Part five

124 2 0
                                    

Bukannya langsung pulang, Aldi justru malah ntrakir Cinta makan. Sambil makan mereka tak henti mengobrol. Dan Cinta baru menyadari satu hal. Ternyata Aldi orang nya asik. Anaknya nyambung di ajak ngobrol. Beda banget sama Rangga yang biasanya hanya terlihat sopan jika ada orang lain di sekelilingnya.-,- 

"Oh ya, Abis ini loe mo kemana?" tanya Aldi lagi.

"Gue langsung pulang aja deh."

"Gimana kalau kita jalan dulu."

"Lain kali aja ya. Soalnya ini udah sore. Atau kalau nggak biar gue pulang sendiri aja" tolak Cinta halus sambil melirik jam yang melingkar di tangannya. Pukul 5 kurang seperempat. Hatinya langsung terasa was - was. Ia baru sadar kalau sekarang sudah sore. Sebentar lagi pasti papanya pulang.

"Nggak bisa gitu juga donk. Tadi kan gue bilang pengen nganterin loe pulang."

"Kalau gitu kita bisa langsung pulang sekarang gak?"

"Bisa sih. Tapi kenapa si, kok tampang loe jadi kayak orang cemas gitu?"

"Gak kenapa - napa. Ayo kita pulang" elak Cinta sambil beranjak bangun. Walaupun masih sedikit heran tapi Aldi milih diam dan tidak berkomentar apa - apa.

Sesampainya di depan rumah dengan cepat Cinta keluar dari dalam mobil, sedikit basa - basi pada Aldi sebelum kemudian ia berlalu pergi.

"Hufh.... Untung saja" Cinta tampak menghebuskan nafas lega saat melirik ke dalam pelataran rumahnya. Mobil papanya belum terlihat itu artinya ia selamat. Nggak kebayang deh kalau seandainya papanya tau ia pulang diantar cowok.

"Baru pulang Cinta"...

Cinta terlonjak kaget. Langsung menoleh. Heran saat mendapati Rangga yang duduk di atas motorya diseberang jalan tak jauh darinya dengan tatapan tajam yang jelas terhunjam padanya. Mungkin karena sedari tadi ia mengcemaskan papanya sampai - sampai ia tidak menyadari kehadiran Rangga.

"Rangga, kok loe ada di sini?" tanya Cinta beberapa saat kemudian.

"Harus nya gue yang nanya. Kenapa loe tadi pulang duluan tapi baru jam segini sampai kerumah?" tanya Rangga datar.

"He?Itu bukan urusan loe kan?" balas Cinta.

Dan ia dengan susah payah menelan ludahnya sendiri yang terasa pahit saat mendapati tatapan Rangga yang mengintimidasinya. Oke, baiklah. Sepertinya selain tidak bisa berkata 'tidak' ia juga harus mengakui satu hal lagi bahwa ia tidak akan pernah menang melawan tatapan tajam Rangga.

"Karena loe tadi lama, ya udah gue pulang nya bareng Aldi. Kebetulan tadi dia nawarin diri nganter gue" sahut Cinta akhirnya.

"Jadi gitu. Kalau ada siapapun yang nawarin diri buat ngantar loe, loe dengan gampangnya langsung ngikut?"

"Apa?!" Tanya Cinta setengah berteriak. Bohong banget dia kalau bilang tidak tersinggung mendengar kalimat pedes Rangga barusan.

"Loe pikir gue cewek gampangan?" geram Cinta. Rangga tidak membalas. Hanya melemparkan tatapan mencibir.

"Eh denger ya, Gue mau pergi sama siapa pun itu bukan urusan loe!" Tambah cinta lagi. Dan sebelum mulut Rangga terbuka ia sudah terlebih dahulu menambahkan.

"Dan untuk masalah setatus pacaran kita. Itu hanya sandiwara di hadapan orang - orang sebagaiman elo yang hanya bersikap baik sama gue jika ada orang lain. Jadi berhenti mencapuri urusan pribadi gue."

"Cinta...."

Cinta dan Rangga langsung menoleh. Dan jantung Cinta terasa seperti berhenti berdetak saat menapati papanya berdiri tak jauh darinya.

Ketika cinta harus memilihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang