Basket Ball

181 9 0
                                    

Yaca mendrible bola itu dengan malas.  Baru kali ini ia begitu kesal dengan seseorang. Entah faktor apa yang mempengaruhi moodnya tentang cowok itu. Tapi tatapan yang aneh yang kini tertuju padanya membuat ia semakin merasa sesuatu ingin menyeruak keluar. Ia tak tahu apa itu. Yang jelas ia kesal. Yaca menembakkan bola ke ring. Dan masuk. Ia memang jago main basket, tapi jika keadaan seperti ini, ia keluar.

Bug...

Bola basket itu tepat mengenai kepala Yaca, pening kini bersarang di kepalanya. Cenat-cenut tak karuan. Yaca memegangi kepalanya yang pening sambil mencari dalang penembakan bola basket ke kepala yang sangat berharga itu. Berdiri tepat dibelakang, Alexa dengan berkacak pinggang hendak menantang Yaca bermain. Ia menaikkan tangan menunjuk wajah Yaca yang masih cengo memikirkan apa kesalahan yang telah ia perbuat hingga membangunkan singa betina yang tertidur. Wajah Yaca celingak-celinguk memastikan apakah benar ia yang ditunjuk. Nyatanya memang benar dia yang ditunjuk cewek populer itu.

"Tanding basket ama gue." Tantang Alexa, tentu saja Yaca menolak tantangan itu dengan gelengan. Alexa geram karena cewek ini berani menolak keinginannya.

Alexa mengambil bola basket itu dan melemparkan bola tersebut ke arah Yaca dengan keras. Tak ingin kepalanya mendapat terjangan lagi si bola basket, dengan sigap tangannya menangkap bola. Akhirnya Yaca mengiyakan untuk menerima tantangan Alexa. Yaca memberikan bola itu sebagai tanda Alexa yang memulai terlebih dahulu. Tak buruk, bahkan permainan Alexa bisa dikatakan diatas rata-rata. Mendrible bola dengan tenang sambil menghalangi Yaca merebut bola itu dari tangannya. Ia melakukan pivot, tapi sayangnya Yaca lebih unggul, Yaca lebih bisa membaca pergerakan Alexa yang sangat kentara di mata cewek itu. Dengan direbutnya bola itu, dan Yaca dengan sekali tembak bola itu masuk ke ring. Poin untuk Yaca, dengan kesal Alexa mengambil bola itu sambil sedikit mendorong Yaca.

Huft...

Sabar saja, emosinya tak seburuk itu. Ia lebih suka menghadapi seseorang dengan sabar jika memang moodnya tengah baik. Nyatanya ia tak menatap sinis cewek itu. Yaca dengan tenang kembali merebut bola tersebut.

Sudah hampir satu jam pelajaran mereka bermain. Dan sudah tak diragukan lagi siapa pemenangnya. Alexa menyerah sambil ngos-ngosan, lalu berlalu menjauh dari keramain yang diciptakan oleh si lazy girl. Reyka melihat teman sekelasnya yang kalah hanya terkekeh geli, yang menantang malah kalah.

Memalukan. Batin Reyka, tapi ia sadar Alexa tak akan menyerah sampai disitu.

"Keren banget loe Green Tea. Latih gue dong! Dasar loe pelit ilmu!"

"Berisik." Yaca menatap tajam Lika yang berhasil mengobrak-abrik pertahanan kesabarannya. Dan sang panglima pertahanan kini telah murka.

Karena sudah lelah, dan kini moodnya kembali memburuk akibat ocehan Lika. Akhirnya Yaca keluar.

Semua tampak kecewa, salah satu pemain terbaik tak melanjutkan permainan. Ia lebih memilih duduk di tempat penonton. Adit menyusul begitu juga dengan Lika. Mereka menyadari kemalasan menguar dari diri Yaca. Yaca bertopang dagu, mata coklat itu hanya menatap kosong kedepan. Sesekali menarik nafas pendek. Adit kembali termangu melihat Yaca. Bahkan ia tak berkedip walau sekalipun. Hingga akhirnya Lika membuyarkan lamunan mereka berdua.

"Woi... Kalian berdua pada ngapain sih?"

"Kepo." Jawab mereka serempak. Lika terdiam seribu bahasa, skak mat. Tak dapat berkutik.

"Kok kalian gitu sih! Udah jangan main-main kayak gini. Gue kan jadi obat nyamuk. Jangan dikacangin dong Gue nya."

"Lika gue lagi males. Loe bisa nggak sih nggak usah ganggu gue?"

"Green tea, jangan gitu dong. Kalo loe ada masalah cerita dong."

"Yang ada loe yang bikin mood gue bad. Udah deh jangan panggil gue green tea. Epit!"

Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang