14. Yay or Nay

2.6K 164 17
                                    

"Kevin!" Mila berteriak sambil melambaikan tangannya saat melihat Kevin keluar dari kantornya bersama Herman dan beberapa temannya.

Kevin heran kenapa bisa bocah ajaib itu ada di depan kantornya tanpa kasih tau.

Kevin melihat jam tangannya, memang sudah lebih dari 1 jam dari jam pulang kerja Mila.

"Kok bisa di sini?"

Mila mengangguk.

"Gue pengen eskrim" Mila menampakkan senyum manisnya seperti anak kecil, membuat Kevin gemas.

Kevin terkekeh,"yaudah yuk"

Kevin sedikit curiga karena biasanya Mila pulang dengan Adi, dan sekarang tiba-tiba Mila menunggunya di kantor.

Masih berantem nih kayaknya, pikir Kevin.

.

.

Mila menikmati eskrim ketiganya sekarang, Kevin saja masih belum menghabiskan 1 porsi eskrimnya. Dan sekarang Mila sudah porsi ke 3. Luar biasa.

Kevin masih memandang Mila bingung.

"Lo ga kembung?"

Mila menggeleng.

Kevin terkekeh melihat eskrim yang belepotan di wajah Mila. Ia membersihkan sisa eskrim di sekitar bibir Mila dengan tisu. Tiba-tiba Kevin menyadari sesuatu dan itu buruk.

"Mil, jangan bilang elo...." Kevin menggantungkan kalimatnya.

Mila menatap Kevin datar kemudian mengangguk lemah.

"Astaga" lirih Kevin kemudian pindah tempat duduk di samping Mila.

Ia membawa Mila ke dalam pelukannya. Mila bener-bener ga waras sekarang, hal gila ia lakuin sekarang.

Mila terisak di dalam pelukan Kevin.

Flashback

"Maaf" Mila menyerahkan cincin tunangannya ke Adi.

Adi menatap kosong cincin di atas meja. Ia tidak habis pikir Mila melakukan ini, mengambil keputusan gila ini.

Dan disini, Adi sadar rasa cinta Mila ke dia tidak lebih besar dari rasa cinta hidup dia di Jakarta. Bukan masalah personal, tapi ini lebih ke kebiasaan, tempat, dan keluarga.

Mila ga bisa ninggalin semua yang ada di Jakarta untuk Adi.

Adi berusaha ikhlas. Bohong kalo dia tidak sakit hati.

"Aku bisa tolak kerjaan aku di Jepang, dan kita bakal tetep menikah dan tinggal di Jakarta" ucap Adi berusaha tersenyum.

Ia masih ingin melanjutkan hubungannya dengan Mila.

Mila menggeleng lemah, tersenyum walau terlihat tidak tulus.

"Jangan buang kesempatan Di"

"Tapi ini sama aja aku buang kesempatan buat dapetin kamu di hidup aku"

Ya, ia meraih karir suksesnya tapi ia membuang perempuan terbaiknya.

Adi ikhlas membuang karirnya demi Mila.

Mila menggeleng,"kalo kamu milih aku, kamu bakal dipecat. Kamu ga bakal dapet apa-apa"

"Aku bisa cari kerjaan lain"

"Justru itu, kamu udah bangun karir kamu sekarang susah payah dan aku ga mau jadi penghancur kesuksesan kamu. Kamu bakal dapet yang lebih baik"

Friend, Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang