part eleven

103 1 0
                                    

Bukannya langsung pulang. Cinta justru malah meminta sang sopir untuk mengantar nya ketaman kota. Sepertinya ia butuh suasana tenang untuk memberinya waktu berpikir sejenak. Dan ia yakin ia tidak akan memilikinya seandainya ia langsung pulang kerumah.
Sambil duduk diam diatas kursi taman sendirian pandangan cinta terarah lurus kedepan. Kosong. Ia juga bingung dengan apa yang ia rasakan sekaligus apa yang harus ia lakukan. Ingatannya melayang entah kemana. 

Entah sudah berapa lama cinta terdiam di sana. Yang ia tau ia masih belum menemukan jawaban tentang apa yang harus ia lakukan.

“Cinta?. Ini beneran elo kan?. Syukurlah akhirnya gue nemuin loe juga."

Cinta yang sedari tadi menunduk segera mendongakan wajahnya. Merasa tak percaya pada penglihatannya saat mendapati Rangga yang berdiri tapat di depannya dengan pandangan khawatir sekaligus lega.

“Leo kemana aja. Gue khawatir banget. Gue udah cari loe sampe kemana – mana. Bahkan gue sampe datang kerumah temen loe. Tapi loe nya nggak ada. Loe baik – baik aja kan?”

Pertanyaan yang kembali berhasil ditangap telinganya menyadarkan cinta kalau ia tidak sedang bermimpi. Saat ini Rangga memang sedang berdiri dihadapannya.

“Rangga, kenapa loe ada disini?” tanya cinta setelah berhasil mendapatkan pita suaranya kembali.

“Kenapa gue ada disini?. Harus nya gue yang nanya. Loe tau nggak si, gue udah nyari loe kemana – mana. Gue beneran khawatir sama loe. Tapi loe malah...... hufh...” Rangga tidak melanjutkan ucapannya saat menatap wajah pucat cinta yang juga sedang menatapnya. 

“Oke gue antar loe pulang loe sekarang” ajak Rangga akhirnya sambil meraih tangan cinta.

“Nggak usah” Balas Cinta sambil menepis tangan Rangga.

“Apa? Cinta loe liat donk keadaan loe sekarang. Wajah loe pucat gitu. Mending sekarang loe pulang” Bujuk Rangga melembut.

“Gue memang mau pulang kok” sahut cinta sambil bangkit berdiri. “Tapi nggak sama loe. Gue bisa pulang sendiri” sambung cinta menambahkan. Tanpa kata ia segera melangkah melewati Rangga yang menatapnya bingung.

“Cintam tunggu dulu” tahan Rangga sambil kembali meraih tangan cinta. 

Cinta berusaha untuk melepaskannya tapi gagal. Selain karena kondisinya yang lemah juga tenaga Rangga terlalu kuat. Akhirnya ia menyerah. Berbalik menatap kearah Rangga.

“Cinta, loe kenapa?” Tanya Rangga lembut. “kalau loe emang ada masalah loe kan bisa cerita sama gue."

“Memangnya siapa elo?” balas cinta sinis.

“Leo nggak lupa kan kalau gue ini pacar loe?” balas Rangga setengah bercanda.

Cinta menoleh. Menatap lurus kearah Rangga yang kini tersenyum manis padanya.

“Pacar Gadungan” tambah cinta sambil menunduk. Menghindari tatapan Rangga.

“Cinta....”

Rangga tidak jadi melanjutkan ucapannya saat mendapati kebisuan cinta saat ini. Mendadak bingung dengan apa yang harus di lakukannya.

“Gue akan pulang. Tapi gue pulang sendiri” Cinta buka mulut sebelum kemudian berniat berbalik pergi. Tapi Rangga sama sekali tidak melepaskan gengamannya.

“Gue bilang gue yang nganterin loe!” kata Rangga lirih namun tegas.

“Cukup Rangga. Please, berhentilah berpura – pura seolah-olah loe peduli sama gue” pinta Cinta lirih.

“Apa?! Pura – pura?” ulang Rangga yang merasa tidak yakin dengan apa yang di dengarnya barusan.

“Iya. Berhentilah bersikap seperti mereka. Seolah – olah perduli tapi pada kenyataanya tetap meninggalkan gue sendiri. Berhentilah bersikap seperti mama yang bilang akan terus bertahan tapi tetap membiarkan gue berjuang sendirian. Berhentilah bersikap seperti kak rio kalau pada akhirnya juga tidak mampu bertahan dan meninggalkan gue lagi lagi harus menghadapi ini semua sendirian. Dan berhentilah menjadi pacar gue kalau memang tiada cinta diantara kita."

Ketika cinta harus memilihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang