Kapan Cinta itu Datang?

61 3 0
                                    

Happy reading ya
Dont forget to vote and comments
Jangan bosan untuk terus ikuti kisah Yaca dan teman-teman
Makin seru
Salam dari penulis amatir
😃🙏🙏🙏😀

O(≧∇≦)O

Yaca bersenandung kecil sambil mengayunkan kakinya di pinggir balkon. Hari yang cerah, namun tak secerah Yaca yang tengah beristirahat dari kesibukan mengerjakan berkas-berkas kantor. Cewek itu memandang ke bawah dan menemukan sosok Reyka yang sedang bermain basket. Huh, padahal Yaca sangat ingin berpartisipasi dalam permainan itu. Ia sangat ingin mencoba bagaimana menjadi lawan Reyka dalam permainan itu. Tapi ia harus menahan diri dan hanya bisa menghela napas, ia tidak bisa meninggalkan tumpukan berkas yang harus di serahkan besok. Mengingat untuk mengerjakan itu semua sangat singkat. Ingin mengeluh pada papa tapi hanya dalam angan saja, ingin berhenti tapi ia dapat gaji juga. Yaca tersenyum ketika mengingat pertama kalinya ia mendapat gaji dari hasil kerjanya sendiri. Saat itu ia membelikan mama dan papa sebuah jam tangan couple. Ketika menerawang jauh ke masa itu, tiba-tiba Bayu hadir dengan dua botol minuman dingin. Cowok itu duduk disamping Yaca kemudian menyodorkan Yaca air mineral.

Hampir setiap waktu Yaca habiskan bersama Bayu, dan selama itu ia seperti telah beda haluan dengan Lika dan Adit. Sebenarnya Yaca menyadari keadaan diantara mereka berempat. Tapi Yaca hanya diam saja, tak usah menanggapi hal semacam itu. Ia harus fokus dengan apa yang ia hadapi, terlebih menghadapi Alexa yang mulai waspada karena ia terlihat mendekati Reyka. Entah atas alasan apa, Yaca memulai semua itu? Yaca tersenyum dalam hati, memikirkan wajah Reyka saat ia mengatakan pada Reyka agar melupakan kejadian buruk yang ia alami malam itu. Tapi tiba-tiba ia merasa kesal, Yaca meremas botol mineral yang ia genggam. Ketidak sadaran Yaca meremas botol membuat Bayu bingung. Apakah ada yang salah?
"Lo kenapa Ca?" Tegor Bayu, namun hanya ditanggapi gelengan kecil oleh Yaca.

Cewek itu menyadarkan diri dari bayangan waktu itu. Yaca menatap Bayu yang masih menunjukkan wajah bingung. Dengan spontan Yaca mencubit pipi Bayu, membuat cowok itu semakin kebingungan ditambah perasaan lain yang tak karuan.

"Bayu, coba lo senyum." Pinta Yaca, Bayu hanya menuruti keinginan cewek itu.

Ketika tersenyum, lesung pipi Bayu yang dalam terlihat. Bayu terlihat semakin tampan dengan hiasan itu di pipinya. Yaca tak mau mengalihkan pandangan dari pipi Bayu.

"Ada apa sih Ca?"

"Nggak kok, cuma iseng. Oh ya, gue juga butuh hiburan. Habisnya kerjaan pada numpuk gitu. Mana besok lagi di serahinnya. Puyeng gue."

"Jangan ngeluh, kan ada gue."

"Makasih ya Bayu. Lo emang temen plus bodyguard gue yang paling baik."

"Udah jangan muji gue. Ayo, kerjain lagi. Entar kalau nggak selesai gimana? Lo entar malam pasti ngelembur."

"Iya-ya, masa muda gue yang berharga." Yaca menghela napas kemudian beralih tempat ke tumpukan berkas-berkas di dekat dinding.

Yaca mulai mengerjakan berkas-berkas di hadapannya, begitu juga Bayu yang ikut membantu Yaca menyelesaikan itu.

Waktu terus berjalan tanpa sadar bel masuk telah berbunyi nyaring. Yaca membereskan pekerjaannya yang belum selesai. Jelas malam ini ia akan lembur, Yaca menepuk jidatnya. Kapan ia akan segera lulus agar tidak terlalu terbebani seperti ini? Seakan tahu apa yang dipikirkan oleh Yaca, Bayu menepuk bahu cewek itu pelan kemudian merebut lembaran kertas yang dibawa oleh Yaca. Sebagai orang yang dekat dengan Yaca, Bayu mulai mengerti karakter Yaca dengan baik. Namun, terbersit rasa kasihan pada cewek ini. Dulu ketika Bayu memasuki kelas pertama kali di sekolah ini, ia bisa melihat bagaimana fokusnya Yaca terhadap novel yang cewek itu baca. Dan sekarang Yaca mengganti hobinya dengan membaca laporan dan lain sebagainya yang berkenaan dengan masalah bisnis. Untuk kesekian kali, Yaca kembali menghela napas. Wajah cewek itu mengeruh, wajahnya malas seketika sampai-sampai ia juga malas mengangkat kaki menuju kelas. Yaca hanya bisa memaksa diri untuk melangkah setelah melihat Bayu semakin jauh di depannya. Cewek itu melayangkan pikirannya jauh ke belakang, mengulang kembali hari-hari yang telah ia lalui dengan berbagai persoalan yang menghadang. Saat ini juga ia semakin menghindari Alexa agar cewek itu tidak menggunjing-gunjingkan mengenai alergi yang ia derita. Yaca juga mulai menjauh dari Lika dan Adit yang terlihat tak pernah berpisah. Ia tidak ingin ikut campur dengan kedua sahabatnya itu. Ia lebih memilih untuk fokus meniti karir di masa mudanya ini. Sedikit demi sedikit ia mulai menyadari peranan yang ia ambil yang sebelumnya tidak ia sukai sama sekali. Walau sampai hari ini ia masih merasa ragu dengan keadaan yang ia jalani.

Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang