FIRST ÷>> 14. Let's time : Barbeque

312 13 2
                                    

Maapkan diriku yang menunpublish cerita karena pas publish ceritanya ngga muncul lengkap.

Davin menatap kesal kearah Della yang berdiri tak jauh dari kasir tempatnya membayar.

Kenapa ia bisa kecolongan start oleh Della. Dengan cepat, setelah membayar semua tagihan, Davin berjalan kearah Della, "Bawa tuh barang belanjaan!" Sahut Davin tepat di depan wajah Della, "Kalo ngga, pulang sendiri!"

"Okeh" balas Della mengambil barang belanjaannya saja dan berlalu melewati Davin

"Ehhh... ehhh, ko' lo bawa barang belanjaan lo sendiri sih!"

"Bo-do"

Davin segera mengambil kantung belanjaan yang masih tergeletak di sisi meja kasir, setelah itu ia berjalan dengan langkah lebah mengejar Della yang sudah berjalan cukup jauh.

"Lo beneran naik taxi Del?"

Della menghentikan langkah kakinya, "Menurut lo"

"Ngga usah deh, yang ada nanti malah gue yang diomelin anak-anak dirumah. Males gue ribut. Apalagi kaki lo kaya gitu"

"Ya biarin lah, kan lo sendiri yang dimarahinnya bukan gue. Jadi ngga ada rugi-ruginya kan buat gue"

Davin melongo mendengar jawaban Della yang hanya mementingkan dirinya sendiri, "Ngga! Lo pulang bareng gue. Udah syukur gue masih baik sama lo" Davin menarik tangan Della berbalik arah menuju tempat mobilnya terpakir.

"Kasar banget sih jadi cowo!"

"Salahin diri lo sendiri yang susah diomongin"

"Yaudah jalannya pelan kali. Gatau apa nyutnyutnan ni kaki"

Sementara itu, Della hanya memutar bola matanya jengah dan berjalan mendahului Davin.

***

Della membesarkan volume tape di dalam mobil Davin, lagu Incubus - I Miss You. Lagu yang menjadi favoritnya. Sesekali Della juga ikut menyumbangkan suara sambik kaki yang diketuk ketukan sebagai bantuan irama. Tapi, Davin yang sedang menyetir dengan kecepatan hampir 80 km/ jam di jalanan malam yang sepi pengendera, membuat Davin terus menambah kecepatan agar cepat sampai pada rumah.

"Emm.. vin!" Panggil Della dengan suara yang kelewat pelan. Tangannya memegang seltbelt dengan kencang.

"Apa?" Balas Davin dengan pandangan yang masih tertuju lurus ke arah jalanan di depannya.

Della sedikit terkejut Davin masih bisa mendengar suaranya. Dengan keberanian penuh, Della mengeser duduknya dan berbalik menghadap Davin yang masih fokus menyetir. Ia lalu menarik nafas dalam-dalam dan..

"DAVIN!!! LO MAU BUNUH GUE? GUE MASIH MAU IDUP LEBIH LAMA LAGI. KALO MAU MATI SENDIRI AJA. NGGA USAH NGAJAK-NGAJAK SEGALA. GUE MASIH MAU NIKAH DULU TERUS PUNYA ANAK DAN NGERASAIN PUNYA CUCU. GU-" ucap Della dengan suara kerasnya

"Stop" Davin mengerem mendadak mobilnya setelah mendengar suara nyaring dari mulut Della

"LO TUH YA. GUE BARU AJA ULANG TAHUN MASA TIBA-TIBA DIKORAN GUE UDAH TERKENAL MATI DALAM MOBIL BARENG LO SIH. GUE MASIH MAU NGERASAIN INDAHNYA DUNIA. MASIH MA--"

"STOP!!" bentak Davin sambil menutup mulut Della dengan tangannya.

"Mpp.. Ihh lepasin. Gue ngga bisa nafas" Della menyentak tangan Davin yang masih menutup mulutnya

"Ngomong ngga usah pake toa segala bisa ngga sih. Gue masih bisa denger. Gue ngga budeg!" Davin pun melepas tangannya dan meminggirkan mobil yang masih berada di tengah jalan

FIRST (Hal Terburuk Mencintai Dalam Diam)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang