"Hai Lizzy!" sapa Jason antusias karena orang yang disukainya datang.
Aku menoleh dan ternyata itu .. astaga itu Millen, Jason suka sama Millen teman sebangku gue sendiri? Kenapa gue ngga sadar kalo Millen itu nama tengahnya Charliezzy. Gue ngga nyangka, oh ya gue sama Millen ngga pernah cerita tentang orang yang disuka. Dan yang tau gue suka sama Jason cuma Eve. Apa jadinya orang yang gue suka jadian sama temen sebangku gue, apa ngga sakit hati ini melihat mereka berdua terus setiap hari. Apa Millen bakal gantiin posisi gue yang selalu bareng Jason? Uhh haruskah? Gue gak siap kehilangan Jason lagi. Seseorang bantu gue buat percaya kalo ini bukan kenyataan..
"Loh Nicole disini juga?" sapa Millen dengan senyuman yang mengambang di bibirnya.
"Eh hai Millen.. eh Lizzy." Jawabku malu malu.
"Heiii, Nicole." Ujar seorang lelaki yang mengejutkanku.
"Oh hei, sudah sampai?" aku menoleh kearah Collins.
"Is it double date?" Jason terkekeh pelan.
Kami berempat pun berpisah, aku berjalan bersama Collins, aku berjalan tanpa arah sambil terus memikirkan Jason dan Millen. Mereka satu kelas denganku, tetapi Jason tidak terlalu dekat dengan anak perempuan dikelas terkecuali aku dan Eve. Dia biasanya menyukai gadis kelas lain ataupun adik kelas. Collins pun menyadari raut wajahku yang seperti orang ling-lung dan akhirnya kami berhenti di sebuah restaurant. Kami pun memasuki restaurant tersebut dan duduk di meja no 2. Dia pun menanyakan apa yang akan kupesan. "Chicken Gordon Blue and Strawberry Smoothies." Jawabku singkat.
"Okay, two CGB and SS." Ucap Collins kepada seorang pelayan yang sudah berada didepan meja kami.
"Wait for 20 minutes mister." Pelayan itu membalas ucapan Collins dan segera pergi ke dapur.
Seraya menunggu makanan yang tak kunjung datang Collins memecahkan keheningan diantara kita. "Nicole, gue minta maaf sekali lagi yaa.. gue gak maksud buat lo marah kemarin." Ujarnya dengan wajah memelas.
"Udah gue gak mau denger kata maaf. Udah keseringan daripada gue berubah pikiran nih." Jawabku ketus, malas rasanya mengingat hal itu lagi.
"So cute." Ujar Collins melihat wajahku yang sedang marah dan dia mencubit pipiku. Persis Jason .. uh dia lagi?
"Baby, you look so beauty today." Ucap Collins di sela-sela menikmati makanan. Dia tersenyum dan mengarahkan pandangannya ke arahku.
"Ih jangan dilihatin kayak gitu dong, malu." Ucapku menutupi malunya diriku dan pipiku yang sudah seperti kepiting rebus. Collins terkekeh mendengar jawabanku. Ia pun melanjutkan makannya disertai tatapannya yang tak kunjung teralihkan dariku.
Setelah makanannya datang aku segera melahapnya tanpa berbicara sedikitpun. Setelah itu Collins membayar pesanan dan kami keluar dari caffe. "Thanks Collins, gue pulang duluan ya." Ucapku dengan melambaikan tangan kearahnya.
"Eh wait, mau pulang bareng gak?" Tanya Collins.
"Nggak, tadi gue bareng Jason kok." Tolakku secara halus.
"Okay, be careful darling." jawabnya.
"Ukh stop it, ngga usah panggil gue kayak gitu. Jijik tau!" Ucapku berteriak dan segera meninggalkannya.
Aku berjalan menuju kedai kopi tempat Jason dan Millen, mungkin mereka sudah selesai lagipula ini sudah jam setengah sepuluh malam aku harus pulang, gumamku. Namun langkahku terhenti ketika sudah ada beberapa meter dari mereka. Aku mendengar percakapan kecil yang menyangkut pautkan namaku.
"Tapi lo bukannya suka sama Nicole?" terdengar suara disebrang sana.
"Nggak, gue ngga pernah suka sama dia sedikitpun. Dia itu cuma sahabat gue dari kecil, lagi pula orangtuanya tuh rekan kerja papah gue so kami udah deket banget dan ditambah rumah gue disebrangnya. Yaa ngga mungkin gue jauhin dia walaupun dia nempel mulu sih haha. Gue cuma sukanya sama lo Liz, lo mau kan jadi pacar gue?"
Apa yang terjadi sama Nicole?
KAMU SEDANG MEMBACA
A Regret
Teen FictionKenyataannya ada yang lebih menyakitkan dari sekedar cinta bertepuk sebelah tangan. dan sebuah penyesalan yang tak kunjung usai Apakah itu?