One Song For You

256 11 1
                                    

Kursi-kursi yang tersusun rapi telah penuh terisi dengan wali siswa dan siswa itu sendiri. Orang-orang memenuhi aula SMA Widya Guna Dharma. Namun kursi di depan panggung masih belum terisi. Yaca mengintip dari samping panggung, namun kursi itu masih kosong. Ia mulai gelisah, bisa saja kedua orang tuanya tak datang karena urusan mendadak di kantor. Yaca menepis pikiran itu, membuang jauh-jauh agar ia tetap fokus. Ia menarik nafas panjang lalu ia hembuskan perlahan. Ia mengembangkan senyuman kembali, dan berbalik ke ruang ganti.

Lika juga mengisi acara dengannya, gadis itu mengiringi Yaca dengan alat musik yang sangat ia sukai. Sedangkan Yaca menyanyi sambil memainkan piano. Yaca tersenyum saat melihat Lika mulai menggesek senar biolanya untuk berlatih. Senyuman bertengger di bibirnya yang mungil. Lalu ia menipiskannya.

"Nyanyi yang bagus ya Ca."

"Pasti bagus dong Dit. Gue pastiin loe naksir ama gue.  Hehehe."

"Oke. Kita bukti in aja. Oh ya loe mau nyanyiin lagu apa?"

"Entar juga loe tahu." Ujar Yaca dengan senyum mengejek.

Adit hanya membalas dengan cengiran khas miliknya. Yaca menggelitik tubuh Adit karena cowok itu tak henti-henti melayangkan cengiran maut yang mampu membunuh cewek dan membekukan hati cewek yang melihatnya.

Suara Mc sudah terdengar keseluruh penjuru sekolah. Hingar bingar penonton yang tak sabar menyaksikan semua pertunjukan pensi tak dapat dibendung. Teriakan yang memekakkan telinga. Namun keadaan itu semakin meriah saat team cheerleaders menaiki panggung. Semua penonton sangat antusias menyambut penampilan mereka. Team yang terkenal di sekolah dengan prestasi yang mampu mereka buktikan.

Yaca melihat kedua orang tuanya duduk mengisi bangku VVIP yang disiapkan oleh sekolah di depan panggung. Yaca tersenyum senang dan semangatnya semakin menggebu. Biarlah ia memiliki julukan lazy girl asalkan ia membuktikan kemampuannya. Yaca melambai kearah papa dan mama yang membalas lambaian tangannya.

"Nyokap sama bokap loe datang juga ya Ca. Gue pikir mereka nggak bakalan dateng."

Yaca tersenyum senang sambil memandang ke dalam mata Adit. Lika juga memberi sebuah tepukan hangat di pundaknya.  Tak seperti yang ia pikirkan, kedua orang tua yang ia sayang ternyata lebih menyayangi dirinya. Wajah Yaca semakin sumringah saat ada yang datang memberinya sebuah kotak. Ia membuka kotak tersebut, ada sepucuk surat dan sebatang coklat. Seperti yang ia harapkan, namun ia sedikit aneh. Siapa yang memberi ia hadiah ini?

"Cie... Dapat present ya? Pasti dari penggemar rahasia nih?"

Yaca hanya mengernyitkan keningnya. Ada yang sedikit mengganjal di hati kecil Yaca. Ia selama ini tak pernah memiliki penggemar rahasia. Lalu siapa orang ini? Tapi ia tak mau ambil pusing. Ia langsung menaruh kotak itu kedalam tas hitam miliknya. Ia tak ingin membaca sepucuk surat itu disini. Terlebih ada Lika yang memiliki mulut gembor yang sering mengumbar sebuah rahasia untuk menjatuhkan moodnya.

"Lika giliran kita tampil kedepan!"

Yaca semakin semangat saat namanya dan Lika di panggil oleh Mc menuju panggung. Lika juga tampak bersemangat. Bagaikan berkobar api dalam diri kedua gadis itu. Semangat empat lima mengalir, wajah mereka cerah secerah pagi ini.

Lika mulai memainkan tangan untuk  memulai menggesek senar biolanya. Alunan senar biola yang diisi instrumen dari piano semakin mengisi suasana. Membuat semua insan merinding mendengarnya. Tat kala Yaca yang memejamkan mata sambil menggerakkan jari jemari lentiknya diatas keyboard piano, menghayati permainan biola milik Lika dan juga permainan nya. Yaca Mengambil nafas dan mulai menarik suara, menghipnotis semua penonton diawal penampilan.

I always needed time on my own
I never thought I'd need you there when I cry
And the days feel like years when I'm alone
And the bed where you lie
Is made up on your side

Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang