Sekarang sudah pukul 17.05 WIB semua anak SMA Negri 177 Jakarta sudah dibubarkan. Ada yang sudah pulang ke rumah, ada juga yang masih betah berlama-lama di sekolah.
Dengan langkah yang tergontai-gontai dan lemas. Gadis ini melangkah satu demi satu lantai. Dia menaruh buku dan beberapa barangnya di loker nomor 215. Dia menatap langit yang sudah mulai meninggalkan cahayanya dan mulai berganti dengan langit malam atau biasa disebut senja yang mulai menampakan langit kemerahan seiring mentari yang kian tenggelam.
Dia berjalan kearah parkiran dan mulai meninggalkan gedung sekolahnya. Tampak seseorang memperhatikannya dari kejauhan, ingin sekali memeluknya dan berada disamping gadis itu, serta menumbuhkan semangat di hidupnya. Namun tidak bisa, dia hanya bisa menatapnya dari jauh karena takut akan mengacaukannya lagi.
"Semoga lo baik-baik aja ya tanpa gue." Ucap seseorang teruntuk gadis tadi.
"Nicky home.." gadis ini perlahan memasuki pekarangan rumahnya dan mulai memarkirkan kendaraannya. Dia memasuki sebuah rumah di kawasan Jakarta. Rumah yang terbilang cukup besar untuk ukuran 4 orang. Mama, Papa, Mbak Yunia serta dirinya. Dia adalah anak semata wayang yang menginginkan kehadiran orang lain untuk meramaikan keluarga kecilnya. Apalagi papanya jarang di rumah karena sibuk dalam urusan pekerjaannya untuk menghidupi keluarga yang amat penting baginya.
"Hei Sweetty, sudah pulang ? kenapa wajahmu terlihat seperti sedang merenung dan terlihat tidak bersemangat ? ada masalah kah?" Tanya seorang wanita paruh baya yang berhenti kerja untuk menjaga anak semata wayangnya.
"Ngga Mah, hanya lelah." Jawabku dengan bersalaman dan segera naik ke kamarku.
"Yasudah.. mandi kemudian makan ya. Mama sudah menyiapkan pancake kesukaanmu." Ujar Mama diiringi lambaian tangan yang ditunjukkan untukku.
"Fyuh..." aku melempar tasku ke sembarang arah, merebahkan diriku diatas kasur yang empuk. Menatap langit-langit kamar yang penuh dengan stiker bintang dan bulan. Aku mempunyai mimpi berada di puncak gunung melihat indahnya bulan dan bintang bersama kedua sahabat ku. Yap! Collins dan Jason dua orang yang sangat aku rindukan. Aku rindu saat kita bersama melewati berbagai rintangan dari kecil hingga kelas 2 SMP. Haruskah aku salahkan takdir? Atau harus kusesali diriku karena telah mengacaukannya? Ya hari itu tepat dimana kenaikan kelas 2 SMP.
Saat dimana kita sedang berlibur ke sebuah danau dan saat itu juga hujan turun sangat lebat disertai angin yang tidak hentinya berhembus kencang. Kami berlari sekencang mungkin dan membuatku tertinggal, aku tersandung sebuah ranting pohon dan membuat kakiku terluka dan mengeluarkan banyak darah. Aku berteriak meminta tolong, Jason balik arah dan datang menghampiri membantuku untuk berdiri, sekuat mungkin aku mencobanya tetapi tidak kuat dan terjatuh. Jason menggendongku di punggungnya serta berkali kali ia berteriak nama Collins. Collins tidak mendengar dia hanya sibuk berlari tanpa sadar kami sudah tertinggal jauh darinya.
Collins ditolong seseorang dan dia pergi begitu saja meninggalkanku dan Jason. Aku yakin bukan dirinya lah yang mau, tetapi memang orang yang menolongnya berpikir tidak memungkinkan keadaan untuk menungguku dan Jason yang masih sangat jauh. Mobil itu melesat jauh meninggalkan kami. Aku hanya tertunduk lemah, sampai disebuah tempat aman. Jason sangat kesal dengan Collins baginya sudah keterlaluan meninggalkan sahabatnya dikala benar-benar membutuhkan. Aku selalu menenangkannya dan berharap kami baik baik saja.
Seminggu kemudian, setelah kejadian ini. Aku sudah melupakannya, dan bersiap kembali ke sekolah. Sebelumnya aku diharuskan istirahat dirumah karena infeksi yang cukup parah di bagian betis kananku. Aku berharap hari itu kembali ceria.
Namun takdir berkata lain Collins dan Jason bertengkar hebat dan sesekali kudengar mereka menyebut namaku secara bergantian. Aku kah yang membuatnya menjadi seperti ini? Aku kah yang mengacaukannya? Aku datang menghampiri mereka untuk memisahkan keduanya, namun seketika itu sebuah tangan melayang meninjuku dengan keras. Semua gelap.
ini adalah Jason saat bermain gitar dan menyanyikan lagu kesukaan Nicky.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Regret
Teen FictionKenyataannya ada yang lebih menyakitkan dari sekedar cinta bertepuk sebelah tangan. dan sebuah penyesalan yang tak kunjung usai Apakah itu?