Malam ini aku dan kakakku menjemput Papa dan Mama. Tapi baru beberapa langkah dari mobil saja, aku sudah melihat banyak hantu berkeliaran. Jujur, baru kali ini setelah sekian lama aku ke tempat umum dan ramai di malam hari.
Ku tundukkan kepalaku dan menggandeng kakakku erat. Kami menunggu di sebuah kursi panjang yang ada di Bandara itu.
"Lo jangan ketakutan ya, Ra. Kita bakalan pulang kok," ujar kakakku mendekapku erat.
"Gue sebenarnya mau pipis, Kak. Gimana nih?" Ku gerak-gerakkan kakiku karena sudah tidak tahan lagi ingin buang air kecil.
"Yaelah, Ara. Yaudah yuk, lo gak boleh nahan pipis." Kakakku menopang tubuhku untuk berdiri sambil memelukku.
Walaupun aku sangat ketakutan, aku harus pipis segera sebelum aku benar-benar ngompol.
"Lo masuk dong, Kak!" Kataku sambil menarik tangan kakakku.
"Eh ehh.. Gue gak berani, Ra. Ntar gue dikira cabul atau bahkan ntar gue di cabuli lagi sama tante-tante," tolak kakakku.
Kuperhatikan toilet yang terlihat bersih walaupun sepertinya sudah tidak ramai itu.
"Pokoknya kalo ada apa-apa, gue bakal teriak." Kataku memasuki toilet itu.
Saat aku masuk ke salah satu toiletnya, aku melihat hantu berambut panjang menatapku dengan mata hitamnya. Kututup dengan kuat pintu itu dan aku berlari keluar.
"Gue.. Gue.. Gue liat setan kak.. See set-" kataku tidak jelas.
"Apaaa??? Trus dia gak ikutin lo kan?" Tanya kakakku ketakutan.
"Nggak tau, pokoknya gue mau pulang, Kak. Gue ngerasa sakit banget dia ngeliat gue kayak gitu." Kataku menahan tangis. Kurasakan kehangatan dari bawah tubuhku.
Aku ngompol. Semua orang pantas menertawakanku. Aku malu, aku menangis. Kakakku menggendongku dari belakang dan berlari menuju mobil. Aku malu sekaligus takut.
Kakakku memasukkanku ke dalam mobil dan membawaku ke rumah secepat mungkin karena aku sudah terisak kuat.
Aku turun dari mobil dan berlari menuju kamar. Saat aku melewati ruang tamu, Mama dan Papa memberi surprise dan mengejarku karena aku menangis sambil berlari.
Aku mengunci pintu kamarku dan membersihkan diri. Suara Papa dan Mama sudah mulai pudar saat kakakku mengajak mereka berbicara di Ruang keluarga.
Setelah aku benar-benar bersih, aku pun akhirnya turun dan menemui Mama dan Papa.
"Aduhh, anak Papa. Sini Papa peluk dulu." Kata Papaku, aku langsung memeluk Papaku dan begitu juga Mama yang ada di sebelahku.
"Papa sama Mama kenapa buat acara gini sih? Kalo siang Ara gak masalah. Yang jadi masalah itu, ini udah malem dan Ara liat hantu seram." Kataku kembali menangis.
Papaku mengeratkan pelukannya.
"Maafin Papa sayang. Papa janji deh, kamu gak akan nangis lagi setelah hari ini.""Papa kamu nih yang rencanain. Papa sama Mama lupa sayang, makanya jadinya gini deh. Maaf ya." Air mataku sudah tidak lagi keluar, semua itu karena kasih sayang keluargaku. Kehangatan ini, aku sangat merindukannya meski hanya 1 minggu.
"Ini Papa bawain oleh-oleh buat Ara." Mama mengambil sesuatu dari bawah sofa dan memberikannya kepadaku.
Aku menerima kotak kecil berwarna pink itu dan membukanya. Mataku membulat sempurna melihat kalung berlian bertuliskan namaku itu. Aku menganga sambil menatap keduanya.
"Ini untuk Little Princess kami yang cantik." Kata mereka tersenyum bangga.
Papaku mengambil kalung itu dan memakaikan nya ke leherku. Aku melihat kilauan berlian itu dan membuatku tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lonely Princess
JugendliteraturTamara adalah gadis Indigo yang penyendiri, kesepian dan pendiam di sekolahnya. Walaupun di rumah dia sangat di manjakan orangtua dan kakaknya yang bernama Denis. Namun tidak di sekolah. Tidak ada yang mau menjadi temannya, hanya seorang hantu yan...