Jantung cinta berdetak cepat saat mobil yang di kendarai berhenti di depan sebuah rumah yang tak terlalu besar. Matanya menatap kearah pintu rumah yang tetutup. Mungkinkah di balik pintu itu ia akan bertemu dengan orang yang selama ini di cari dan di rindukannya?.
“Cinta, ayo . Kita sudah sampai” Ajakan pak Alvino yang membukakan pintu mobil menyadarkannya. Sambil tersenyum kikuk ia mengangguk. Berjalan di belakang pak alvino menuju kerumah.
Begitu sampai didepan pintu Pak alvino tampak berjongkok di dekat vas bunga. Mengambil kunci yang terselip disana.
“Dia memang sengaja menyembunyikan kunci rumahnya di sini. Karena aku memang sering mampir kesini”.
Cinta hanya mengangguk dalam diam. Sama sekali tidak berkomentar.
Setelah mempersilakan cinta duduk ia segera permisi kebelakang. Untuk membuat air minum. Tidak lupa ia mejelaskan pada cinta untuk menunggu karena sepertinya sang pemilik rumah yang ingin di temui masih belum pulang. Mungkin sebentar lagi.
Sambil menunggu cinta menatap kesekeliling. Menatap foto yang tampak terpajang di dinding dan diatas meja. Matanya tertuju kearah sebuah foto dengan freame warna biru. Fotonya yang sedang tetawa sambil menikmati eskrim berdua di sebuah taman. Tampa sadar bibirnya tetarik membentuk sebuah lengkungan melihatnya.
Lima menit sudah pak alvino berada di dalam. Cinta menunggu dengan harap – harap cemas. Ketika pintu depan terbuka ia segera menoleh. Menatap lurus kearah seseorang yang baru masuk yang kini juga sedang menatapnya intens. Kedua tangannya terlihat mengucek – ucek matanya. Takut kalau semua itu hanya mimpi. Setelah yakin itu semua nyata dengan cepat ia berjalan kerah Cinta dan berhenti tepat di hadapannya.
“Cnta?”
Saat bibir itu berucap dengan cepat Cinta bangkit berdiri. Memeluk sosok yang berdiri didepannya dengan erat. Air matanya sudah menetes entah sejak kapan. Dengan susah payah mulutnya terbuka.
“Kak Rio....”
Alvino menghentikan langkahnya. Membatalkan niatnya untuk langsung kedepan mengantarkan minuman yang sudah di buat saat mendapati pemandangan yang ada di hadapannya. Diam – diam ia ikut tersenyum bahagia. Akhirnya Adiran, Rio Adrian, sahabat karbinya kini sudah menemukan Cinta. Adik kandungnya yang selama ini di carinya. Tak ingin mengganggu keduanya Alvino kembali ke belakang. Membiarkan keduanya untuk menikmati pertemuan mereka kembali.
*** Ketika cinta harus memilih ***
Setelah terlebih dahulu menarik nafas sejenak dan menenangkan detak jantungnya yang berdebar dengan keras Rangga mengetuk daun pintu yang tertutup itu. Menunggu beberapa detik. Detak jantungnya makin keras ketika mendengar langkah kaki yang mendekat. Sedikit lega saat mendapati senyum di wajah wanita paruh baya yang kini berada di depannya.
“Rangga?”
“Pagi tante?” Sapa Rangga sambil menunduk hormat.
“Oh, pagi."
“E....Cinta nya ada kan tante?. Rangga ke sini mau menjemput buat berangkat kuliah bareng” Kata Rangga lagi.
“Cinta?. Dia kemaren minta izin sama tante untuk menginap di rumah temannya karena ada tugas kuliah yang harus di selesaikan. Memangnya dia nggak cerita sama kamu.”
“Ha?” Rangga kaget. Tapi beberapa saat kemudian ia kembali berusaha bersikap biasa – biasa saja. Tak ingin terlalu menarik perhatian wanita itu.
“Gitu ya tante. Tapi Cinta memang nggak bilang”
Kening mama Cinta tampak berkerut bingung.
“Kalau gitu Rangga pamit dulu aja tante. Soalnya Rangga juga harus kuliah” Pamit Ranga.
![](https://img.wattpad.com/cover/107150994-288-k60855.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika cinta harus memilih
Fiksi RemajaCinta berlalu di hadapan kita terbalut dalam kerendahan hati Tetapi kita lari darinya dalam ketakutan Atau bersembunyi dalam kegelapan Atau yg lain mengejarnya Untuk berbuat jahat atas namanya ~khalil gibran~.