Hari ini tidak kutemukan lagi batang hidungnya. Dia itu sungguh hebat. Suka sekali menghilang seenaknya. Apa dia tidak tahu kalau aku rindu suaranya? Wajahnya? Matanya? Senyumnya? Dia datang dan pergi begitu saja seperti hantu.
Hari ini aku pulang agak malam. Pukul setengah delapan baru keluar dari kelas. Seo seonsaengnim memberi jam tambahan di kelasku untuk remedial ulangan harian minggu kemarin. Nilai bahasa Inggris-ku sangat buruk, jadi aku pasti selalu mengikuti remedial. Pulang sedikit malam seperti ini membuatku kesal. Hanya segelintir siswa yang pulang dengan jalan kaki, tapi tidak ada satupun di kelas remedial tadi.
Aku berjalan sendiri berpayungkan langit malam, menggigil akibat angin yang terus-terusan berhembus. Jalan di sekitar sekolah ini lengang sekali. Aku harus waspada kalau kalau..
"Nona?"
Oh? Itu tadi suara siapa? Apa dia berjalan di belakangku? Apa yang akan dia lakukan?
Aku memilih mempercepat langkah untuk mengantisipasi hal-hal buruk.
"Oey nona!"
Aish!! Kenapa dia terus memanggilku sih?
Aku langsung berlari tanpa aba-aba. Sialan orang itu, malam-malam begini menyuruhku berlari. Hampir saja aku sampai di perempatan, di mana ketika menyebrang ke gang lain aku sudah bisa melihat rumahku.
TIIIN!
"AAAA!"
BRUK!
Mobil itu melintas dengan santainya di saat aku terjatuh ke belakang, menindih tubuh seseorang. Ah, apa orang yang memanggilku tadi yang menyelamatkanku?
"Oppa.."
Dia tersenyum memandangku. Napasnya terengah-engah dengan wajah sedikit pucat. Dia memakai style teroris lagi, semua serba hitam kecuali bagian mata.
Aku pun segera bangkit kemudian membantunya berdiri. "Jadi itu kau yang memanggilku tadi?"
Begitu dia sudah berdiri di sampingku, dia melepaskan maskernya. "Eoh. kenapa kau berlari, uh?"
"Kupikir kau orang jahat. Kau sendiri kenapa tidak memanggil namaku?"
"Kupikir kau orang lain. Aku rencananya ingin bertanya keberadaanmu kalau ternyata kau adalah orang lain."
Kami berpikir hal yang sama.
Kami saling berpandangan.
"Mianhae," ucapnya.
"Kenapa minta maaf?"
Kepalanya tertunduk. "Aku tidak datang tadi sore. Mian."
Aku sudah memaafkanmu sejak awal kau menghilang, oppa.
"Gwaenchanha. Lalu sekarang kau kenapa di sini?"
Dia mengangkat kepala, menatapku. "Tentu saja ingin melihatmu. Ini sudah malam, bagaimana kalau ada orang-orang jahat yang menculikmu?"
Dia berbicara seperti itu seolah-olah dia memiliki kewajiban untuk menjagaku. Miris, dia bukanlah siapa-siapa kecuali teman.
"Dasar gombal. Rumahku limapuluh meter lagi."
"Oh? Jinjja? Ya sudah, cepat pulang."
"Keurae, kau juga, oppa."
"Ani. Aku akan menunggu di sini sampai kau di rumah."
"Andwae. Ini sudah malam."
"Ck. Di sini yang harus dikhawatirkan itu adalah kau. Sudah sana cepat. Lihat jalan, arra?" dengan paksa dia memutar tubuhku lalu mendorongnya pelan. Akhirnya mau tak mau aku menurut. Aku melangkah dengan cepat agar dia bisa segera pulang. Begitu sampai di depan rumah, aku menyempatkan diri menoleh ke tempatnya berada. Dia masih di sana. Memandangiku sambil melambai.
"Oppa.. jaljayo.."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Everything [Baekhyun FF]
FanfictionAku ingin menjadi cahaya yang selalu menerangi jalanmu, bukan lagi orang yang selalu menghilang dan datang tiba-tiba seperti kekuatan milik Kai. --Byun Baekhyun *sudah pernah di post di blog ^^