Happy reading
Dont forget to vote and comments
Semoga cerita ini
Dapat menghibur
Salam dari penulis
😊🙏🙏🙏😃O(≧∇≦)O
Sore pukul 15.40 WIB. Yaca dan Bayu melesat ke kantor, setelah izin kepada guru piket dan guru yang mengajar siang tadi. Yaca juga meminta Lika untuk duduk dengan Alya. Ia tahu bahwa Lika tidak bisa berdiam diri begitu juga dengan Alya yang cerewet karena Gina tidak masuk dan akhirnya cewek itu duduk sendiri.
Sudah empat minggu Yaca terjun bebas di dunia perbisnisan, selama itu pula ia begitu sibuk dengan berkas-berkas kantor. Dan kemarin ia diberi libur untuk tidak mengerjakan dan memikirkan masalah kantor, tapi sekarang papa kembali membuat ia harus menghela napas ratusan kali. Yaca memandang ke luar mobil, mungkin ini adalah takdirnya. Ia harus membagi pikiran antara sekolah dan bisnis. Apakah tidak keterlaluan ini namanya? Ia masih sekolah dan tidak, tidak, tidak, dan tidak pantas ikut terjun ke dunia seperti itu.
"Loe kenapa Ca?"
"Nggak kenapa-kenapa kok gue, Yu. Loe fokus aja ama kemudi."
"Tapi jangan ngelamun gitu dong Ca. Gue khawatir tahu nggak."
"Makasih ya Bayu, loe udah khawatir sama gue."
Suasana kembali hening setelah Yaca memalingkan wajahnya. Yaca berpikir apa yang akan ia temui di kantor nanti. Yaca menghela napas, ia cukup takut untuk menginjakkan kaki di perusahaan papa. Ia mengingat bahwa tatapan orang-orang yang tidak menyukai dirinya, seperti harimau yang hendak menerkam kelinci kecil. Dan apa maksud papa memanggil dirinya ke kantor? Bukankah mereka bisa berbincang di rumah? Atau ada rapat lagi?
Mobil honda jazz putih milik Yaca menepi di parkir sebuah perusahaan. Yaca keluar dari mobil dengan dikawal oleh Bayu, kedua remaja ini menjadi pusat perhatian. Mungkin karena seragam yang masih melekat di tubuh mereka. Beberapa orang menghormati keberadaan Yaca dengan menundukkan kepala, beberapa orang lagi tersenyum ramah, dan beberapa orang yang lain hanya menatap malas bahkan ada yang berbisik-bisik. Yaca melangkah ke ruang papa dengan bersikap biasa seperti biasanya. Ia tidak menunjukkan sedikitpun ekspresi di wajahnya, hanya ada wajah datar dan terkesan angkuh dan sombong. Tapi Yaca tidak ingin ambil pusing mengenai ekspresi apa yang harus ia tunjukkan. Ruangan papa tampak sepi, hanya ada sekretaris papa yang duduk di mejanya. Ia mendekati wanita cantik nan manis itu dengan senyuman yang terukir tipis.
"Mbak Gusti, bapak direktur dimana ya?"
"Ah, nona muda, bapak lagi keluar. Maaf nona sepertinya anda harus menunggu beliau. Mari saya antar nona muda ke ruang tunggu bapak." Mbak Gusti menuntun Yaca ke ruang tunggu.
"Mbak Gusti jangan panggil saya nona muda, tidak baik kalau didengar orang."
Mbak Gusti tersenyum, Yaca yang ia panggil nona muda ini memang berbeda. Biasanya apabila seorang gadis yang memiliki ayah seorang direktur akan sedikit meninggi, tapi tidak semuanya. Seperti Yaca yang merendah, cewek itu tidak suka dipanggil nona muda. Terlebih ia berada di kantor dengan orang-orang yang entah suka atau benci pada dirinya. Mereka sampai diruang tunggu. Yaca dengan malas menjatuhkan dirinya di sofa empuk, pasti akan sangat bosan menunggu. Yaca memperhatikan detik demi detik waktu dari jam dinding yang terus berjalan. Ia tidak suka menunggu, dan papa tahu itu. Bagaimana bisa ia terjebak seperti ini? Yaca mengalihkan pandangan kearah Bayu yang kini sedang memainkan vas bunga yang tergeletak di atas meja. Cewek itu menarik vas yang dipegang Bayu, ia tertarik dengan bunga dandelion di vas itu. Ia kira itu bunga sungguhan, ternyata hanya bunga palsu alias bunga sintetis. Ia menyukai bunga ini, ia ingat ketika bermain di sungai bersama Adit dan Bayu dulu. Ia tertarik dengan bunga ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story
RomanceSeorang cewek yang harus berjuang untuk mendapatkan kebebasan, ia adalah Yaca Ayusa Paramitha. Dalam terjangan emosi yang menuntun dirinya menemukan sebuah arti yang menyadarkan cewek ini, betapa beruntungnya ia. Ia juga menemukan seseorang yang mam...