh. Senyum pun Reza tak pernah karena hanya Daralah yang bisa membuat Reza tersenyum.

"Sampai kapan lo sama Kak Reza marahan kayak gitu sih?" Tanya Eva yang sekarang sudah tiduran di dalam kamar Dara. Dara yang sedang disampingnya pun tampak tak berniat membicarakan hubungannya.

"Lo denger gue nggak sih Ra?" Eva bangun dari posisi tidurnya lalu mengguncang ngguncangkan pundak Dara.

"Apaan sih Va?" Kesal Dara menyingkirkan tangan Eva di pundaknya.

"Gue tanya sama lo. Sampai kapan hubungan lo sama Kak Reza itu nggak jelas kayak gini?" Tanya Eva lagi dengan jengkelnya.

"Nggak jelas gimana?" Akhirnya Dara juga bangun dari posisi tidurannya.

"Gini ya Ra, menurut lo, hubungan lo sama kak Reza itu putuskan?" Dara mengangguk lemah mengiyakan.

"Tapi setelah gue denger cerita lo kemaren, apa kak Reza pernah mengatakan hubungan lo putus?" Dara tampak berfikir lalu ia menggeleng.

"Nah itu dia Ra, hubungan lo itu nggak jelas banget. Lo itu putus atau nggak sih sama kak Reza. Lo tau satu sekolah pada bicarain hubungan lo sama kak Reza tau." Ucapan Eva sangat benar.

"Tapi gue harus apa Ra? Gue bingung, setiap kali gue bertemu Reza, kami seolah olah tak mengenal. Reza juga tampak biasa biasa aja saat gue bersama Raka." Ucap Dara.

"Lo tau penyebabnya apa, sampai hubungan lo kayak gini?" Dara menggeleng.

"Itu semua karena kalian berdua nggak ada yang mau memaafkan kesalahan satu sama lain." Ucapan Eva membuat Dara terdiam sejenak. Terdiam meresapi kata kata Eva tadi. 'Memaafkan'. Dari dulu ia sudah memaafkan Reza, tapi untuk melupakannya lah yang sulit. Emang bener kata pepatah Memaafkan jauh lebih mudah daripada melupakan kesalahannya.

"Jadi gue harus minta maaf?" Eva mengangguk semangat.

"Tapi Reza dulu yang salah. Reza yang harus minta maaf ke gue dulu." Ucapan Dara membuat Eva menahan kesal karena Dara keras kepala.

"Ini bukan masalah siapa yang duluan bersalah. Kalian berdua harus saling peka." Ucap Eva

"Peka?? Emang gue nggak peka ya?" Eva menepuk jidatnya lelah.

"Dengan lo nggak mau meminta maaf duluan itu sudah membuktikan kalau lo nggak peka Dara." Geram Eva lagi dan lagi.

"Oke gue akan minta maaf duluan." Senyum mengembang di bibir Eva.

"Tapi gue bingung gimana caranya?" Keluh Dara. Eva tampak tersenyum misterius.

"Gimana kalau lo ke rumah camer?" Ujar Eva.

"Ngapain ke rumahnya bunda?" Tanya Dara bingung.

"Lo tanya tanya deh sama bundanya Reza, gimana cara paling ampuh agar Reza maafin lo. Nggak hanya itu aja, lo bisa lebih dekat sama camer lo." Ujarnya lagi.

Dara berdiri dari duduknya hendak memasuki kamar mandinya.

"Oke gue terima saran lo." Ucapnya pada Eva sebelum berlalu ke kamar mandi.

"Semangat Dara." Ujar Eva menyemangi sahabatnya itu.

***

Dara sekarang sudah duduk manis di sofa rumah Reza. Ditemani segelas jus strowberry dan beberapa cemilan. Bunda Maya nampak senang karena Dara mengunjungi rumahnya.

My Possesive BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang