The Fact

12 4 0
                                    

Hari ini kami bertemu lagi. Dia mengajakku ke apartemennya. Semua masih sama saat aku berkunjung kemari dua minggu lalu. Entah ini benar atau hanya perasaanku saja, dia terlihat semakin tampan dan... lelah.

"Oppa, kau lelah?"

Dia yang langsung tiduran di sofa langsung memandangku. "Ani. Aku hanya sedikit mengantuk."

Gotjimal. Aku tahu kalau kian hari kian sibuk dengan pekerjaannya. Sekarang dia sudah tidak bisa membohongiku lagi.

"Bagaimana kalau kumasakkan sesuatu?"

Matanya sudah memejam dengan lengan yang menindihnya. Meski begitu dia tetap mengangguk.

Aku segera pergi ke dapur untuk membuatkan sesuatu. Kimchi jjigae mungkin cocok untuk mengurangi rasa lelah. Dengan bahan yang lengkap serta fasilitas memasak yang memadai, tidak ada kendala saat aku memasakkan ini untuknya. Meski aku bekerja di restoran makanan China sebagai koki paruh waktu, tapi aku tidak lupa dengan resep makanan negara sendiri.

Begitu selesai, kubawa masakan itu ke meja makan. Setelah itu beralih menghampirinya. Dia tetap dalam posisi semula. Sepertinya dia benar-benar lelah dan sudah terlelap sekarang.

Aku berjongkok. Memandang wajahnya yang mulus dengan penuh minat. Inilah namja bernama Byun Baek Hyun. Si artis papan atas dengan vocal yang khas, tidur dengan nyaman di apartemennya di temani seorang gadis yang tidak memiliki hubungan darah dengannya. Si angel ku, dimana pertemuan pertama kami karena payung bercorak strawberry. Si terorisku yang gemar memakai fashion serba hitam. Si tampan ini... bukan kakak kelasku. Usianya bahkan terlampau jarak enam tahun denganku. Dia sudah berusia 23 tahun.

Kami saling berpandangan ketika tiba-tiba dia membuka mata. Sudah ketahuan seperti ini mau bagaimana lagi. Ya sudah kubalas saja tatapannya.

"Jung.."

"Ne?"

Dia memiringkan tubuhnya dan semakin lekat memandangiku. "Kau sedang apa? Mengagumi ketampananku?"

Bibirku mengerucut. "Aniyo. Narsis sekali."

Dia tersenyum sambil mengusap-usap rambutku. "Kau cantik."

Sudah pasti pipiku memerah. Akan tetapi aku tidak mau membuang pandangan.

"Andai aku bertemu denganmu lebih awal."

Sepertinya inilah saatnya untuk menanyakan semua.

"Oppa.."

"Ne?"

"Kau EXO?"

Ekspresinya tetap. Tetap tersenyum, tetap memandangku lembut, tetap mengusap rambutku. "Ne."

"Kenapa kau tidak jujur sejak awal?"

Bibirnya terkatup rapat namun tetap tersenyum.

"Kenapa kau melakukan ini?"

Dia masih saja diam.

"Kau berlagak seolah sunbae-ku. Padahal usiamu jauh di atasku dan... payung itu.."

"Aku ingin jatuh cinta. Apa aku egois?"

Aku terkejut mendengar ucapannya itu. "Maksudmu?"

Sekarang ekspresinya berubah. "Bencilah aku, Jung... aku sudah membohongimu."

Dia memang sudah membohongiku. Tapi membencinya.. "oppa.."

Dia beranjak duduk, kemudian menyuruhku duduk di sampingnya. "Aku lelah, Jung. Tidak ada jam istirahat untukku."

"Lalu bagaimana bisa kau punya seragam sekolahku?"

Dia memandangku lekat. "Itu seragam yang pernah EXO pakai sewaktu tampil di acara music."

"Bagaimana dengan kau tahu kalau saat itu aku sedang terlambat ke sekolah?"

Sekarang dia membuang pandangan dariku. "Ceritanya panjang."

"Ceritakan, oppa."

"Aniya... aku.. tidak bisa."

Antara sudah dan belum saatnya. Dia masih tidak ingin aku tahu apa alasan dia melakukan hal sejauh ini. Mungkin dia berpikir, aku akan mengumbar semua alasannya ke public. Bahwa EXO Byun Baek Hyun sedang ingin jatuh cinta dan menyamar sebagai murid SMA kelas 3.

Aku pun menghela napas. Ya sudahlah. Aku tidak ingin menambah lelah di wajahnya.

"Aku memasakkanmu kimchi jjigae. Kalau mau makan silakan saja."

Dia sama sekali tidak berkutik dari tempatnya. "Kau tahu maksud dari 48?"

Aku langsung menoleh.

"Itu adalah angka favoritku."

Terkejut, itulah satu kata yang sedang mendeskripsikan diriku. Namaku di ponselnya... 48? Angka favoritnya?

"Light, adalah kekuatan supranatural yang kumiliki saat baru saja debut sebagai EXO. Awalnya aku tidak suka dengan kekuatan itu, aku menginginkan kekuatan Kai, teleport yang keren. Tapi semenjak bertemu denganmu.."

Sepertinya aku tahu kesimpulannya. Wajah ini sudah pasti memerah.

"Tapi Jung.."

Aku kembali menoleh padanya.

Kami saling menatap dalam diam. Aku baru sadar kantung di bawah matanya semakin besar.

"Jangan miliki perasaan padaku."

Ini seolah ada petir tanpa hujan.

Ini tidak mungkin.

Dia mematahkan hatiku.

Dia menghancurkannya tanpa ampun.

Apa ini artinya... aku memiliki rasa padanya?

Tapi dia baru saja melarangnya..

"Mianhae.." ucapku akhirnya. Kepalaku tertunduk. Rasanya aku ingin mati saja sekarang.

Tiba-tiba saja dia meraih tanganku. Aku langsung menoleh dan mendapati aksinya memukul-mukulkan telapak tanganku ke wajahnya.

"Kau harus bisa, Jung. Benci lah aku. Jebal..."

Matanya memerah sama sepertiku. Makin lama tamparan yang didalangi tangannya sendiri semakin keras. Aku tidak tega, sungguh. Aku tidak mau melukai wajahnya. Aku tidak mau memukulnya.

"Hentikan oppa!"

Tanganku tidak bisa terlepas darinya karena dia begitu kuat mencengkramnya. Kini justru dia memukul-mukulkan tanganku ke dadanya.

"Aku membohongimu kalau aku adalah sunbae-mu. Aku membohongimu kalau aku adalah anggota tim American football. Dan aku tidak mengatakan padamu bahwa aku adalah EXO. Orang sepertiku ini tidak pantas untuk kau sukai, arra?! Aku sudah membohongimu, aku sudah melakukan hal yang kau benci! Kau hanya harus membenciku.."

Bibirku bergetar. Coba bayangkan bagaimana perasaanmu ketika seseorang yang kau cintai, semula ceria seperti anak kecil berubah seperti orang yang begitu menyedihkan. Menyuruhmu membencinya, menyuruhmu memukulnya.. jujur.. aku sendiri tidak bisa.

Aku mengusap air matanya dengan tanganku yang bebas.

TBC    

My Everything [Baekhyun FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang