"Lika, bisa tinggalin gue sama Yaca nggak?"
"Ha?"
"Ada apa Dit?"
"Gue cuman mau ngomong ama loe Ca. Bolehkan?"
"Ok... Tapi jangan lama-lama ya!"
Adit mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya terhadap Yaca. Gadis itu bingung mengartikan tatapan Adit. Tatapan yang berbeda dari biasanya. Tatapan yang ingin memastikan sesuatu.
Lama mereka terdiam, keheningan menyeruak menguasai suasana saat ini. Sedangkan Lika sudah berada di dapur hendak meminta cemilan. Adit menggenggam tangan Yaca, gadis itu makin bingung. Apa yang dilakukan oleh Adit saat ini?
Tiba-tiba Adit menarik tubuh Yaca dan merengkuhnya kedalam pelukan hangat yang memabukkan milik Adit. Yaca tak bisa mengelak, bukan tenaganya tak kuat. Tapi hatinya menolak melepas pelukan hangat dan menyamankan ini. Adit berbisik pelan...
"Loe benar-benar nggak papakan? Gue khawatir banget. Jangan sakit lagi."
Yaca terperangah dengan kata-kata Adit yang terdengar...
Terdengar lembut dan hangat.
Yaca merasakan kehangatan yang disuguhkan oleh dada bidang Adit. Ia menikmati kehangatan ini. Ingin terus merasakannya, tak ingin melepaskan pelukan ini. Tak akan!
"Dit..."
"Hem?"
"Gue..."
"Sebentar aja Ca. Gue pengen meluk loe sebentar lagi." Adit menenggelamkan wajahnya di rambut Yaca yang tergerai.
Seakan waktu yang tiba-tiba berhenti, Yaca merasakan sesuatu yang berdebar dalam jantungnya. Ia yakin, Adit berbuat seperti ini karena suatu alasan. Ia tak tahu apa itu? Yang jelas saat ini pikiran Adit tengah kacau. Cowok itu tak ingin melepaskan pelukannya. Hingga akhirnya Lika memergoki Adit yang tengah memeluk Yaca, rahangnya terbuka dan mata gadis itu tak berkedip. Pemandangan macam apa ini? Ia tak bergeming, tapi ia tak tahan juga. Kenapa mereka berpelukan seperti itu dan melewatkan dirinya? Apa ini alasan Adit menyuruh ia keluar sebentar? Sudah jelas, mereka saling menyukai. Yaca yang memeluk Adit dengan erat seolah-olah tak ingin melepaskan cowok itu dan sebaliknya Adit juga seperti itu.
"Ehem..."
Akhirnya Lika membuka suara, tentu saja dua insan Tuhan di hadapannya gelagapan. Ketahuan juga akhirnya. Bodoh, apa mereka terlalu lama berpelukan sehingga Lika memergoki mereka? Huft...
"Loe udah disini Ka?"
"Iya, kalian udah selesai? Pantas aja gue disuruh keluar! Kalian ternyata pelukan! Apa gue aja yang nggak tahu kalo kalian pacaran? Tega banget nggak bilang-bilang ke gue! Apa gue bukan sahabat dimata kalian?"
Lika menghujami mereka pertanyaan, membuat Yaca membeku di tempat. Ia tak berani menatap Lika yang jelas, bahkan sangat jelas kecewa. Melihat dirinya dengan Adit berpelukan. Akhirnya Yaca angkat bicara, karena Adit tak kunjung menjawab pertanyaan dari Lika.
"Nggak kok Ka, gue sama Adit nggak pacaran. Seriusan deh." Yaca mengangkat tangan sambil membentuk huruf V.
Sangat jelas, Lika begitu kecewa. Bukan Adit seorang kan yang menjadi sahabat Yaca? Ia juga sahabat gadis itu. Tapi tak ada penjelasan lebih lanjut dari Yaca. Ia tak mampu berkata-kata lagi. Adit pun juga tak menambahi penjelasan Yaca yang sedikit. Mungkin kecewa juga, Yaca tak mengatakan lebih tentang perasaannya terhadap Adit.
"Oh ya... Kalian berdua sekalian aja makan malam disini. Nanti mama bawain makanan katanya. Ok. Jangan cemberut ya, Ka. Gue sama Adit nothing a special. Jadi jangan salah paham. Kita beneran nggak pacaran kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story
RomanceSeorang cewek yang harus berjuang untuk mendapatkan kebebasan, ia adalah Yaca Ayusa Paramitha. Dalam terjangan emosi yang menuntun dirinya menemukan sebuah arti yang menyadarkan cewek ini, betapa beruntungnya ia. Ia juga menemukan seseorang yang mam...