60 Seconds

47 6 1
                                    

Berawal dari sebuah restoran makanan China.

Hujan turun cukup deras ketika aku selesai dengan part time-ku dan berencana pergi ke sekolah. Saat itu, karena pagi bekerja, aku masuk di siang hari. Hujan sudah mengguyur kota ini sejak sejam lalu, dan derasnya seolah tak akan pernah berhenti.

Aku cemas. Ini sudah pukul 13.45, lima belas menit lagi aku harus sudah sampai di sekolah. Waktu itu sangat kurang, lagi pula aku harus pergi ke rumah dulu untuk ganti baju dan mengambil tas.

Orang-orang lalu lalang di depanku menggunakan payung berwarna warni. Ada yang hanya satu warna saja, dan ada juga yang memiliki corak seperti corak bunga-bunga. Mereka berjalan dengan tenang tanpa memedulikanku yang sedang cemas tak keruan.

Waktu berjalan lebih cepat dari yang kuduga. Sekarang aku hanya punya waktu sepuluh menit untuk sampai di sekolah.

Tanganku terulur ke depan, merasakan seperti apa derasnya hujan kali ini.

"Ini."

Suara orang asing, berbarengan dengan tidak adanya tetesan air yang jatuh ke tanganku lagi. Apa hujan sudah reda? Cepat sekali, pikirku.

"Nona?"

Oh ya, suara orang asing itu. Mungkin ini ada sangkut pautnya dengan kehadirannya.

Aku segera menoleh.

My eyes that get larger

My lips that open up slightly

My heart rings in my ears

Astaga. Dia tampan sekali.

Ada sesuatu yang beda di hatiku. Di saat dirinya tersenyum, aku bisa merasakan degub jantungku yang bekerja dengan cepatnya. Suatu ketidaknormalan yang tidak kusengaja, dan aku tidak punya riwayat penyakit jantung. Salah satu sel di otak kananku adalah faktor utama kenapa jantungku bisa bekerja sedemikian cepatnya. Ini berkaitan dengan perasaan, ya.. perasaan.

You came into my heart

I don't doubt it

You made my heart flutter and look for you

That first time

"Ini untukmu," ucapnya ringan, dengan suara semerdu alunan biola.

Aku baru sadar kalau dia memegang sebuah payung. Payung itulah yang dia berikan padaku.

Seseorang yang tidak pernah kutemui sebelumnya, dan begitu bertemu di suatu tempat yang tidak terduga, dia memberiku payungnya. Pantaskah aku menerima sesuatu dari orang yang bahkan belum kutahu namanya?

"Jeongmal-yo?"

Bibirnya menyungging senyum lagi. Aku baru sadar, dia memiliki bibir yang sangat tipis dan lembut.

"Ne. Ini untukmu."

Aku masih memandangnya ragu. Antara menerima atau tidak. dan sepertinya dia menyadari arti tatapanku.

"Ah, namaku Byun Baek Hyun. Siapa namamu, nona?"

"Oh! Namaku Park Jung Ah."

"Ini untukmu, Park Jung Ah-sshi. Kau akan pergi ke sekolah, bukan?"

Tanganku tidak jadi bergerak. Pertanyaannya yang terakhir membuatku tertegun. Kenapa dia bisa tahu aku akan pergi ke sekolah. Apa aku terlihat seperti itu?

Dia memindahkan pegangan payung itu ke tanganku. "Tidak ada waktu, Jung Ah-sshi. Cepatlah berangkat."

Belum sempat aku menjawab, dia sudah mendorong tubuhku untuk pergi dari hadapannya. Tangannya melambai, kemudian mengucapkan fighting.

Dia benar, sudah tidak ada waktu lagi. Segera saja aku berlari, menerobos hujan dengan berani bersama payung bercorak strawberry ini. Sebelum berbelok, aku baru sadar kalau melupakan sesuatu. Aku pun berbalik, berusaha mencari bayangannya di antara hujan. Sukurlah, dia masih ada di sana.

"Byun Baek Hyun-sshi! Gomawo!"

Benar atau tidak, kulihat dia tersenyum padaku. Baiklah itu sepertinya cukup untuk hari ini. Aku akan berterima kasih dengan cara yang sesungguhnya nanti setelah aku selesai dengan urusan sekolah.

Sial! Lima menit lagi!

60 seconds is all I need for this story

TBC

My Everything [Baekhyun FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang