part fourteen

92 2 0
                                    

Sesungguhnya aku tak rela, melihat kau dengannya
Sungguh hati terluka
Cukup puas kau buat diriku, Merasakan cemburu
Kembalilah kepadaku

Rangga sedang sibuk membereskan kamarnya ketika Hape nya tiba – tiba bergetar. Dengan segera diraihnya benda mungil tersebut. Sedikit mengernyit heran saat membaca id callernya. Cisa?. Ada apa dia menelponnya?.

Tak ingin bermain – main dengan argumennya sendiri Rangga segera menekan tombol hijau.

“Halo?....... Oh iya. Lagi di rumah nie...... Nggak ngapa – ngapain kok, kenapa?...... Ketemuan?, Sekarang?...... baiklah. SMS alamatnya. Lima menit lagi kakak sampe kesana."

Setelah mematikan panggilannya, Rangga terdiam sejenak. Cisa memintanya untuk bertemu? Kenapa?. Tapi, Kalau di pikir – pikir ia juga sebenernya berniat untuk menemui gadis itu. Ia harus memastikan perasaannya. Ia tidak ingin menjadi seperti yang Fadly katakan. Baru menyadari betapa berartinya seseorang justru setelah kehilangan.

Rangga segera berganti baju, Tak lupa tangannya menyambar kunci yang tergeletak di meja. Setelah di rasa penampilannya sudah oke ia segera melangkah keluar Rumah. Mengendarai motornya kearah Kaffe lestari. Tempat yang di SMS Cisa untuk bertemu dengannya.

Begitu sampai di tempat yang di tuju Rangga segera memarkirkan motornya. Dengan cepat ia melangkah masuk dan langsung menuju ke bangku nomor 13 ketika matanya telah menemukan sosok Cisa yang sedang melambaikan tangan. Sebagai isarat agar ia segera menghampiri.

“Sorry ya. Nunggu lama."

“Nggak kok. Ya udah kakak duduk dulu. Sekalian kakak mau pesan apa?” Kata Cisa mempersilahkan.

“Jus Alpukat aja deh” kata Rangga kearah pelayan Kaffe yang berdiri disampingnya.
Setelah basa – basi untuk beberapa saat akhirnya Cisa berniat untuk langsung mengatakan alasannya kenapa ia meminta Rangga untuk menemuinya.

“Oh ya, kak Rangga. E... Cisa sengaja minta kakak kesini soalnya ada yang pengen Cisa ceritain sama kakak."

“Apa?” Tanya Rangga sambil mengaduk – aduk jusnya.

“Cisa mau bilang ma kasih sama kakak karena kakak udah mau menghibur Cisa waktu kemaren Cisa sedih karena harus putus sama pacar Cisa."

“Oh soal itu?. Nyantai aja lagi” balas Rangga Sambil tersenyum tulus.

“Tapi kak...?”

“Tapi?” kening Rangga berkerut karena Cisa tampak ragu untuk melanjutkan ucapannya.

“Karena kakak telah berjasa menghibur Cisa kemaren makanya Cisa mau kakak juga jadi orang pertama yang mendengar berita ini."

Rangga tidak menjawab. Ia masih terdiam. Di hentikannya aktivitas mengaduk – aduk minuman. Menantikan kelanjutan dari ucapan gadis itu.

“Berita Apa?” tanya Rangga Karena Cisa sepertinya benar – benar tidak yakin.

“Alvin datang kerumah. Dan dia ngajak balikan."

Mendengar itu Rangga langsung mengangkat wajahnya. Merasa tidak percaya akan kalimat yang baru saja di dengarnya. Matanya menatap lurus kearah Cisa yang kini tersenyum kearahnya. Rangga mencoba mengingat nama itu dengan cepat. Alvin?. Kalau tidak salah dia kan mantannya Cisa.

“Maksut loe?” tanya Rangga mencoba menjaga nada bicaranya agar terdengar datar.

“Ehem... Sebenarnya gini. Kemaren Alvin datang kerumah. Dan dia minta kita balikan. Dia ngeyakinin Cisa untuk tetap jadi pacarnya. Dia juga nggak masalah kalau harus LDR-an."

“Terus loe jawab apa?” tanya Rangga langsung.

“Jujur aja kak, Cisa merasa sedih waktu kemaren harus putus hanya karena masalah jarak. Cisa takut, waktu Cisa nggak ada disampingnya dia akan berpindah kelain hati. Makanya Cisa nggak terlalu banyak berharap dan justru memilih putus."

Ketika cinta harus memilihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang